16
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Medan merupakan salah satu Lembaga yang bertugas melaksanakan Sistem Pemasyarakatan, agar Anak Didik
menyadari kesalahannya, memperbaiki diri kembali, dan tidak melanggar atau mengulangi tindak pidana lagi.
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA-Anak Medan sebagai salah satu instansi pemerintah untuk menggerakkan organisasi dalam pencapaian tujuan sangat
mengandalkan sumber daya manusia sebagai sumber daya penggerak pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia haruslah dipandang sebagai sumber daya
organisasi yang dapat meningkatkan daya kompetensi organisasi. Peningkatan daya kompetensi organisasi dapat dicapai bila sumberdaya manusia dikembangkan melalui
kinerjanya. Melalui pengembangan kinerja tersebut diharapkan semua sumber daya manusia dapat memberikan kontribusi secara optimal untuk mencapai suatu tujuan.
Harus disadari pula bahwa kinerja seorang pegawai akan berbeda dengan pegawai lain, oleh karena itu Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA-Anak Medan selalu
memperhatikan dan mempertimbangkan efektivitas kinerja dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki.
10 Kinerja petugas pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA-anak
Medan belum seperti yang diharapkan hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah residivis setiap tahunnya di Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Jumlah residivis dari
tahun 2006 sampai dengan sekarang berjumlah 91 orang terdiri dari tahun 2006 sebanyak 21 orang, tahun 2007 sebanyak 30 orang dan tahun 2008 sebanyak 40
orang. Semakin meningkatnya jumlah residivis di Lapas Klas II A Anak Medan,
mengakibatkan semakin meningkatnya volume kerja pegawai. Untuk memaksimalkan kinerja petugas pemasyarakatan, Pemerintah membuat suatu
kebijakan dengan memberikan insentif dan tunjangan risiko berdasarkan Peraturan Presiden No 88 Tahun 2006 tentang tunjangan risiko bahaya keselamatan dan
kesehatan dalam penyelenggaraan Pemasyarakatan bagi PNS yang diangkat sebagai petugas pemasyarakatan yang diberlakukan pada saat Perpres tersebut diundangkan.
Dengan diberikannya insentif dan tunjangan risiko oleh pemerintah kepada petugas pemasyarakatan khususnya bagian pengamanan, diharapkan mampu
meningkatkan kinerja serta profesionalisme petugas pemasyarakatan tersebut. Pada saat ini, perilaku aparatur yang paling diharapkan adalah perilaku aparatur yang
profesional dalam memberikan pelayanan publik, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pengabdiannya kepada masyarakat. Bagian Pengamanan pada
Lembaga Pemasyarakatan merupakan bagian yang paling rawan, disamping itu bagian ini adalah orang-orang yang kontak langsung dengan Narapidana secara terus
menerus, sehingga mempunyai risiko yang tinggi. Selain gaji yang diterima,
11 pemberian insentif dan tunjangan risiko merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja pegawai pemasyarakatan, ada beberapa hal yang sering terjadi di Lapas oleh karena buruknya kinerja petugas pemasyarakatan antara lain yaitu tingginya angka
percobaan pelarian narapidana atau tahanan, perkelahian, unjuk rasa, pemberontakan, perjudian, perdagangan dan penyelundupan barang-barang terlarang senjata,
narkotika, dan obat terlarang lainnya. Beberapa permasalahan yang telah di kemukakan di atas merupakan beberapa faktor yang menggambarkan rendahnya
kinerja petugas pemasyarakatan. Apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja tentunya akan memberikan dampak yang negatif pada hasil kerja yang diberikan. Dengan hasil
kerja yang kurang baik, tentunya akan menyebabkan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Medan tidak akan dapat mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan.
1.2. Rumusan Masalah