Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Landasan Teori

Menurut Blum dalam Notoatmodjo 2003 ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu atau masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan di mana perilaku memberi pengaruh terbesar kedua setelah faktor lingkungan. Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa determinan perilaku merupakan faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat itu sendiri. Sejalan dengan itu ada beberapa teori yang mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan sehat, antara lain teori Lawrence Green 1980, Snehandu B Kar 1983, dan WHO 1984. Menurut Green 1980, kesehatan seseorang itu dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor di luar perilaku non behavior causes. Selanjutnya perilaku ini ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni: faktor predisposisi predisposing factors, faktor pemungkin enabling factors, dan faktor penguat reinforcing factors. Faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Faktor pemungkin enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. Faktor penguat reinforcing factors yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Notoatmodjo 2003 juga berpendapat bahwa dalam domain perilaku di mana faktor determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah merupakan karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Health belief model merupakan teori yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi preventive health behavior perilaku kesehatan pencegahan seperti pemeriksaan kesehatan berkala dan imunisasi Rosenstock Kirscht, 1979 cit. Gochman, 1988. Komponen kunci dari teori ini adalah 1 perceived susceptibility persepsi akan kerentanan, 2 perceived severity persepsi akan keparahan suatu penyakit, 3 perceived benefit persepsi akan manfaat, 4 perceived bariers persepsi hambatan suatu perilaku pencegahan, 5 cues to action isyarat untuk bertindak, 6 Faktor lainnya seperti sosial demografi, kebudayaan dan kepercayaan. Secara garis besar, individu akan melakukan tindakan pencegahan, melakukan uji saring atau mengendalikan keadaan sehat-sakit bila individu tersebut menganggap dirinya rentan terhadap penyakit, penyakit tersebut potensial menjadi parah, percaya adanya upaya yang dapat mengurangi kerentanan dan keparahan serta percaya bahwa keuntungan yang didapat dari upaya tersebut lebih besar daripada hambatannya Rosenstock, 1974 cit. Glanz et al., 1997. Health belief model merupakan model yang baik untuk dapat menentukan sikap dan persepsi yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan pencegahan berupa imunisasi. Intervensi yang dilakukan terhadap komponen persepsi yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dapat meningkatkan cakupan imunisasi. Individu akan mengambil imunisasi sebagai tindakan pencegahan bila ia merasa rentan terhadap penyakit tersebut, penyakit tersebut berbahaya atau dapat menjadi parah, merasa adanya manfaat dari imunisasi, tidak merasakan adanya hambatan yang berarti untuk mendapatkan imunisasi dan merasa bahwa kesehatan itu sangatlah penting Pielak Hilton, 2003. Gambar 2.1. Alur Pikir Penelitian Rendahnya Akses Pelayanan Kesehatan Karakteristik Ibu yang Belum Kondusif Lingkungan Sosial Budaya yang Kurang Kondusif Masalah Penelitian Tingginya Angka Kematian Karena Hepatitis-B Tingginya Angka Kesakitan Hepatitis-B Rendahnya Cakupan Imunisasi Hepatitis-B Masalah Pembangunan Kesehatan Pemahaman Ibu terhadap Pentingnya Imunisasi Hepatitis B 0 – 7 hari Perbaikan Lingkungan Sosial Budaya Meningkatnya Cakupan Imunisasi Hepatitis B 0 - 7 hari

2.8. Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Ibu tentang Peran Petugas Kesehatan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B Pada Bayi 0-7 Hari di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Belawan

14 108 112

Pengaruh Faktor Pengetahuan, Dukungan Keluarga dan Kepercayaan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada Bayi di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011

7 81 92

Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-7 Hari Yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B Di Klinik Martini Medan Tembung Tahun 2013

1 34 74

Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-7 Hari Yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B Di Klinik Martini Medan Tembung Tahun 2013

0 0 10

Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-7 Hari Yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B Di Klinik Martini Medan Tembung Tahun 2013

0 0 1

Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-7 Hari Yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B Di Klinik Martini Medan Tembung Tahun 2013

0 0 4

Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-7 Hari Yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B Di Klinik Martini Medan Tembung Tahun 2013

1 1 11

Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-7 Hari Yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B Di Klinik Martini Medan Tembung Tahun 2013

0 0 1

Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-7 Hari Yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B Di Klinik Martini Medan Tembung Tahun 2013 Appendix

0 0 29

Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Prematur

0 0 5