Pengaruh Perlakuan Insektisida terhadap Nyamuk A.aegypti

Odentara Sembiring : Efektifitas Beberapa Jenis Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti L., 2009.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Perlakuan Insektisida terhadap Nyamuk A.aegypti

Pengendalian nyamuk A.aegypti dapat dilakukan dengan cara fogging dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk yang hinggap pada benda-benda yang tergantung, oleh karena itu tidak dilakukan penyemprotan di dinding rumah seperti yang dilakukan pada pengendalian nyamuk Anopheles, sp penular penyakit malaria. Keberhasilan pelaksanaan fogging untuk pengendalian nyamuk A.aegypti sebagai vektor demam berdarah dengue tergantung pada insektisida yang digunakan, dosis yang sesuai, waktu penyemprotan, faktor cuaca, arah angin dan petugas penyemprot. Insektisida malathion, lamdasihalotrin, sipermetrin dan zeta sipermetrin merupakan insektisida yang digunakan untuk mengendalikan vektor A.aegypti. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan insektisida malathion, lamdasihalotrin, sipermetrin dan zeta sipermetrin terhadap nyamuk A.aegypti dengan 5 kali ulangan penyemprotan diperoleh jumlah persentase mortalitas nyamuk yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. yaitu 1 jam pengamatan dan Tabel 4.4. yaitu 2 jam pengamatan. Sedangkan persentase mortalitas nyamuk 3 jam pengamatan adalah sama, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7. Hasil 1 jam pengamatan mortalitas nyamuk kontrol sebesar 1 ekor 4 terjadi pada ulangan ke 2, sedangkan pasca 2 jam pengamatan mortalitas Odentara Sembiring : Efektifitas Beberapa Jenis Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti L., 2009. nyamuk kontrol 1 ekor 4 terjadi pada ulangan ke 3. Mortalitas nyamuk kontrol ini dapat disebabkan oleh faktor alami, seperti adaptasi nyamuk terhadap lingkungan. Pada perlakuan sipermetrin 1 jam pengamatan rata-rata persentase mortalitas sebesar 62,4, sedangkan 2 jam pengamatan diperoleh persentase rata-rata mortalitas sebesar 89,6, ini menunjukkan ada peningkatan sebesar 27,2 mortalitas nyamuk. Hal ini disebabkan oleh insektisida sipermetrin yang menyerang saraf serangga Hasdjimi, 2005. Pada perlakuan lamdasihalotrin pasca waktu 1 jam pengamatan rata-rata persentase mortalitas nyamuk 70,4, sedangkan pasca waktu 2 jam pengamatan persentase mortalitas nyamuk menjadi 98,4, ada peningkatan 28,0 mortalitas nyamuk. Hal ini disebabkan karena insektisida lamdasihalotrin merupakan racun kontak yang tergolong racun yang tinggi toksisitasnya Rozendal, 1997. Pada perlakuan zeta sipermetrin pasca waktu 1 jam pengamatan, rata-rata persentase kematian 84,8, sedangkan pasca waktu 2 jam pengamatan persentase rata-rata mortalitas menjadi 98,4, di sini terlihat ada peningkatan rata-rata mortalitas sebesar 13,6, hal ini disebabkan adanya zat aktif zeta sipermetrin ini menyerang simpul-simpul saraf serangga. Di mana racun saraf bekerja dengan mempengaruhi sistim saraf serangga atau menghambat kholinestrase, sehingga menimbulkan eksitasi kegelisahan, konvulsi kekejangan, paralisis kelumpuhan dan akhirnya nyamuk mati Deptan, 2008. Pada perlakuan malathion pasca waktu 1 jam pengamatan persentase mortalitas sudah 100, hal ini disebabkan karena tingkat kemampuan insektisida Odentara Sembiring : Efektifitas Beberapa Jenis Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti L., 2009. malathion yang berbahan aktif 95 sangat cepat sekali untuk melumpuhkan serangga. Zat aktifnya merupakan racun kontak secara inhaler dan juga sebagai racun perut Matsumura, 1976. Berdasarkan Tabel 4.2 uji Anova pasca pengamatan 1 jam, diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel 