Mengacu kepada daya tahan eksistensi usaha kecil dan menengah pada masa krisis dan sebagai jawaban atas ketatnya persaingan ekonomi global dimunculkanlah
produk hukum yang dijadikan sebagai embrio hukum dalam penataan usaha kecil menengah melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Perkembangan kegiatan usaha kecil dan menengah dianggap sebagai satu alternatif penting yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian
nasional dan daerah. Argumentasi ekonomi di belakang ini yang dimiliki bangsa ini. Selain itu pengembangan kegiatan UKM relatif tidak memerlukan kapital yang besar
dan dalam periode krisis selama ini UKM relatif tahan banting”, terutama UKM yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertanian. Depresiasi rupiah terhadap dollar
Amerika telah menyebabkan UKM dalam sektor pertanian dapat mengeruk keuntungan yang relatif besar. Sebaiknya UKM yang tergantung pada input import
mengalami keterpurukan dengan adanya gejolak depresiasi rupiah ini. Tulisan singkat ini bertujuan untuk mendiskusikan prospek bisnis UKM
dalam era perdagangan bebas dan otonomi daerah. Untuk membahas topik ini, berikut akan diuraikan potensi dan kontribusi UKM terhadap perekonomian nasional sebagai
latar belakang analisis. Kemudian, didiskusikan upaya apa yang harus dilakukan dalam pengembangan UKM khususnya di daerah dalam menghadapi perdagangan
bebas dan otonomi daerah.
B. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia
Usaha Kecil dan Menengah UKM di Indonesia merupakan sumber penting kesempatan kerja dan motor penggerak utama pembangunan ekonomi di daerah
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
pedesaan, di luar sektor pertanian. Saat ini penekanan UKM mengalami perubahan. Dahulu peran UKM sebagai usaha memperluas kesempatan kerja dan
meningkatkan sumber pendapatan khususnya bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Namun saat ini UKM diharapkan dapat berperan sebagai
salah satu sumber penting peningkatan eskpor non migas seperti di negara-negara maju Eropa, Amerika Serikat, Jepang. Dalam sektor industri manufaktur,
pengalaman di negara-negara maju tersebut menunjukkan bahwa UKM sangat penting sebagai industri-industri pendukung yang membuat dan memasok
komponen-komponen, spare part, dan input-input lainnya untuk keperluan proses produksi di industri skala besar.
Peranan UKM, khususnya usaha kecil juga sering dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan, dan
pemerataan pendapatan. Karena itu tidak mengherankan jika kebijakan pengembangan UKM di Indonesia sering dianggap secara tidak langsung sebagai
kebijakan penciptaan lapangan kerja atau kebijakan anti kemiskinan, atau kebijakan redistribusi pendapatan.
Proses perkembangan ekonomi secara alami menimbulkan kesempatan besar yang sama bagi semua jenis kegiatan ekonomi semua skala usaha. Besarnya size suatu
usaha tergantung pada sejumlah faktor. Dua diantaranya yang sangat penting
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
adalah pasar dan teknologi
48
Apabila pasar yang dilayani kecil, yakni untuk jenis- jenis produk tertentu yang jumlah pembelinya memang terbatas atau sifatnya
musiman, maka unit usaha yang cocok viable, dalam arti walaupun omset kecil usaha tersebut tetap dapat menghasilkan margin keuntungan yang lumayan adalah
usaha kecil. Besar kecilnya pasar itu sendiri ditentukan oleh tingkat pendapatan riil per kapita dan jumlah penduduk serta strukturnya atau jumlah pembeli sebenarnya
effective demand atau potensial. Di Indonesia, untuk jenis-jenis barang konsumen tertentu seperti makanan dan
minuman, pakaian jadi, tekstil, alas kaki, dan alat-alat rumah tangga, UKM tetap dapat bertahan di pasar dan bahkan menikmati pertumbuhan volume produksi
yang lumayan setiap tahunnya, walaupun menghadapi persaingan yang ketat dari pengusaha lain yang juga membuat jenis-jenis barang yang sama, dan persaingan
dari barang-barang impor. Hal ini terutama disebabkan karena UKM walaupun memproduksi barang yang sama, tetapi ada perbedaannya, misalnya dalam hal
warna, bentuk, rasa, kemasan, harga atau pelayanan. Dengan perkataan lain, UKM memiliki segmentasi pasar tersendiri yang melayani kelompok pembeli tertentu.
