2.3.3 Tipe lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya Nugroho, 2008.
Adapun tipe lansia yaitu :
1. Tipe arif bijaksana Lansia yang kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan. 2. Tipe mandiri
Lansia mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi
undangan. 3. Tipe tidak puas
Terjadi konflik lahir batin pada lansia yakni menentang proses penuaan sehingga lansia akan menjadi pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. 4. Tipe pasarah
Lansia akan menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
Universitas Sumatera Utara
5. Tipe bingung Lansia yang mudah kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, minder, menyesal, pasif, dan bersikap acuh tak acuh.
2.3.4 Teori – Teori Penuaan
Teori – teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, antara lain: 1.
Teori Biologis
a. Teori Genetik Lock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul. Molekul DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin terjadi penurunan
kemampuan fungsi sel Maryam dkk, 2008. b. Immunology Slow Theory
Menurut teori ini, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh Maryam dkk, 2008. c. Teori Stress
Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel – selnya yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel – sel tubuh lelah terpakai Maryam
dkk, 2008. d. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel – sel tidak dapat melakukan regenerasi Maryam
dkk, 2008. e. Teori Rantai Silang
Pada teori ini, diungkapkan bahwa reaksi kimia sel – sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel Maryam dkk, 2008.
2. Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan pertambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi
persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Semua
Universitas Sumatera Utara
penurunan tersebut dikaitakn dengan penurunan fisiologis dan fungsional organ otak Maryam dkk, 2008.
3. Teori Sosial
a. Teori Interaksi Sosial Social Excahnge Theory Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal – hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang,
sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti
perintah. Pokok – pokok teori interaksi sosial ini adalah masyarakat terdiri atas aktor – aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannnya
masing – masing. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu. Untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai, seorang aktor harus mengeluarkan biaya dan senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
Hanya interaksi yang ekonomis saja ynag dipertahankan olehnya Maryam dkk, 2008.
b. Teori Penarikan Diri Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses
penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta
mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya. Pada lansia
Universitas Sumatera Utara
terjadi kehilangan ganda triple loss yaitu kehilangan peran loss of roles, hambatan kontak sosial restriction of contacts and
relationship dan berkurangnya komitmen reduced commitment to social moralres and values.
c. Teori Aktivitas Teori ini menyatakn bahwa penuaan yang sukses bergantung dari
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalm melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dari aktivitas yang dilakukan. Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan
suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya. Pokok – pokok
teori aktivitas ini adalah moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di
masyarakat serta kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia Maryam dkk, 2008.
d. Teori Kesinambungan Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan manusia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Kesulitan untuk
Universitas Sumatera Utara
menerapkan teori ini adalah sulit untuk memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus tiap orang berbeda – beda.
e. Teori Perkembangan Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah
dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa. Teori ini menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu
tantangan dan bagimana jawaban lansia terhadap tantangan tersebut yang dapat bernilai positif dan negatif. Masa tua merupakan saat
lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya dan merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu
pensiun atau menjanda dan menduda. Lansia juga harus menyesuaikan diri sebagai akibat dari perannya yang berakhir dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya srta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman – temannya.
f. Teori Stratifikasi Sosial Dua elemen penring dari model stratifikasi usia tersebut adalah
yang pertama struktur yang mencakup bagaimana penilaian strata, dan bagaimana terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tak
merata pada masing – masing strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia. Kedua, proses yang mencakup
bagaiman menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran yang
Universitas Sumatera Utara
ada serta bagaimana cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus – menerus.
4. Teori Spiritual
Teori ini tentang hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Menurut Fowler, kepercayaan
adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan,
cinta kasih, dan harapan. Fowler juga meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan lingkungan terjadi karena adanya
kombinasi antara nilai – nilai dan pengetahuan. Perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan
keadilan Maryam dkk, 2008.
2.3.5 Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Nugroho 2008 menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial,
dan perkembangan spiritual.
1. Perubahan Fisik
a. Sel Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,
berkurangnya jumlah cairan cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah,
Universitas Sumatera Utara
dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10
Nugroho, 2008. b. Sistem Persarafan
Terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi
khususnya stress, mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap sentuhan. Pada sistem pendengaran terjadi
presbiakusis gangguan dalam pendengaran hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, otosklerosis akibat atrofi membran timpani, dan terjadinya
pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya keratin, serta biasanya pendengaran bertambah menurun pada lanjut
usia yang mengalami ketegangan jiwastress Nugroho, 2008. c. Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis bola, kekeruhan pada lensa menyebabkan
katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya
gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang,
Universitas Sumatera Utara
serta menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau Nugroho, 2008.
d. Sistem Kardiovaskuler Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan
darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak, serta meningginya tekanan darah akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer Nugroho, 2008. e. Sistem Pengaturan
Temperatur tubuh terjadi hipotermia secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan
tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun Nugroho, 2008.
f. Sistem Respirasi Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun,
dan kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dari biasa
Universitas Sumatera Utara
dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan otot pernafasan menurun Nugroho, 2008.
g. Sistem Gastrointestinal Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam,
atau pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, serta
melemahnya daya absorbsi Nugroho, 2008. h. Sistem Reproduksi
Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat
memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa
lanjut usia asal kondisi kesehatan baik Nugroho, 2008. i. Sistem Perkemihan
Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air
kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria Nugroho, 2008.
Universitas Sumatera Utara
j. Sistem Endokrin Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup penurunan
aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron, progesterone, estrogen, dan testosteron Nugroho, 2008.
k. Sistem Integumen Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya, serta kelenjar
keringat yang berkurang jumlah dan fungsinya Nugroho, 2008. l. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan density cairan dan makin rapuh, kifosis, pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, serta atrofi serabut otot Nugroho, 2008.
2. Perubahan Mental
Perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Pada
Universitas Sumatera Utara
perubahan mental juga terjadi perubahan pada kenangan yang biasa dikenal dengan demensia dan perubahan pada IQ dapat terjadi pada
daya membayangkan karena faktor waktu. Penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor juga akan berkurang Nugroho, 2008.
3. Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Pada lansia
yang mengalami masa pensiunan akan mengalami kehilangan finansial, status, teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan atau kegiatan
Nugroho, 2008.
4. Perkembangan Spiritual
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun yaitu berfikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan.
Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya karena agama semakin terintegrasi dalam kehidupanNugroho, 2008.
2.3.6 Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erikson dalam Maryam dkk 2008, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia antara lain; lansia harus mempersiapkan diri untuk
kondisi yang menurun dan masa pensiun. Lansia sebaikanya membentuk
Universitas Sumatera Utara
hubungan baik dengan orang seusianya dan melakukan adaptasi terhadap kehidupan sosial masyarakat secara santai. Selain itu lansia juga harus
mempersiapkan kehidupan barunya sebagai lansia dan mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan Maryam dkk, 2008.
2.4 Peran Keluarga Dalam Merawat Lansia
Dengan meningkatnya usia, terjadi pula penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Pada umumnya usia lanjut memerlukan bantuan
keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjalani hari tua yang
menyenangkan Nugroho, 2008. 2.4.1
Perawatan fisik
Menurut Nugroho 2008, perawatan dengan pendekatan fisik untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan
mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan,cara memakan
obat dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Adapun komponen perawatan dengan pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah
memperhatikan dan membantu para lansia untuk bernafasdengan lancar, makan termasuk memilih dan menentukan makanan, minum, melakukan
eleminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu tubuh dan melindungi kulit serta kecelakaan.
Universitas Sumatera Utara