5 130,81 2,87, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna. Untuk itu perlu diuji lebih lanjut dengan uji BNT Beda Nyata Terkecil. Hasil uji BNT dapat dilihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan hasil uji BNT diketahui bahwa ada perlakuan insektisida terhadap mortalitas nyamuk A.aegypti yang berbeda nyata kecuali pada perlakuan lamdasihalotrin dan sipermetrin dengan selisih sebesar 4,85, yaitu berada di bawah nilai BNT 5 8,22 berarti menunjukkan tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 4.5 uji Anova pasca pengamatan 2 jam, diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel 5 219,51 2,87, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dan untuk itu perlu diuji lebih lanjut dengan uji BNT Beda Nyata Terkecil. Hasil uji BNT pasca perlakuan waktu 2 jam dapat dilihat pada Tabel 4.6. Berdasarkan hasil uji BNT diketahui bahwa ada pengaruh perlakuan insektisida terhadap mortalitas nyamuk A.aegypti yang berbeda nyata, hanya pada perlakuan zeta sipermetrin dan lamdasihalotrin yang tidak berbeda nyata dengan selisih sebesar 0, sedangkan nilai BNT 5 sebesar 3,24 0 3,24. Insektisida yang efektif dalam penelitian ini adalah malathion, di mana mortalitas nyamuk menunjukkan berbeda nyata dengan insektisida zeta sipermetrin, lamdasihalotrin, sipermetrin dan kontrol dengan tingkat mortalitas nyamuk A.aegypti Odentara Sembiring : Efektifitas Beberapa Jenis Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti L., 2009. pada setiap ulangan sebesar 100. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasan Boesri,dkk, bahwa fogging dengan malathion efektif untuk menekan populasi nyamuk A.aegypti sebagai vektor penyakit DBD. Tingkat mortalitas nyamuk A.aegypti terhadap malathion dipengaruhi oleh daya bunuh insektisida dengan menghambat aktifitas enzim kolinesterase ChE dalam sistem saraf serangga yang menyebabkan kegelisahan, otot kejang, kemudian lumpuh dan akhirnya kematian pada serangga Untung, 2008. Perbedaan laju kematian dari ke empat jenis insektisida malathion, lamdasihalotrin, sipermetrin dan zeta sipermetrin kemungkinan dipengaruhi oleh perbedaan dosis dan persentase zat aktif insektisida. Di samping itu dapat juga dipengaruhi senyawa-senyawa sinergis dalam insektisida tersebut yang merupakan daya racun tinggi dan daya kerja yang cepat. Namun demikian seperti halnya insektisida golongan piretroid sintetik umumnya salah satu keunggulannya ialah pada penggunaan yang cukup lama tidak perlu dilakukan pemeriksaan kadar cholinesterase dalam darah operatornya sebagaimana harus dikerjakan pada insektisida golongan organofosfat seperti pada insektisida malathion Hadi, 2006. Berdasarkan cara masuk insektisida mode of entry kedalam tubuh nyamuk A.aegypti dapat secara kontak langsung, termakan atau melalui pernafasan. Sebagai racun kontak insektisida yang diaplikasikan dengan alat thermal fogging yang mempunyai kelebihan yaitu dapat langsung mengenai bagian tubuh nyamuk. Dikatakan racun kontak apabila insektisida masuk kedalam tubuh nyamuk melalui kulit, trachea atau langsung mengenai mulut serangga. Odentara Sembiring : Efektifitas Beberapa Jenis Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti L., 2009. Sebagai racun pernafasan, nyamuk menghirup insektisida yang telah dicampur dengan minyak solar yang telah berbentuk asap yang disemprotkan dengan alat mesin fogging dan akhirnya berpengaruh terhadap saraf nyamuk. Cara kerja insektisida mode of action ini merupakan cara insektisida memberikan pengaruh terhadap serangga berdasarkan sinergi insektisida di dalam tubuh serangga, sehingga nyamuk gelisah, kejang, lumpuh dan akhirnya mati Djojosumarto, 2000.

5.2. Suhu Ruangan Penelitian