Perbedaan selera atau pola konsumsi di masyarakat untuk barang yang sama juga sangat menentukan besar kecilnya pasar UKM. Sebagai contoh, ada kelompok
masyarakat yang lebih suka kain batik yang dibuat secara tradisional dengan
48
Panandiker, Pai, D.H., Status of SMEs in Terms of Their Competitive Strength, Makalah disampaikan dalam The IX International Conference on Small and Medium Enterprises, New Delhi,
17-19 April 1996, WASME.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
tangan, ada kelompok masyarakat yang lebih menyenangi batik yang dicetak mesin modern di pabrik besar. Ada orang yang lebih suka membuatkan baju ke
tukang jahit di pinggir jalan, ada orang yang lebih suka membeli pakaian impor di toko-toko baju yang mahal.
Dari pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa di dalam suatu ekonomi modern sekalipun, UKM tetap mempunyai suatu kesempatan besar untuk survive atau
bahkan berkembang pesat hanya jika pengusaha tersebut membuat jenis-jenis produk yang proses produksinya tidak mempunyai skala ekonomis dan
mengandung teknologi sederhana tanpa mengurangi kualitas produk serta memerlukan keahlian tertentu yang hanya dapat dimiliki di luar sistem pendidikan
formal atau secara tradisional, turun-temurun. UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal penciptaan kesempatan
kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan, bahwa di satu pihak jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang
besar, dan di pihak lain, Usaha Besar tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan Usaha Besar dalam menciptakan kesempatan kerja
yang besar disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat karya. Kedua, pada umumnya
Usaha Besar membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi dan pengalaman kerja yang cukup, sedangkan UKM khususnya Usaha Kecil sebagian
pekerjanya berpendidikan rendah.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Seperti halnya juga di negara-negara lain, perkembangan UKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-
masalah tersebut bisa berbeda antar wilayahlokasi, antarsentra, antarsektor atau subsektor atau jenis kegiatan dan antar unit usaha dalam kegiatan sektor yang sama.
Namun demikian, ada beberapa masalah yang umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti:
a. keterbatasan modal kerja atau modal investasi;
b. kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga yang
terjangkau: c.
keterbatasan teknologi; d.
sumber daya manusia dengan kualitas yang baik pekerja dan manajer; e.
kesulitan dalam pemasaran termasuk distribusi. f.
persaingan yang tidak sehat antara Usaha Besar dan Usaha Kecil.
49
Dengan perkataan lain, masalah-masalah yang dihadapi banyak pengusaha kecil dan menengah bersifat multidimensi. Selain itu secara alami ada beberapa
permasalahan yang lebih bersifat internal sumbernya di dalam pengusaha, sedangkan lainnya lebih bersifat eksternal sumbernya di luar pengaruh pengusaha.
Dua masalah eksternal yang oleh banyak pengusaha kecil dan menengah dianggap paling serius adalah keterbatasan akses ke Bank dan distorsi pasar output maupun
input yang disebabkan oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan atau peraturan-peraturan pemerintah yang tidak kondusif yang disengaja maupun tidak disengaja lebih
menguntungkan pengusaha besar termasuk investor asing penanaman modal asing.
49
Syafie, M. Saleh, dan Yusri, “Aspek Sosio-Legal Pendayagunaan Potensi Usaha Dalam Program Pengembangan Dan Peningkatan Kinerja UKM Melalui Advokasi Kebijakan dan Peraturan”,
Kanun Jurnal Ilmu Hukum, No. 36, Edisi 2003, Fakultas Hukum Unsyiah Darussalam- Banda Aceh, hlm. 223.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan
Upah, pengusaha adalah orang atau badan hukum yang menjalankan perusahaan milik sendiri atau milik orang lain atau mewakili orang atau badan hukum yang
berkedudukan di luar negeri yang memperkerjakan seorang buruh atau lebih dengan membayar upah.
