12 Kota dipilih secara demokratis. Metode pemilihan ini memberikan ruang gerak
bagi rakyat sebagai pemilih untuk menjadi penentu kandidat yang akan memimpin daerahnya. “ Kepala Daerah mesti dipilih langsung dengan rakyatlah yang
menjadi pemegang dan pemberi mandat”. Rozali Abdullah: 21 Tip O’Neill menyebutkan bahwa pilkada adalah sarana membangun
kesadaran politik masyarakat, sebab apabila masyarakat belum memiliki kesadaran dalam politik maka mereka tidak akan mampu menentukan masa depan
mereka ditangan pemimpin yang tengah berkuasa. Tanpa adanya kesadaran politik tersebut maka posisi mereka hanyalah menjadi supporters yang bisa saja diperalat
oleh kelompok elit tertentu padahal seharusnya masyarakat berdiri sebagai voters.
c. Kampanye Politik
Kampanye politik merupakan usaha terorganisasi yang berusaha untuk mempengaruhi proses-proses pembuatan keputusan di dalam kelompok spesifik.
Di dalam kehidupan demokrasi, kampanye politik juga disebut dengan kampanye pemilihan umum.
16
Tujuan kampanye politik pun bergantung dengan jenis pemilihan umumnya. Apabila kampanye politik dilaksanakan ketika menjelang
pemilihan umum presiden maka sudah jelas bahwa kampanye tersebut ditujukan untuk mempengaruhi calon pemilih untuk memilih calon presiden tertentu. Begitu
juga dengan kampanye politik yang dilaksanakan sebelum pemilihan umum kepala daerah, tentu akan ditujukan untuk mempengaruhi calon pemilih agar
menjatuhkan pilihan pada calon kepala daerah tertentu.
16
Wikipedia, edisi terakhir: 20 Februari 2012
13 Prof. Deddy Mulyana M. A. Ph. D melihat kampanye politik dalam sistem
politik demokrasi yang di definisikan sebagai sebuah usaha yang terorganisasi dalam bentuk serangkaian tindakan politik yang ditujukan untuk mengubah
kebijakan di dalam suatu institusi melalui tahapan pengumpulan dukungan terbanyak dari khalayak. Sedangkan secara sederhana kampanye oleh Dr. Gun
Heryanto digambarkan sebagai usaha mempengaruhi khalayak sedemikian rupa sehingga khalayak akan membuat pertimbangan mengenai hasrat, kebutuhan,
serta selera politik mereka untuk dijadikan dasar memilih atau mengubah pilihan atas kandidat atau partai politik kontestan suatu pemilihan umum yang mereka
sukai dengan cara mencoblos di dalam sesi pemungutan suara pemilihan umum tersebut.
17
d. Pemasaran Politik Marketing Politik
Pemasaran politik adalah sebuah usaha yang meliputi kegiatan pengalokasian sejumlah perangkat dan serangkaian strategi di dalam kerangka
menjajal, menguji, dan mengukur opini publik sebelum dan semasa “kampanye pemilihan umum”. Tujuan dari pemasaran politik itu sendiri adalah untuk
memperoleh pijakan bagi langkah-langkah pemilihan strategi dan pengembangan teknik informasi kampanye pemilihan umum tersebut dalam kaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai melalui kampanye yaitu memenangi pemilihan umum.
18
Harrop dalam hal ini memberikan pandangan bahwa pemasaran politik mencakup seluruh segi dari setiap usaha untuk menjadikan seorang kandidat atau
17
Dr. Gun Heryanto Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute
18
Scamell 1995 dalam Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung: PT Rosda Karya. h 21
14 partai politik yang dipasarkannya terpilih dalam suatu pemilhan umum. Sehingga
pemasaran politik dianggap bukan sebatas pengiklanan politik, penyiaran dan pidato-pidato politik baik langsung maupun melalui media penyiaran.
19
Pada level konseptual disebutkan bahwa pemasaran politik adalah suatu proses yang rumit, tetapi juga merupakan suatu hasil dari suatu usaha yang
bersifat global dan berimplikasi terhadap seluruh faktor dari komunikasi politik yang dilakukan oleh para politisi. Pemasaran politik juga merupakan suatu metode
umum sekaligus sebagai salah satu dari cara-cara berkomunikasi di dalam arena politik. Pemasaran politik merupakan kelanjutan dari elaborasi atas suatu
kebijakan komunikasi politik yang dapat mencakup strategi yang lebih global dari rancangan, rasionalisasi dan penyaluran komunikasi politik modern.
