47 sampai dengan 0,896 yang menunjukkan tingkat reliabilitas instrumen penelitian
sudah cukup memadai.
3.9 Pengujian Asumsi Klasik Dalam suatu penelitian kemungkinan akan munculnya masalah dalam
analisis regresi sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model
yang telah dimasukkan ke dalam serangkain data, masalah ini sering disebut dengan masalah pengujian asumsi klasik yang di dalamnya termasuk pengujian normalitas,
multikolineraitas dan heterokedastisitas. 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali 2005
ada dua cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dengan melihat histogram
dan normal plot sedangkan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independent. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independent. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen sama dengan nol. Menurut
48 Ghozali 2005 multikolinieritas dapat dilihat dari 1 nilai tolerance dan
lawannya 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. 3. Uji
Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat Grafik Plot dan Uji Glesjer Ghozali, 2005
3.10 Model Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh pemberian insentif dan tunjangan risiko secara bersama-sama terhadap kinerja digunakan analisis regresi linear berganda Multiple
Regression Analysis dengan persamaan sebagai berikut: Y = B
+ B
1
X
1
+ B
2
X
2
+ ∈
Dimana: Y = Kinerja Petugas Pemasyarakatan
X
1
= Pemberian insentif
49 X
2
= Tunjangan risiko B
= Konstanta B
1
= Koefisien Variabel X
1
B
2
= Koefisien Variabel X
2
∈ = Epsilon atau variabel yang tidak diteliti Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat
kepercayaan confidence interval 95 atau α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis
untuk uji secara bersama-sama serempak adalah: 1. H
: B
1
= B
2
= 0 Pemberian insentif dan tunjangan risiko tidak berpengaruh terhadap kinerja petugas pemasyarakatan Bagian Pengamanan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Anak Medan 2. H
a
: B
1
≠ B
2
≠ 0 Pemberian insentif dan tunjangan risiko berpengaruh terhadap kinerja petugas pemasyarakatan Bagian Pengamanan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Anak Medan Untuk menguji apakah hipotesis diajukan diterima atau ditolak digunakan
Uji F. Dalam hal ini F hitung dibandingkan dengan F
tabel
, jika F
hitung
F
tabel
, maka H
diterima dan H
a
ditolak, sedangkan jika F
hitung
F
tabel
, maka H ditolak dan H
a
diterima. Cara lain adalah jika tingkat kepercayaan lebih kecil dari 95 maka H diterima dan H
a
ditolak, sedangkan jika tingkat kepercayaan lebih besar dari 95 maka H
ditolak dan dan H
a
diterima.
50 Sedangkan pengujian hipotesis secara parsial adalah:
1. H : B
1
= 0 Pemberian insentif tidak berpengaruh terhadap kinerja petugas pemasyarakatan Bagian Pengamanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Anak Medan 2. H
a
: B
1
≠ 0 Pemberian insentif berpengaruh terhadap kinerja petugas pemasyarakatan Bagian Pengamanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Anak Medan 3. H
: B
2
= 0 Tunjangan risiko tidak berpengaruh terhadap kinerja petugas pemasyarakatan Bagian Pengamanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Anak Medan 4. H
a
: B
2
≠ 0 Tunjangan risiko berpengaruh terhadap kinerja petugas pemasyarakatan Bagian Pengamanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Anak Medan Kriteria pengambilan keputusan: t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
uji dua sisi, jika t
hitung
t
tabel
, maka H diterima dan H
a
ditolak, sedangkan jika t
hitung
t
tabel
, maka H ditolak dan H
a
diterima. Cara lain adalah jika tingkat kepercayaan lebih kecil dari 95 maka H
diterima dan H
a
ditolak, sedangkan jika tingkat kepercayaan lebih besar dari 95 maka H
ditolak dan dan H
a
diterima. Pengolahan data dengan menggunakan komputer dengan perangkat lunak SPSS Versi 12,0.
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Medan
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Medan adalah tempat pendidikan dan pembinaan bagi anak pidana, anak negara dan anak sipil yang terletak diwilayah
provinsi Sumatera utara kecamatan Medan Sunggal, Kelurahan Tanjung Gusta. Kodya Medan. Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dibangun Pada
tahun 1980, dengan luas bangunan yaitu 12.580 m² dengan kapasitasdaya tampung 250 Orang. Didalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan terdapat
4 Blok Yaitu Blok A,B,C dan D. dan 6 Gedung Aula dan Gedung kantor berlantai 2, merupakan bangunan baru dengan menempati areal kira-kira 3000 M². Apabila dari
sistem pemasyarakatan, maka bentuk gedung Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan digolongkan dalam medium security. Berdasarkan surat
keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M. 01.PR.07.03 Tahun 1985 tanggal 26 Februari 1985 Tentang organisasi dan tata kerja Lembaga
Pemasyarakatan; maka kedudukan Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan berdiri sendiri dan secara vertikal bertanggung jawab kepada kepala kantor
wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara di Medan.