Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasaus identitas regional menurut masyarakat adat dan petani
PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
DI KABUPATEN TANAH DATAR, PROVINSI SUMATERA BARAT : Studi Kasus Identitas Regional Menurut Masyarakat Adat dan Petani
DESITARANI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
STUDI IDENTITAS REGIONAL GUNA MENUNJANG PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
DI KABUPATEN TANAH DATAR, PROVINSI SUMATERA BARAT : Studi Kasus Identitas Regional Menurut Masyarakat Adat dan Petani
DESITARANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
D epartemen Konservasi Sumberdaya H utan dan Ekowisata F akultasKehutanan
I nstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(3)
Judul : Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat : Studi Kasus Identitas Regional Menurut Masyarakat Adat dan Petani
Nama : Desitarani NRP : E34101003
Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc. F NIP 131 849 389
Ir. Nandi Kosmaryandi, MSc.F NIP 132 206 248
Mengetahui :
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana M.S. NIP 131 430 799
(4)
RINGKASAN
Desitarani. E34101003. Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat : Studi Kasus Identitas Regional Menurut Masyarakat Adat dan Petani. Dibimbing oleh Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc.F dan Ir. Nandi Kosmaryandi, MSc.F.
Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam meningkatkan ekonomi di tingkat daerah, untuk itu daerah berusaha menggali potensi yang ada seperti potensi semberdaya alam, sejarah dan budaya serta sumberdaya manusia. Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, perbedaan inilah yang menjadi kekhasan atau identitas regional untuk menunjang industri pariwisata. Kabupaten Tanah Datar sebagai contoh kasus, merupakan kabupaten yang kaya akan potensi sumberdaya alam, sejarah dan kekhasan sosial budaya masyarakat. Potensi tersebut dapat menjadi identitas regional Kabupaten Tanah Datar untuk menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan. Contoh potensi sumberdaya alam di bidang wisata yang ada di Kabupaten Tanah Datar adalah Nagari Wisata Pandai Sikek, Bukit Batu Patah, Nagari Tuo Pariangan, Lembah Anai, Danau Singkarak, Puncak Pato, Ngalau Pangian, Panorama Tabek Patah dan lainnya. Di bidang sejarah Kabupaten Tanah Datar juga memiliki potensi yang sangat tinggi diantaranya adalah banyaknya peninggalan sejarah dan seperti Batu Basurek, Batu Batikam, Ustano Rajo, Benteng Van Der Capellen, Rumah Gadang Balimbing, Balairuang Sari dan yang lainnya.
Identitas regional Kabupaten Tanah Datar juga sangat berhubungan dengan kebudayaan yang mengakar pada masyarakat. Kebudayaan yang ada di Kabupaten Tanah Datar merupakan daya tarik tersendiri yang dapat menjadi ciri khas atau identitas masyarakat tersebut. Untuk mengetahui identitas regional Kabupaten Tanah Datar diperlukan keterlibatan semua pihak yang berkepentingan atau stakeholders. Dua stakeholder penting di masyarakat adalah masyarakat adat dan petani. Studi Identitas regional di Kabupaten Tanah Datar dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2005. Dari hasil penelitian diperoleh identitas regional berupa kesenian dan upacara adat. Dari 60 responden petani 15 responden (25%) memilih kesenian tradisional sebagai identitas regional. Sedangkan 26 responden (43,33%) dari 60 responden tokoh masyarakat adat memilih upacara adat sebagai identitas regional Kabupaten Tanah Datar.
Identitas yang telah dipilih oleh masyarakat dapat dikemas untuk menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan, namun agar berkelanjutan identitas tersebut perlu dilestarikan. Dalam melestarikan identitas regional terlebih dahulu harus dilestarikan budaya berupa kesenian dan upacara adat yang ada di masyarakat. Pelestarian budaya akan tercipta apabila adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebudayaan yang mereka miliki. Kelestarian budaya tidak hanya tanggung jawab masyarakat yang ada pada waktu sekarang, akan tetapi juga tanggung jawab generasi berikutnya. Satu generasi harus memberikan, mengajarkan, menunjukkan, mencontohkan dan mentransfer nilai- nilai dan norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan untuk generasi selanjutnya. Saat ini peluang untuk melestarikan kesenian dan upacara adat sangatlah besar,
(5)
hal ini ditunjang oleh kebijakan pemerintah daerah yaitu dengan berubahnya sistem pemerintahan desa menjadi sistem pemerintahan nagari. Dengan menggunakan sistem pemerintahan nagari, nilai-nilai adat yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar akan lebih terakomodasi. Nilai- nilai adat yang diekspresikan melalui kesenian dan upacara adat yang selama ini terpendam dalam tatanan kehidupan masyarakat sudah mulai muncul kembali.