50
C. Alternatif Pemecahan Masalah Yang Dilakukan Pengusaha Kecil dan Menengah Terhadap Kendala-Kendala Yang Dihadapi
Penanaman modal asing merupakan potensi pelengkap bagi ekonomi nasional Indonesia yang sedang membangun, bahkan dapat meringankan budget devisa
nasional, serta membawa penyebaran teknologi dan manajemen modern yang dapat dicontoh oleh pengusaha-pengusaha lain di Indonesia. Kemudian penanaman modal
asing merupakan sumber pendapatan negara berupa pajak dan retribusi lainnya yang relatif lebih mudah dikontrol karena sistem manajemen mereka pada umumnya lebih
teratur. Dan tidak kalah pentingnya penanaman modal asing dianggap sebagai tolak ukur bagi kepercayaan luar negeri terhadap situasi perekonomian nasional sendiri.
Artinya, kondisi perekonomian nasional baik, maka investasi akan tertarik pada kemungkinan-kemungkinan keuntungan yang dapat dicapai, namun sebaliknya bila
perekonomian Indonesia buruk, maka investasi tidak tertarik untuk menanamkan modalnya.
51
Menyikapi hal tersebut, pemerintah melakukan usaha-usaha untuk menarik investasi ke Indonesia. Maka pada tahun 1966-1967, pengusaha orde baru melakukan
langkah pengembalian perusahaan asing melalui UUPMA, yang diikuti UUPMDN,
50
Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hubungan Pekerja Dengan Pengusaha,Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat, Fakultas Hukum UISU, 1994, hlm. 83.
51
B. Napitupulu, Joint Ventures di Indonesia, Cetakan Kedua, Erlangga, Jakarta, 1986, hlm. 12.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
secara lebih luas pemerintah Indonesia menawarkan insentif,
52
baik kepada investor asing maupun domestik dalam bentuk:
1. Pembebanan pajak perseroan, untuk waktu paling lama enam tahun terhitung dari
saat usaha mulai berproduksi; 2.
Pembebanan pajak deviden atas bagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham, sejauh laba tersebut diperoleh dalam jangka waktu yang tidak melebihi
waktu enam tahun sejak beroperasi; 3.
Keringanan pajak perserorann atas keuntungan yang ditanam kembali dalam perusahaan bersangkutan terhitung dari saat penanaman kembali berupa
perangsang penanaman investment allowance; 4.
Pembebasan bea masuk dan pajak penjualan atas pemasukan barang-barang perlengkapan tetap dan barang-barang modal kerja;
5. Pembebasan bea materai atas penempatan modal yang berasal dari modal asing.
6. Jaminan tidak ada nasionalisasi, kecuali dengan undang-undang dinyatakan
bahwa kepentingan nasional menyatakan demikian, jika terjadi nasionalisasi, maka harus diberikan kompensasi dalam jumlah dan cara pembayaran yang
disetujui oleh kedua belah pihak berdasarkan asas hukum internasional yang berlaku;
52
Namun walaupun pemerintah telah menawarkan berbagai macam insentif, akan tetapi untuk PMA masih diberikan batasan-batasan, batasan tersebut adalah: Pertama, perusahaan PMA tidak
diizinkan masuk ke jenis-jenis bisnis tertentu, Kedua, diberlakukan berbagai persyaratan pada kegiatan-kegiatan mereka, seperti diharuskannya mendapat izin tertentu, Ketiga, akses perusahaan
PMA terhadap modal dalam negeri dikontrol secara ketat, Keempat, perusahaan PMA tidak dapat menikmati sepenuhinya program insentif dari pemerintah, Keilma, perusahaan PMA dikenal berbagai
khusus menyangkut batas modal minimum, batas minimum kepemilikan lokal dan alih kepemilikan dari pihak asing ke mitra lokalnya. Sanyoko Sastrowardojo, Perkembangan Kebijakan Investasi di
Indonesia, Dalam Perekonomian Indonesia Memasuki Millienium Ketiga, International Quality Publications, London, 1997, hlm. 88.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
7. Keleluasaan penggunaan tenaga asing pada posisi yang belum bisa diisi tenaga
lokal; 8.
