50
mempelai wanita. Setelah acara selesai, maka tiba saat perpisahan mempelai wanita dengan orang tuanya dan melanjutkan hidup sebagai isteri dan
menantu keluarga serta akan mengikuti suaminya, dan hidup serumah sebagai sepasang suami-isteri.
Namun sekarang banyak masyarakat Tionghoa yang menggabungkan resepsi pernikahan dari pihak keluarga mempelai wanita dan pihak keluarga
mempelai pria menjadi satu dengan alasan untuk menghemat biaya dan waktu penyelenggaraannya. Maka resepsi diselenggarakan di satu hari, dan tempat
yang sama. Dimana segenap keluarga, sanak saudara, teman, dan kerabat dari mempelai pria dan wanita akan bertemu dan berkumpul.
4. Sahnya Perkawinan Pada Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa
Masyarakat Tionghoa memegang teguh adat istiadat berpendapat bahwa suatu perkawinan adalah sah dan telah diakui oleh kedua belah pihak keluarga suamiisteri
apabila perkawinan tersebut telah dilaksanakan menurut adat Tionghoa dan menjalani serangkaian
ritual keagamaan,
maka perkawinan tersebut
telah sah,
tidak mempedulikan dicatat atau tidak perkawinan tersebut menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam hukum adat Tionghoa disebutkan, pasangan yang melangsungkan perkawinan tanpa mengikuti ketentuan aturan yang
digariskan oleh adat istiadat Tionghoa adalah tidak sah dalam pandangan orang Tionghoa.
70
70
Aan Wan Seng, Op.Cit., hal.30.
Universitas Sumatera Utara
51
Bagi Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa, suatu perkawinan telah sah apabila telah dilangsungkan dengan memenuhi seluruh persyaratan dan prosedur
menurut ketentuan adat istiadat Tionghoa dan agama yang dianut sehingga banyak masyarakat etnis Tionghoa yang enggan mencatatkan perkawinannya karena
perkawinan tersebut
dianggap sah
walaupun tidak
dicatatkan di
Dinas Kependudukan. Apabila suatu perkawinan telah sesuai dengan adat istiadat Tionghoa,
maka perkawinan telah dianggap sah. Sehingga banyak perkawinan yang tidak dicatatkan sebagaimana yang diamanatkan oleh pasal 2 ayat 2 Undang – Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Banyak perkawinan yang tidak dicatatkan karena ketidaktahuan mengenai
pentingnya pencatatan perkawinan dan akibat hukum yang timbul sebagai akibat dari tidak dicatatkannya suatu perkawinan. Keengganan dan ketidaktahuan hukum
masyarakat Tionghoa atas pencatatan perkawinan tanpa disadari akan membawa kesulitan dan akibat hukum yang tidak diinginkan, baik bagi pasangan suami isteri
tersebut, anak-anaknya dan juga terhadap keluarga dari pihak suami maupun isteri.
B. Akibat Hukum Perkawinan Menurut Hukum Adat Tionghoa
Setiap perkawinan akan memberikan akibat hukum bagi pihak – pihak yang melaksanakannya. Terdapat perbedaan akibat hukum antara perkawinan yang
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dengan perkawinan yang dilaksanakan menurut adat istiadat Tionghoa.
Akibat yang timbul dari perkawinan yang sah adalah adanya hak dan kewajiban suami-istri dalam keluarga. Dalam pasal 30 sampai dengan 34 UU No. 1
Universitas Sumatera Utara
52
Tahun 1974 tentang perkawinan telah diatur mengenai hak dan kewajiban antara suami isteri, yaitu sebagai berikut:
1 Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar susunan masyarakat;
2 Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan dalam pergaulan masyarakat;
3 Masing- masing pihak suami – isteri berhak melakukan perbuatan hukum; 4 Suami adalah kepala rumah tangga dan isteri ibu rumah tangga.
5 Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap. 6 Suami isteri wajib saling cinta – mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin satu kepada yang lain; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur secara
tegas tentang akibat-akibat hukum yang timbul dari suatu perkawinan, baik hak dan kewajiban suami, isteri, dan anak, serta harta benda perkawinan. Sedangkan
perkawinan secara adat Tionghoa tidak mengatur secara jelas mengenai akibat hukum yang timbul dari suatu perkawinan, dikarenakan tidak ada hukum tertulis yang
mengaturnya. Jadi akibat – akibat hukum yang timbul dari perkawinan secara adat Tionghoa baik mengenai hak dan kewajiban suami, isteri, dan anak, serta harta benda
perkawinan dilaksanakan
berdasarkan kebiasaan-kebiasaan
yang ada
dalam masyarakat etnis Tionghoa.
1. Akibat Hukum Terhadap Hubungan Suami Isteri dan Keluarga Suami