Ada tiga hal yang harus diintegrasikan dalam upaya melestarikan adat dan budaya, khususnya kesenian dan upacara adat. Ketiga hal tersebut adalah culture landscape, dukungan dari masyarakat lokal dan pemerintahan lokal (local government). Integrasi secara menyeluruh tiga komponen di atas dalam upaya melestarikan budaya khususnya kesenian dan upacara adat secara langsung dapat menunjang pelestarian terhadap identitas regional Kabupaten Tanah Datar. Kesenian dan upacara adat sebagai identitas regional Kabupaten Tanah Datar dapat me mberikan landasan, arah dan pendekatan bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan di kabupaten ini.
Identitas dapat menimbulkan citra pariwisata apabila dikemas secara baik. Di Kabupaten Tanah Datar konsep pembangunan wisata yang berkelanjutan berdasarkan identitas regional, kondisi wilayah dan keinginan masyarakat adalah ekowisata berbasis budaya (culture based ecotourism). Prinsip pembangunan pariwisata ini menekankan keterlibatan masyarakat secara langsung. Masyarakat diletakkan sebagai aktor utama yang memiliki kepentingan berpartisipasi, sehingga dari hal ini diharapkan masyarakat mendapatkan nilai lebih dari sebuah konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Tidak hanya masyarakat, stakeholder lainpun berperan penting dalam hal ini seperti pemerintahan, pihak swasta serta institusi pendidikan. Komponen pemerintahan yang terdiri dari berbagai dinas harus terintegrasi dengan baik dan mendukung satu sama lain. Keterlibatan seluruh stakeholders secara integratif, komprehensif dan sinergis dapat mendukung pembanguna n konsep ekowisata berbasis budaya (culture based ecotourism) yang berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar. Sehingga pada akhirnya pembangunan pariwisata ini mampu mendukung lingkungan secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, pada tanggal 01 Januari 1983. Penulis adalah putri ke tiga dari lima bersaudara pasangan Nasrun dan Rosnah. Jenjang pendidikan formal dimulai pada tahun 1988 di TK Pertiwi Lubuk Jantan. Pada tahun 1989 penulis melanjutkan ke SDN 03 Tuanku Lareh dan lulus pada tahun 1995. Kemudian penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Lintau Buo, pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan formalnya di SMUN 1 Lintau Buo dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan antara lain Himpunan Mahasiswa Konservasi (HIMAKOVA), UKM Uni Konservasi Fauna, pengurus Asrama Putri Darmaga dan lain- lain. Penulis pernah melakukan kegiatan magang dan ekspedisi di kawasan konservasi antara lain di Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Ujung Kulon. Pada tahun 2004 penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Desa Getas (Jawa Timur), Baturaden dan Cilacap (Jawa Tengah). Pada tahun 2005 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Provinsi Jambi.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Studi Identitas Regional guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat : Studi Kasus Identitas Regional Menurut Masyarakat Adat dan Petani” dibawah bimbingan Dr.Ir. Ricky Avenzora, MSc.F. dan Ir. Nandi Kosmaryandi, MSc. F.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dan skripsi ini. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berjudul “Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pa riwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat : Studi Kasus Identitas Regional Menurut Masyarakat Adat dan Petani”. Dalam tulisan ini, penulis menyajikan hasil penelitian dengan tujuan mengetahui identitas regional Kabupaten Tana h Datar. Identitas yang diperoleh adalah budaya dalam bentuk kesenian dan upacara adat. Selain itu penulis juga memaparkan konsep pelestarian budaya dan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan berdasarkan identitas regional. Sehingga pada akhirnya identitas regional dapat memberikan landasan, arah dan masukan untuk pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu semua kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian berikutnya.