Kapasitas batas waktu usaha maksimal dan prosedur perpanjangan masa usaha.
53
Kebijakan pemerintah selanjutnya pada kurun waktu Tahun 1984 sampai Tahun 1994, yang dikenal dengan periode peningkatan iklim investasi. Pada periode
ini perekonomian Indonesia bergeser menjadi lebih terbuka, ditandai dengan deregulasi impor dan kepabeanan, pelonggaran peraturan penanaman modal dalam
negeri dan asing, pengurangan ketergantungan pada perusahaan publik dan perusahaan milik negara serta pengembangan kontribusi sektor swasta. Kemudian
proses persetujuan investasi terus mengalami penyederhanaan secara besar-besaran dengan diperkenalkannya tata cara administrasi baru dan dibentuknya BKPM sebagai
suatu pelayanan satu atap dan pengenalan daftar skala prioritas DSP. Pada tahun 1989 DSP diganti dengan daftar negatif investasi DNI.
54
Kota Medan sendiri juga mengalami berbagai kendala dalam memberdayakan usaha kecil dan menengah. Jumlah koperasi dan usaha kecil menengah yang semakin
besar dari tahun ke tahun, belum sepenuhnya diimbangi dengan peningkatan kualitas UKMK yang memadai, khususnya skala usaha mikro. Masalah yang masih dihadapi
adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia, yang memberikan dampak negatif
53
Sidik Jatmika, Op. Cit., hal. 80-81.
54
Pada tahun 1986 jumlah sektor bisnis yang masuk DSP yang terbuka untuk investasi asing meningkat dari 475 menjadi 926 buah. Akan tetapi ketika DSP diganti dengan DNI, konsep ini secara
ekstrem dianggap kembali kepada konsep yang lama. Artinya, justru dalam DNI daftar perusahaan yang tercantum tidak boleh menerima investasi baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dan jika
perusahaan yang tercantum dalam DNI tersebut terasa sudah cukup memadai maka barulah peruashaan itu dikeluarkan dari daftar DNI. H. Muchsin dan Fadillah Putra, Hukum Dan Kebijakan Publik:
Analisis Atas Praktek Hukum Dan Kebijakan Publik Dalam Pembangunan Sektor Perekonomian Di Indonesia, Cetakan Pertama, Averroes Press, Malang, 2002, hlm. 139-140.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
terhadap produktivitas UKMK, sehingga menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antar pelaku usaha kecil, menengah, koperasi dan besar. Masalah utama yang
timbul dari usaha kecil, menengah dan koperasi secara umum berkaitan dengan: Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan jiwa wirausaha UKMK. Pelaku
Usaha Kecil Menengah dan Koperasi UKMK di Kota Medan pada umumnya memiliki kualitas sumber daya manusia yang terbatas tingkat pendidikannya. Tenaga
kerja di UKMK didominasi oleh tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Dalam bidang manajemen keuangan, UKMK yang telah memiliki laporan keuangan hanya
sebesar 28,81 sedangkan selebihnya sebanyak 71,19 belum memiliki laporan keuangan. Rendahnya pemanfaatan teknologi. Umumnya UKMK masih
menggunakan peralatan manual ataupun teknologi yang masih sederhana, akhirnya menyebabkan produk yang dihasilkan UKMK kurang berkualitas.
55
Pemasaran. Jumlah UKMK yang pemasarannya berorientasi ekspor sebesar 0,18, sedangkan UKMK dengan pemasaran regional sebesar 1,2 dan untuk
pemasaran berorientasi lokal sebesar 97,85. Permodalan. Dalam bidang permodalan, UKMK yang mengalami kesulitan
permodalan sebanyak 51,37. Kondisi ini mencerminkan masih diperlukannya dukungan perkuatan permodalan bagi UKMK. Kelembagaan. Dari jumlah UKMK
yang ada di Kota Medan sebanyak 40.958 unit dan koperasi sebanyak 1.420 unit, umumnya kelembagaannya belum tertata secara maksimal.
