Kerangka Teori Perceraian Atas Perkawinan Yang Dilangsungkan Menurut Hukum Adat Tionghoa Dan Akibat Hukumnya

19 Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul ”Kedudukan Anak Terhadap Harta Warisan Dari Orang Tuanya Yang Perkawinannya Tidak Dicatatkan di Dinas Kependudukan” yang memfokuskan penelitian tentang masalah kewarisan, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada akibat-akibat hukum yang timbul dari perkawinan yang tidak didaftarkan seperti mengenai status janda, hak asuh anak, pembagian harta bersama. Jadi permasalahan yang diteleliti mempunyai cakupan yang lebih luas. Dengan demikian, penelitian ini adalah asli sehingga dapat dipertanggung jawabkan kemurniannya karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori. 26 Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi 27 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran. 28 26 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 6. 27 J.J.J. M. Wuisman. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Penyunting : M. Hisyam, Fakultas Ekonomi, Jakarta : Universitas Indonesia, 1996, hal. 203. Lihat juga M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian. CV Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.27. menyebutkan bahwa teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan. Tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dinyatakan benar. 28 Ibid. , hal.16. Universitas Sumatera Utara 20 Kerangka teori merupakan landasan teori yang digunakan sebagai pendukung teori dari masalah yang dibahas di dalam penulisan tesis untuk memperkuat kebenaran dari teori teori hukum yang digunakan. Kerangka teori yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, dari para penulis ilmu hukum di bidang hukum perkawinan, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui. 29 Teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaktis yaitu mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang terjadi. 30 Dalam membahas akibat hukum dari perceraian atas perkawinan yang tidak didaftarkan, digunakan teori kepastian hukum, yakni teori yang menjelaskan bahwa suatu perkawinan yang terjadi antara suami isteri harus mempunyai kekuatan hukum yang pasti dengan segala akibatnya dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum, kepastian hukum adalah tujuan utama dari hukum. 31 Tugas-tugas kaidah hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum. Dengan adanya pemahaman kaidah-kaidah hukum tersebut, masyarakat sungguh-sungguh menyadari bahwa 29 M. Solly Lubis. Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80. 30 Snelbecker, dalam Lexy J. Moloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal.34. 31 J.B.Daiyo, Pengantar Ilmu Hukum, Buku Panduan Mahasiswa , PT. Prenahlindo, Jakarta, 2001, hal.120. Universitas Sumatera Utara 21 kehidupan bersama akan tertib apabila terwujud kepastian dalam hubungan antara sesama manusia. 32 Menurut Sudikno Mertokusumo : Kepastian hukum merupakan perlindungan yustiabel terhadap tindakan sewenang - wenang, yang berarti seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk kertertiban masyarakat. 33 Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya adalah demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan. Undang – Undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat “lex dura set tamen scripta” Undang – Undang itu kejam tetapi demikianlah bunyinya . 34 Menurut Lili Rasjidi, I.B. Wyasa Putra: Para penganut teori hukum positif menyatakan “kepastian hukum” sebagai tujuan hukum. Menurut anggapan mereka ketertiban atau keteraturan, tidak mungkin terwujud tanpa adanya garis-garis perilaku kehidupan yang pasti. Keteraturan hanya akan ada jika ada kepastian dan untuk adanya kepastian hukum haruslah dibuat dalam bentuk yang pasti pula tertulis. 35 Dalam pandangan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, suatu perkawinan belum dianggap sah apabila belum dicatat oleh pegawai pencatat nikah dan belum dituangkan dalam buku nikah. Sehingga hal ini berdampak pada kedudukan si isteri, anak, dan harta kekayaan, hal ini akan menjadi 32 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal 49-50. 33 Sudikno Mertoskusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1988, hal.58. 34 Ibid., hal.136. 35 Lili Rasjidi, I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, C.V. Mandar Maju, Jakarta, 2003, hal.184. Universitas Sumatera Utara 22 lebih pelik lagi apabila terjadi perpisahan dan status anak yang dilahirkan adalah anak yang tidak sah. Konsekuensi dari perkawinan yang tidak dicatatkan adalah anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibu. Anak tidak mempunyai hubungan hukum terhadap ayahnya Pasal 42 dan Pasal 43 Undang Undang Perkawinan, pasal 250 Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Di dalam akta kelahiran dari anak yang perkawinan kedua orang tuanya tidak dicatatkan, hanya dicantumkan nama ibunya karena dianggap anak di luar nikah. Tidak dicantumkan nama ayah di dalam akta kelahiran memiliki dampak sosiologis dan psikologis bagi anak dan ibunya. Ketidakjelasan status hukum antara anak dan ayahnya, menimbulkan kemungkinan bagi si ayah untuk menyangkal keberadaan anak sehingga anak tidak berhak atas biaya hidup, biaya pendidikan, nafkah, serta warisan dari ayahnya. Berbagai persoalan dan dampak putusnya perkawinan yang tidak dicatatkan serta akibat hukum terhadap isteri, anak, dan harta kekayaannya akan diteliti dan dibahas lebih lanjut dalam tesis ini.

2. Konsepsi