Bogor, Mei 2006
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat : Studi Kasus Identitas Regional Menurut Masyarakat Adat dan Petani”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc.F dan Ir. Nandi Kosmaryandi, MSc.F sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahannya. 2. Ir. Bahruni. MS sebagai dosen penguji perwakilan Departemen
Manajemen Hutan dan Ir. Rita Kartika Sari, M.Si sebagai dosen penguji perwakilan Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
3. Pemda Tingkat I Provinsi Sumatera Barat, Pemda Tingkat II Kabupaten Tanah Datar, Kecamatan X Koto, Lima Kaum, Batipuh Selatan, Lintau Buo dan Tanjung Baru atas izin dan fasilitasnya.
4. Ayah dan bunda serta seluruh keluarga atas segala perhatian dan dorongannya.
5. Teman-teman di Asrama Putri Darmaga atas bantua n dan fasilitasnya. 6. Rekan-rekan KSH ’38 atas segala keceriaan dan kenangannya.
7. Seseorang yang selalu menyemangati
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Ak hirnya semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Januari 2006
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 3
C. Manfaat ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebudayaan ... 4
B. Pariwisata ... 5
C. Pariwisata Berkelanjutan ... 7
D. Kaitan antara Stekeholders dan Pariwisata ... 11
E. Identitas Regional ... 12
F. Masyarakat Adat... 14
G. Petani ... 15
III. KONDISI UMUM A.Letak ... 17
B.Kondisi Fisik dan Biologi ... 17
C. Kependudukan ... 17
D. Sosial ... 18
E. Pendidikan ... 19
F. Agama ... 19
G. Ekonomi dan Pembangunan ... 19
IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
B. Bahan dan Alat ... 22
C. Cara Pengumpulan Data... 22
D.Teknik Penarikan Contoh ... 23
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Kabupaten Tanah Datar ... 26
A.1. Potensi Sumberdaya Alam ... 27
A.2. Potensi sejarah dan budaya masyarakat ... 31
B. Elemen Budaya ... 36
B.1. Pakaian ... 36
B.2. Perumahan ... 37
(10)
B.4. Alat Produksi ... 42
B.5. Alat Permainan ... 43
B.6. Sistem Ekonomi... 43
B.7. Kerajinan Tangan ... 45
B.8. Sistem Kekerabatan ... 47
B.9. Upacara Adat ... 49
B.10.Sistem Hukum ... 50
B.11.Sistem Pemerintahan ... 52
B.12.Bahasa... 55
B.13.Kesenian ... 57
C. Identitas Regional Menurut Stakeholders ... 58
C.1. Identitas Regional Menurut Tokoh Masyarakat Adat ... 58
C.2.Identitas Regional Menurut Petani ... 73
D. Konsep Pelestarian Budaya sebagai Identitas Regional ... 81
E. Konsep Pengembangan Identitas Regional guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan... 86
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 94
VII. DAFTAR PUSTAKA... 95
(11)
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
Tabel 1. Jumlah dan presentase masyarakat adat yang memilih elemen
budaya untuk identitas regional... 58
Tabel 2. Jumlah dan presentase petani yang
(12)
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
Gambar 1. Diagram “The Circuit of Culture” ... 13
Gambar 2. Jumlah Penduduk per kecamatan di Kabupaten Tanah Datar .. 18
Gambar 3. Kepadatan penduduk kecamatan di Kabupaten Tanah Datar.... 18
Gambar 4. Jumlah objek wisata di Kabupaten tanah Datar ... 21
Gambar 5. Potensi Sumberdaya alam sebagai objek wisata di Kabupaten Tanah Datar... 31
Gambar 6. Beberapa situs peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Tanah Datar... 33
Gambar 7. Jenis pakaian adat di Kabupaten Tanah Datar... 37
Gambar 8. Bentuk perumahan dan ukirannya di Kabupaten Tanah Datar... 39
Gambar 9. Beberapa jenis makanan khas dan makanan adat di Kabupaten Tanah Datar... 41
Gambar 10. Beberapa jenis alat produksi... 43
Gambar 11. Pengembangan beberapa industri pariwisata ... 44
Gambar 12. Jenis kerajinan tangan di Kabupaten Tanah Datar ... 46
Gambar 13. Garis hubungan kekerabatan berbentuk matrilinial... 48
Gambar 14. Contoh aturan penggunaan lahan (land use) di Minangkabau .. 55
Gambar 15. Pertunjukan randai di Hawaii ... 57