Di samping hal tersebut di atas, UKMK juga masih menghadapi berbagai
55
Soritus Harahap, S.H., Kasubbag Bantuan Hukum Pemko Medan, Wawancara, tanggal 10 Desember 2006.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
permasalahan yang terkait dengan iklim usaha seperti: a besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perizinan dan timbulnya berbagai pungutan, dan b praktik usaha
yang tidak sehat. Di samping itu, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya iklim usaha yang kondusif bagi UKMK, ternyata belum
menunjukkan kemajuan yang merata.
56
Tantangan ke depan UKMK untuk mampu bersaing di era perdagangan bebas, baik di pasar domestic maupun di pasar ekspor, sangat ditentukan oleh dua
kondisi utama. Pertama, lingkungan internal UKMK harus diperbaiki, yang mencakup aspek kualitas SDM, terutama jiwa kewirausahaan entrepreneurship,
penguasaan pemanfaatan teknologi dan informasi, struktur organisasi, system manajemen, kulturbudaya bisnis, kekuatan modal dan jaringan bisnis dengan pihak
luar. Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif, yang terkait dengan kebijakan pemerintahan, aspek hukum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi-sosial-
kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan ekonomi global. Pilihan strategi dan kebijakan untuk memberdayakan UKMK dalam
memasuki era pasar global menjadi sangat penting bagi terjamin kelangsungan hidup dan perkembangan UKMK, sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pertumbuhan
dan pemerataan pendapatan. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sejak tanggal 1
Januari 2001, kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang mulai berlaku sejak tanggal 15 Oktober 2004 maka terjadi perubahan yang
mendasar, dimana selama ini kebijakan menyangkut investasi diatur oleh Pemerintah
56
H. Sulaiman, S.H., Kabag Hukum Pemko Medan, Wawancara, tanggal 20 Desember 2006.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Daerah,
57
namun dengan berlakunya UUPD berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 14 yang memiliki wewenang penuh terhadap peluang investasi adalah masing-masing daerah.
Namun sangat disayangkan berlakunya otonomi daerah malah dianggap menghambat maksudnya investor, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala, antara lain:
1. Masih rendahnya kualitas pelayanan birokrasi, lamanya waktu yang diperlukan
untuk mengurus perizinan, dan tingginya biaya investasi. 2.
Tidak efisiennya bisnis, meningkatnya biaya buruh, dan rendahnya kualitas infrastruktur.
3. Pemerintah daerah mengeluarkan penetapan beberapa pungutan, pajak,
sumbangan sukarela, serta tidak adanya intensif fiskal dan masalah pabean. 4.
Kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam menciptakan dan mempertahankan iklim bisnis yang menguntungkan, serta kurangnya kepastian
hukum dan berbagai peraturan daerah yang tidak pro bisnis.
58
Berdasarkan program pembangunan daerah Kota Medan, sasaran utama pertumbuhan ekonomi diantaranya diusahakan untuk meningkatkan investasi baik
57
Setelah berlakunya UUPD fungsi dan peran pemerintah pusat dalam pengaturan dan penciptaan peluang investasi bisnis di daerah, antara lain: Pertama, penetapan kebijakan umum untuk
pengembangan peluang sumber pembiayaan dan investasi bisnis secara nasional. Kedua, penetapan kebijakan perencanaan nasional untuk adanya peluang sumber pembiayaan dan investasi bisnis di
daerah-daerah; Ketiga, pengaturan kebijakan kerjasama regional dan internasional untuk mendorong berkembangnya peluang tumbuhnya sumber pembiayaan dan investasi bisnis; Keempat, pengaturan
kebijakan kerjasama antara propinsi dalam pengembangan sumber pembiayaan dan investasi bisnis; dan Kelima, pengembangan sistem informasi untuk mendapat peluang sumber pembiayaan dan
investasi bisnis secara nasional. Wimpy S. Tjetjep, Loc.Cit.