1.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini dapat di rumuskan dengan beberapa indikator di antaranya sebagai berikut:
Model kampanye adalah cara atau metode yang digunakan oleh para kandidat dalam mempengaruhi masyarakat sebagai pemilih, hal tersebut dapat dilihat dari:
1. Model pendekatan organisasi yang dilakukan dengan mendirikan atau
menggerakkan organisasi tertentu untuk memperluas sasaran pemilihnya.
a. Konsolidasi internal
b. Konsolidasi eksternal
19
Kavanagh: 1995, 1996 dalam Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung: PT Rosda Karya. h. 13
15 2.
Model pendekatan interpersonal yang dilakukan secara interpersonal berhadapan langsung dengan pribadi lain seperti mengunjungi rumah-rumah
pemilih. a.
Kampanye door to door b.
Kampanye pertemuan terbatas 3.
Model politik transaksional yang dilakukan dengan cara memberikan suatu hal berupa materil dengan timbal balik berupa dukungan atau suara untuk
kandidat kepala daerah tertentu. a.
Pemberian barang atau jasa dan atau hadiah lainnya yang berupa materil.
1.6 METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Sebab masalah yang diteliti merupakan suatu fenomena sosial yang sifatnya deskriptif. Menurut
Djam’an Satori dan Aan Komariah, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan cara mendeskripsikannya secara
benar, di bentuk berdasarkan kata- kata serta berdasarkan teknik pengumpulan data analisis yang relevan dan di peroleh dari situasi yang alamiah.
20
Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini di dasarkan pada alasan bahwa permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini yaitu bagaimana Model
Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015. Disamping itu, pendekatan kualitatif lebih tepat
20
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2011, Hal.25
16 dalam penyesuaian ketika terjadi perubahan situasi yang di hadapi selama proses
penelitian berlangsung.
21
1.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah peneltian deskriptif. Bogda dan taylor mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati.
22
Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam terkait permasalahan yang di teliti. Dalam hal ini peneliti berusaha mendapatkan
informasi sedetail-detailnya tentang Model Kampanye Politik Kndidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015.
1.6.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Kabupaten Malang dengan pertimbangan bahwa fokus penelitian ini mengacu pada kegiatan kampanye yang telah dilaksanakan sejak
tanggal 10 Agustus 2015 sd tanggal 05 Desember 2015.
21
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal.10
22
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta. 2011. Hal. 213
17
1.6.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau narasumber dalam penelitian ini adalah: a.
Ketua tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi b.
Sekertaris tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi c.
Anggota tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi d.
Wakil ketua tim pemenangan pasangan Dewanti- Masifah e.
Anggota tim pemenangan pasangan Dewanti- Masrifah f.
Wakil ketua tim pemenangan pasangan Nurcholis- Mufidz g.
Katua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Malang h.
Humas KPUD Kabupaten Malang i.
Kasubag Umum KPUD Kabupaten Malang
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengumpulkan atau memperoleh data yang ada di lapangan yang akurat dan faktual, guna memecahkan permasalahan
yang ada dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a.
Observasi: Kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dalam upaya memahami apa yang diketahui oleh subjek penelitian yang berkaitan
dengan tema yang di angkat dalam penelitian. Istilah observasi di arahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat dan mencatat fenomena yang
muncul. Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah
18 sehingga memperoleh pemahaman dan juga sebagai alat rechecking atau
pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.
23
b. Wawancara Tak Terstuktur: Wawancara tak terstruktur adalah sebuah
kegiatan wawancara yang biasanya pertanyaannya tidak disusun terlebih dahulu, sebab pertanyaan akan disesuaikan dengan respon dari
narasumber. Pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan
informasi yang bukan tunggal karena masih memerlukan penafsiran kembali. Narasumber biasanya adalah mereka yang memiliki pengetahuan
dan mendalami situasi yang tengah diteliti.
24
c. Dokumen: Dokumen adalah sebuah kumpulan catatan, karangan, laporan,
aturan, maupun sejenis informasi yang dihasilkan oleh lembaga sosial tertentu. Dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan suatu fenomena sosial yang berkaitan dengan penelitian.
25
23
Rahayu, I., Observasi dan Wawancara, Malang, Banyuwangi, 2004, Hal. 1
24
Prof. DR. Lexy Moleong, M. A metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal.190
25
Prof. DR. Lexy Moleong, M. A metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal. 219.
19
1.6.5 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif,
26
yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari
catatan- catatan lapangan.
27
Langkah- langkah yang digunakan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorisasikan kedalam tiap
permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan sehingga dapat ditarik dan di verifikasi. Data yang di
reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian. Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika di perlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka
jmlah adata akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak
mempersulit analisis selanjutnya.
26
Miles dan Huberman 1948 dalam metode penelitian kuantitatif kualitatif dan RD
27
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michel, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, Hal. 16
20
b. Display Data Penyajian Data