Gambar 16. Grafik jumlah dan persentasi identitas regional menurut petani... 59
Gambar 17. Grafik biplot MCA masyarakatadat terhadap identitas regional 60 Gambar 18. Adat Kematian di Nagari Lubuk Jantan ... 67
Gambar 19. Makanan dalam upacara turun mandi ... 68
Gambar 20. Salah satu rangkaian upacara adat batagak gala... 70
Gambar 21. Bagian-bagian pakaian kebesaran penghulu ... 72
(13)
Gambar 23. Grafik jumlah dan persentase identitas regional menurut petani 74 Gambar 24. Grafik biplot petani MCA terhadap identitas regional ... 75 Gambar 25. Beberapa jenis kesenian dan alat musik
di Kabupaten Tanah Datar... 81 Gambar 26. Konsep pelestarian budaya untuk mendukung
pelestarian identitas regional ... 84 Gambar 27. Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian... 98
Lampiran 2. Kuisioner... 99
Lampiran 3. Karakteristik Responden Tokoh Masyarakat Adat... 108
Lampiran 4. Karakteristik Responden Petani... 109
Lampiran 5. Data Minitab Responden Tokoh Masyarakat Adat ... 111
Lampiran 6 . Data Minitab Responden Petani ... 112
Lampiran 7. Data Statistik Responden Tokoh Masyarakat Adat ... 114
(15)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World Travel and Tourism Council pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki pertumbuhan yang cukup besar yaitu 4 persen per tahun dan menyumbang sekitar 11,6 persen pada GDP dunia (Linberg, 2002; dalam Hidayati dkk, 2003). Di Indonesia, pada dasawarsa terakhir industri pariwisata telah berkembang dengan pesat dan telah menjadi industri andalan bagi devisa negara terutama pada masa krisis. Pada tahun 2000 sektor pariwisata telah menyumbang sebesar 9,27 persen dari GNP Indonesia dan telah menyerap hampir 8 persen dari seluruh jumlah tenaga kerja (Menparda, 2000; dalam Hidayati dkk, 2003). Namun orientasi pembangunan pariwisata selama ini lebih mengutamakan kepentingan ekonomi, hal ini menyebabkan terabaikannya pelestarian lingkungan dan terpinggirkannya penduduk lokal. Keadaan tersebut mendorong timbulnya kesadaran untuk mengembangkan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan dan penduduk lokal yang disebut dengan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pariwisata berkelanjutan harus menekankan pada beberapa kriteria yaitu berkelanjutan secara ekologi dan ekonomi, adil secara etika serta sosial terhadap masyarakat. Sehingga pada masa datang diharapkan sektor pariwisata menjadi harapan baru yang dapat mengurangi krisis multi dimensional yang terjadi di negara ini.
Di tingkat daerah sektor pariwisata juga merupakan salah satu sektor yang mempunyai peran penting dalam peningkatan ekonomi. Sektor ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah. Apalagi sejak era otonomi, setiap daerah berusaha menggali potensi yang ada di daerahnya agar dapat dikembangkan dalam kegiatan pariwisata. Potensi tersebut dapat berupa potensi sumberdaya alam maupun sosial budaya masyarakat setempat. Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, perbedaan inilah yang menjadikan kekhasan ataupun identitas regional (identitas daerah) yang dapat dikembangkan untuk menunjang pariwisata berkelanjutan. Identitas regional dirasa penting, karena
(16)
dengan adanya identitas regional masing- masing daerah akan lebih mengenal daerahnya sendiri. Selain itu dengan adanya identitas regional diharapkan dapat menghindari persaingan negatif antar daerah.
Kabupaten Tanah Datar sebagai contoh kasus, merupakan kabupaten yang kaya akan potensi sumberdaya alam dan kekhasan sosial budaya masyarakat. Sehingga tidak salah nenek moyang menyebut Kabupaten Tanah Datar sebagai “Luhak Tanah Data, Luhak Nan Tuo: buminyo lembang, aienyo tawa, ikannyo banyak”( artinya Luhak Tanah Datar: tanahnya dingin, airnya tawar dan ikannya banyak). Potensi sumberdaya alam dan kekhasan sosial budaya tersebut dapat menjadi identitas regional Kabupaten Tanah Datar guna menunjang pariwisata berkelanjutan.