58
Muidrajat Kuncoro, Otonomi Dan Pembangunan Daerah: Reformasi Perencanaan, Strategi dan Peluang, Erlangga, Jakarta, 2004, hlm. 283-290.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
sebagai PMDN maupun PMA serta mengembangkan fasilitas pendukungnya.
59
Kebijakan di bidang investasi ini diarahkan untuk memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan promosi
potensi unggulan daerah baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta menjamin kemudahan berinvestasi di wilayah Kota Medan. Kegiatan investasi ini dilakukan
dengan strategi: 1.
Meningkatkan investasi dalam dan luar negeri dalam rangka mengembangkan sektor riil dan peningkatan pertumbuhan ekonomi;
2. Mengutamakan kelembagaan dan profesionalisme aparat daerah agar menjamin
pelayanan yang efisien dalam pemantauan investasi. 3.
Menyempurnakan peraturan yang lebih kondusif terhadap peningkatan investasi termasuk penyempurnaan sistem insentif.
Dengan prioritas utama adalah: 1.
Meningkatkan struktur perekonomian wilayah melalui kajian pengembangan dan peningkatan data-data base;
2. Meningkatkan potensi komoditi andalan melalui daerah;
3. Meningkatkan partisipasi dalam kebutuhan pelayanan investor.
Menyikapi arah kebijakan investasi tersebut, Pemerintah Kota Medan telah melakukan usaha-usaha untuk menarik investor. Diantara usaha-usaha tersebut
adalah: akan tetapi Pemerintah Kota Medan masih sulit untuk menarik investor diakibatkan oleh beberapa kendala, diantaranya di daerah ini masih sering terjadi
59
Pemeritnah Kota Medan, Program Pembangunan Daerah PROPERDA Kota Medan Tahun 2003-2008, Medan, 2002, hlm. 46.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
penyelundupan, kemudian lahan kawasan industri yang direncanakan sampai penelitian ini dilakukan belum terealisasi secara keseluruhan akibat ketiadaan dana,
birokrasi perizinan yang masih berbelit-belit, tidak terjadinya satu pemahaman yang sama diantara dinas penanaman modal yang bertujuan untuk menarik masuknya
investasi ke Kota Medan sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi wilayah sufficient condition, untuk itu perlu adanya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi
sebagai upaya menarik minat investor tersebut.
60
Salah satu program penunjang dalam meningkatkan pembangunan perekonomian di Kota Medan adalah di bidang pertanian, yaitu dengan melakukan
usaha-usaha peningkatan partisipasi masyarakat dan swasta dalam usaha subsektor perkebunan, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada sektor swasta
untuk menanamkan modal di Kota Medan dalam berbagai bentuk deregulasi terhadap berbagai peraturan yang menghambat. Sedangkan bentuk kegiatan investasi yang
dilakukan adalah bentuk kegiatan bagi hasil atau modal inti rakyat.
61
Menyikapi hal tersebut Pemerintah Kota Medan belum memiliki peraturan daerah yang mengatur mengenai penanaman modal. Pemerintah Daerah Kota Medan
baru memiliki beberapa peraturan yang mengatur tentang pajak dan retribusi. Ketentuan yang berlaku masih tunduk pada ketentuan-ketentuan nasional.
Dari uraian di atas, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk menarik masuknya PMA dan PMDN, diantaranya:
1. Melakukan reformasi pelayanan investasi, dengan menerapkan sistem Unit
60
Program Pembangunan Daerah PROPERDA 2003-2008, Kota Medan, 2004, hlm. 22-24.
61
Ibid., hal. 29.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Pelayanan Terpadu UPT dalam memberikan pelayanan perizinan. Sistem ini diharapkan dapat menyederhanakan birokrasi perizinan. Kemudian menerapkan
Sistem Satu Atap SINTAP, dengan sistem ini diharapkan permohonan layanan perizinan investasi dapat diproses di satu tempat sehingga birokrasi menjadi lebih
pendek, dan efisien. 2.