Untuk mengetahui identitas regional Kabupaten Tanah Datar, maka perlu keterlibatan seluruh stakeholder. Dua stakeholder yang penting adalah masyarakat adat dan petani. Petani memiliki peranan penting dalam pembangunan berkelanjutan. Sektor pertanian tidak saja memberikan kontribusi pada devisa negara tetapi juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagaian besar penduduk Indonesia. Pembangunan pertanian dewasa ini tidak hanya ditujukan kepada peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk, tetapi lebih ditekankan pada upaya peningkatan pendapatan petani. Penganekaragaman usahatani secara horizontal termasuk bidang wisata diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Begitu juga halnya dengan masyarakat adat, saat ini dalam pelaksanaan pariwisata berkelanjutan masyarakat adat harus dilibatkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kecembur uan sosial dan menumbuhkan rasa tanggung jawab. Selain itu masyarakat adat telah mempunyai dasar pengetahuan tentang daerahnya sendiri seperti kebudayaan, keadaan lokasi, akomodasi dan yang lainnya. Untuk itu perlu partisipasi penuh, kreativitas, semangat, keberanian dan pengetahuan masyarakat adat dalam mencapai pembangunan pariwisata berkelanjutan. Keterlibatan dua stakeholder ini dalam pemberian ide, pendapat dan keikutsertaannya, akan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar kedepannya.
(17)
B. Tujuan
Penelitian identitas regional di Kabupaten Tanah Datar bertujuan untuk mengetahui persepsi, motivasi dan preferensi masyarakat adat dan petani atas segala aspek kehidupan yang dapat menjadi identitas regional Kabupaten Tanah Datar.
C. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, landasan, arah, bahan pertimbangan dan pendekatan bagi upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi data dasar bagi upaya pengembangan studi identitas regional di Indonesia.
(18)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebudayaan
Masyarakat adalah orang yang menghasilkan kebudayaan. Menurut Malinowski dalam Soekanto, 1992, Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Kebudayaan menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (EB Tailor, 1871 dalam Soekanto, 1992). Sedangkan menurut Soemardjan dan Soemardi, kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Rasa akan mewujudkan kaedah-kaedah dan nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah- masalah kemasyarakatan termasuk agama, ideologi, kebatinan dan kesenian. Sedangkan cipta merupakan kemampuan mental dan kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat.
Menurut Soekanto, 1992, budayaan memiliki beberapa unsur (cultural universals) yang meliputi : (1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat produksi dll), (2) mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dll), (3) sistem-sistem kemasyarakatan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem pengetahuan, dan (7) religi (sistem kepercayaan).
Setiap kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat pada dasarnya memiliki hakekat yang berlaku umum. Hakekat tersebut adalah : (1) kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia, (2) kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya satu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya generasi yang bersangkutan, (3) kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya, (4) kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak,
(19)
tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diijinkan (Soekanto, 1992)
Dalam konteks kebudayaan, kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam, lingkungan trasedental, dan lingkungan sosial. Upaya untuk mempertahankan dan mentransformasikan nilai- nilai budaya suatu masyarakat sebagai pedoman hidup yang merupakan hasil adaptasi mereka dengan lingkungannya, dilakukan dengan cara menciptakan pendidikan (Santoso dalam Soekanto, 1992)
Kebudayaan memiliki fungsi bagi masyarakat yaitu melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya dengan melahirkan kebudayaan kebendaan (teknologi), selain itu juga untuk memanfaatkan alam. Melindungi diri dari kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat dengan adanya karsa yang mewujudkan norma dan nilai- nilai sosial, kebudayaan juga merupakan petunjuk bagaimana manusia bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya (Soekanto, 1992)
Kebudayaan yang dipelihara dan dipegang teguh oleh suatu masyarakat dapat menjadi suatu ciri khas atau bahkan menjadi identitas masyarakat tersebut. Pada banyak tempat di belahan dunia, kebudayaan merupakan daya tarik tersendiri yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung, baik untuk menikmati kebudayaan tersebut maupun dengan maksud mempelajarinya.
Kebudayaan yang sudah mengakar pada masyarakat harus dilestarikan, cara pelestarian budaya adalah dengan mewariskan dan mengembangkan budaya tersebut dari generasi ke generasi. Menurut Berry et al., (1999), bahwa satu kelompok budaya dapat mewariskan ciri-ciri atau perilaku kepada generasi selanjutnya melalui mekanisme mengajar dan belajar.
B. Pariwisata
Pariw isata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya (Pendit, 1999). Pernyataan tersebut diperkuat dengan kenyataan bahwa pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (World Tourism
(20)
Organization; WTO, 2000 dalam Abikusno, 2005). Pariwisata juga diakui sebagai salah satu aktivitas ekonomi utama dunia. Hal ini diindikasikan oleh makin meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke daerah tujuan wisata. Dalam tahun 2000 saja telah tercatat sebanyak 700 juta kunjungan internasional, dan diperkirakan bahwa pariwisata domestik mencapai 10 kali lipat dari nilai tersebut (United Nations Environment Programme; UNEP, 2003, dalam Abikusno, 2005). WTO memprediksikan bahwa pariwisata internasional akan terus berkembang rata-rata sebesar 4,1% per tahun, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di Asia Timur dan Pasifik dimana Indonesia berada di dalamnya (Yoeti, 2003). Bagi Indonesia perkembangan pariwisata tersebut terindikasi dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9,18 hari/ orang) di tahun 1998 dan meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12,26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata ini pada tahun 2000 adalah sebesar 5,75 milyar dolar Amerika (Depparsenibud dalam Abikusno, 2005).
Undang-undang Republik Indonesia nomor 9 tahun 1990 (Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, 1990) dalam pasal 1 (5) menyatakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha- usaha yang terkait di bidang tersebut. Dinyatakan pula bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Pariwisata menurut Marpaung, (2002) adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Unsur pokok industri pariwisata menurut Pendit (1999) adalah politik pemerintah, perasaan ingin tahu, sifat ramah tamah, jarak dan waktu, atraksi, akomodasi, pengangkutan, harga-harga, publisitas dan promosi serta kesempatan berbelanja. Diberbagai negara, di Eropa Barat misalnya, orang menggolongkan daerah tujuan wisata ini menurut beberapa faktor (Pendit, 1999) yaitu :
(21)
a. Daerah tujuan wisata tergantung atas alam, misalnya tempat berlibur pada musim- musim tertentu dan tempat beristirahat untuk kesehatan.
b. Daerah tujuan wisata tergantung atas kebudayaan, misalnya kota-kota bersejarah, pusat pendidikan, tempat yang mempunyai acara khusus seperti perayaan, adat istiadat, pesta rakyat serta tempat seperti pusat beribadah.
c. Daerah tujuan wisata tergantung atas lalu lintas, misalnya daerah pelabuhan laut, pertemuan lalu lintas kereta api, persimpangan lalu lintas kendaraan bermotor, daerah pelabuhan udara.
d. Daerah tujuan wisata tergantung atas kegiatan ekonomi, misalnya pusat perdagangan dan perindustrian, pusat-pusat bursa dan pekan raya, tempat-tempat yang memiliki institut perekonomian atau peristiwa-peristiwa ekonomi. e. Daerah tujuan wisata tergantung atas kegiatan politik, misalnya ibu kota atau
pusat pemerintahan, tempat-tempat dimana terdapat institut politik atau kegiatan-kegiatan politik.
C. Pariwisata Berkelanjutan
Selama ini kebijakan pembangunan pariwisata yang telah diterapkan lebih mengutamakan manfaat dari segi ekonomi sehingga menyebabkan terabaikannya pelestarian lingkungan dan terpinggirkannya penduduk lokal (Siregar, 2001 dalam Hidayati dkk 2003). Keadaan tersebut mendorong timbulnya kesadaran untuk mengembangkan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan dan penduduk lokal yang dikenal dengan pariwisata berkelanjutan. Dukungan dari dunia internasional terhadap pariwisata berkelanjutan pun sangat tinggi hal ini dibuktikan dengan adanya definisi tentang pariwisata berkelanjutan dalam agenda 21 oleh WTO (World Tourism Organisation) yaitu :
....meets the need of present tourist and host regions while
protecting and enhancing opportunities for the future. It is envisaged as leading to management of all resources in such a way that economic, social, and aesthetic needs can be fulfilled while maintaining cultural integrity, essential ecological processes,
biological diversity and life support systems ( Piagam Pariwisata
Berkelanjutan di Insula,1995 dalam Hidayati dkk, 2003).