Sistem informasi potensi investasi, sistem ini adalah bagaimana menggunakan cara dan strategi tertentu untuk menarik PMDN dan PMA. Strategi tersebut
diantaranya adalah pameran produk potensi investasi dan promosi melalui internet, berupa situs web yang berisi berbagai macam informasi mengenai
potensi investasi dan prosedur layanan untuk investor. 3.
Peningkatan dan provisi infrastruktur fisik, langkah ini sangat penting untuk mendukung mempromosikan investasi di daerahnya. Paling tidak Pemerintah
Daerah sudah harus membangun zona industri khusus. Salah satu Program Pemerintahan Kota Medan saat ini adalah peningkatan
pelayanan publik, termasuk pelayanan perizinan usaha. Saat ini, persoalan perizinan itu menjadi salah satu fokus perhatian Pemerintahan Kota Medan. Targetnya adalah
menciptakan pelayanan prima kepada masyarakat, khususnya pengusaha dan pelaku UKM, pada saat penandatanganan MoU antara Pemerintah Kota dan Direktur Bank
Mandiri. Pelaksanaan kegiatan usaha tidak terlepas dari tiga hal penting yaitu perizinan,
perkreditan dan kemitraan. Pemerintah mewajibkan setiap perusahaan untuk memiliki bermacam-macam izin sesuai dengan bidang dan kegiatan usahanya. Izin itu
diperlukan bagi pemerintah guna melakukan pengawasan agar kegiatan perusahaan
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun izin yang harus dimiliki usaha kecil menengah antara lain: izin usaha,
izin tempat usaha, izin undang-undang gangguan, izin nama toko papan nama, izin usaha industri, izin perdagangan dan izin pengangkutan.
Dalam pengurusan izin tersebut pengusaha kecil menghadapi berbagai kendala yaitu izin-izin tersebut dikeluarkan oleh berbagai instansi pemerintah,
sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Pengurusan izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah membutuhkan waktu antara 2 hari sampai dengan 1 bulan
untuk masing-masing izin, sedangkan pengurusan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat membutuhkan waktu yang lebih lama, yaitu antara 6 bulan sampai
dengan 1 tahun. Pengurusan bermacam-macam izin tersebut selain dapat menghabiskan waktu
yang lama juga memerlukan biaya yang besar. Pengusaha harus mengeluarkan biaya pengurusan izin bagi biaya formal maupun biaya tidak formal. Biaya formal untuk
izin-izin yang dikeluarkan pemerintah daerah yaitu sebesar Rp. 500.000,- per izin, dan biaya untuk izin yang dikeluarkan pemerintah pusat sekitar Rp. 2.000.000,- per
izin. Sedangkan besarnya biaya tidak formal itu tergantung pada lama tidaknya izin itu dikeluarkan dan pendekatan negosiasi antara pengusaha tersebut dengan pemberi
izin. Dalam permohonan pengurusan izin harus dilengkapi dengan syarat-syarat
tertentu, seperti untuk memperoleh Surat Izin Tempat Usaha, pemohon harus memiliki bukti setoran Pajak Bumi dan Bangunan PBB serta rekomendasi dari
camat setempat. Untuk memperoleh Tanda Daftar Perusahaan harus memiliki akte
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
pendirian perusahaan, dan lain-lain. Jangka waktu berlakunya izin harus terbatas, misalnya jangka waktu berlakunya Izin Tempat Usaha hanya satu tahun sehingga
harus diperbaharui setiap tahunnya. Setiap perusahaan memerlukan modal baik pada tahap pendirian maupun
pelaksanaan kegiatannya. Modal itu dapat berasal dari pemilik perusahaan itu sendiri maupun dari pihak lain. Modal dari pihak lain dapat berbentuk penyertaan modal dan
kredit. Pengusaha kecil menengah selalu mengalami kesulitan dalam memperoleh kredit dari lembaga perbankan akibat ketidakmampuannya menyediakan jaminan dan
membayar bunga yang tinggi. Kredit lunak pada BUMN yang bunganya rendah juga sulit diperoleh karena
selain jumlahnya terbatas dan peminatnya banyak, juga harus mendapat rekomendasi dari Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Kota Medan. Dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2006 tercatat 21.487 pengusaha kecil menengah yang mengajukan permohonan kredit lunak kepada BUMN melalui Kantor Departemen
Koperasi dan PPM Kota Medan, sedangkan yang dikabulkan permohonannya hanya sekitar 10.
Selain itu, usaha kecil menengah juga perlu melakukan kerja sama dengan pihak lain terutama dengan usaha menengah dan besar melalui program kemitraan.
Pengertian kemitraan disini adalah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yaitu “kerjasama usaha antara kecil dan
usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat, dan saling menguntungkan.”
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Pola kemitraan yang dimaksudkan untuk membantu pengusaha kecil tidak terlaksana dengan baik di Kota Medan. Hal ini disebabkan kurangnya minat dari
usaha menengah dan besar untuk bermitra dengan usaha kecil. Usaha besar dan menengah beralasan bahwa yang memutuskan untuk bermitra adalah kantor pusatnya yang
ada di Jakarta. Selain itu, usaha kecil selalu mengalami kesulitan untuk membuat proposal dan mencari bapak asuh.
Sebagaimana dijelaskan bahwa pengusaha kecil menengah mengalami berbagai macam kendala hukum berkaitan dengan perizinan, perkreditan, dan
kemitraan. Dalam menghadapi kendala demikian sebagian pengusaha kecil pasrah saja
dalam arti tidak melakukan apa-apa sehingga dapat dikategorikan melanggar hukum dan atau tidak mendapatkan manfaat atau faedah dan fasilitas yang disediakan
pemerintah, yang seyogianya apabila dimanfaatkan dapat meningkatkan kinerja perusahaannya.
Sebagian pengusaha kecil menengah sebaiknya tidak pasrah dengan kemungkinan kesulitan yang dihadapinya yang ditunjukkan dengan adanya usaha-
usaha tertentu yang dilakukannya untuk dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam rangka mencegah timbulnya kesulitan tersebut. Bagi kelompok
pengusaha kecil menengah terakhir ini yang penting adalah memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan yang ada untuk kepentingan bisnisnya.
Pengusaha kecil menengah kelompok pertama yang pasrah pada kesulitan yang ada di dalam praktek ternyata menemukan kendala dalam memperoleh fasilitas
yang disediakan pemerintah, misalnya perkreditan. Pengusaha semacam ini di lapangan tidak memperoleh surat-surat izin perizinan yang sebenarnya diharuskan
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Atau memperoleh satu atau beberapa macam izin dari sekian banyak izin yang diperlukan.
Pengusaha demikian juga tidak memperoleh fasilitas kredit, baik dari perbankan maupun dari nonperbankan yang disediakan pemeritnah untuk usaha kecil.
Pengusaha demikian juga tidak dapat memperoleh mitra usaha pembina sebagaimana diharapkan pemerintah melalui kebijakan kemitraan.
Kelompok pengusaha kecil yang tidak pasrah pada kesulitan berupaya melakukan sesuatu yang dapat membantunya dalam rangka perolehan berbagai
bentuk perizinan, perkreditan dan kemitraan. Di bidang perizinan misalnya, walaupun merasakan berat karena harus
membayar sejumlah uang tertentu baik yang formal maupun tambahan, tetapi tetap diurus juga dengan harapan dapat memperoleh fasilitas lainnya dari pemerintah
misalnya dapat mengikuti tender dalam pemborongan bangunan atau pengajuan permohonan kredit.
Di bidang perkreditan, pengusaha kecil demikian mau saja membayar uang tambahan di luar ketentuan untuk memperlancar perolehan kredit yang sangat
diperlukannya walaupun kredit dengan persyaratan yang berat baginya. Alternatif lain adalah memperoleh modal dari pihak lain di luar fasilitas yang disediakan
pemerintah. Menurut mereka masalah modal merupakan masalah utama yang mereka hadapi saat ini.
Marlon Henrikus Simanjorang : Perlindungan Hukum Usaha Kecil Menengah Dan Alternatif Pemecahannya Penelitian Di Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
BAB IV PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM MENINGKATKAN