Konsep pariwisata berkelanjtan juga masih dalam perdebatan. Beberapa konsep dan difinisi pariwisata berkelanjutan bermunculan diantaranya adalah :
(22)
1. Kegiatan wisata yang mempertemukan kepentingan pengunjung dan penerima dengan menjaga kesempatan bagi generasi mendatang untuk dapat pula ikut menikmati wisata ini. Untuk itu diperlukan adanya sebuah pengelolaan tertentu atas lingkungan dan sumberdaya yang tersedia agar dapat memenuhi kepentingan ekonomi, sosial dan estetika dan tetap menjaga integritas budaya, proses ekologis yang penting, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan (WTO, dalam Hidayati dkk, 2003).
2. Pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan yang harus didukung secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat (Piagam Pariwisata Berkelanjutan di Insula, 1995 dalam Hidayati dkk, 2003)
3. Semua bentuk pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata yang memelihara integritas lingkungan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan dari sumberdaya alam dan budaya yang ada untuk jangka waktu yang lama (Federation of Nature and National Park, 1993 dalam Hidayati dkk, 2003) 4. Pariwisata yang memperhatikan kemampuan alam untuk regenerasi dan
produktivitas masa datang. Selain itu juga mengenali kontribusi dari masyarakat dan komunitas adat, gaya hidup yang berpengaruh pada pengalaman wisatawan serta mengakui bahwa penduduk lokal juga harus menerima hak yang sama dari keuntungan ekonomi yang timbul dari kegiatan wisata (Tourism Concern dan WWF, 1995 dalam Hidayati dkk, 2003)
Beberapa definisi diatas secara umum memiliki kesamaan yang merupakan terjemahan lebih lanjut dari pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat sebagai berikut (Hidayati dkk, 2003):
a. Secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata yang tidak menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu, konservasi merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata.
b. Secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk lokal untuk menyerap usaha pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial.
(23)
c. Secara kebudayaan dapat diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya turis yang cukup berbeda (Tourist culture).
d. Secara ekonomis menguntungkan, yaitu keuntungan yang didapat dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan dianggap sebagai ”resep” pembangunan terbaik di bidang pariwisata. Menurut Bater, 2001 dalam
http://www.p2par.itb.ac.id. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat
dikenali melalui prinsip-prinsipnya yaitu : 1. Partisipasi.
Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumberdaya-sumberdaya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi dalam pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah didukung sebelumnya.
2. Keikutsertaan para pelaku (stakeholders involvement)
Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM, kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.
3. Kepemilikan lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis atau wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan untuk mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (lingkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan menunjang kepemilikan lokal tersebut.
4. Pembangunan sumberdaya yang berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumberdaya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari
(24)
penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan, sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumberdaya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar internasional. 5. Mewadahi tujuan-tujuan masyarakat
Tujuan-tujuan masyarakat dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerjasama dalam wisata budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, menejemen, sampai pada pemasaran.
6. Daya dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian dan perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limit of aceptable use).
7. Monitor dan evaluasi
Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator- indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata.
8. Akuntabilitas
Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan, dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam seperti tanah, air dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.
(25)
9. Pelatihan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis, vakasional dan profesional. Perhatian sebaiknya meliputi tentang topik pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan serta topik-topik lain yang relevan.
10. Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lanskap, sense of place, dan identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi pengunjung.
D. Kaitan antara Pariwisata dan Stakeholders
Dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan pariwisata terdapat berbagai pemangku kepentingan atau stakeholders. Masing- masing stakeholders ini memiliki peranan masing- masing yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan pariwisata di suatu daerah, stakeholders ini juga memiliki arti penting dalam menentukan identitas regional di daerahnya. Stakeholders ini sangatlah beragam, namun untuk menyederhanakannya, Persatua n Bangsa-Bangsa (PBB) dalam suatu konferensinya, United Nations Conference on Environment & Development yang dilaksanakan pada tahun 1992 di Brazil, telah menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Agenda 21, dan membagi stakeholders kedalam sembilan grup besar, yaitu wanita, pemuda dan anak-anak, masyarakat tradisional dan komunitasnya, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemerintah lokal, pekerja dan serikat perdagangan, masyarakat bisnis dan industri, komunitas sains dan teknologi, serta petani.
Lebih jauh lagi, agenda 21 menekankan pentingnya peranserta para stakeholder dalam pembangunan berkelanjutan, seperti yang tercantum dalam
paragraf 23.2, chapter 23, Section III berikut:
One of the fundamental prerequisites for the achievement of sustainable development is broad public participation in decision-making. Furthermore, in the more specific context of environment
(26)
and development, the need for new forms of participation has emerged. This includes the need of individuals, groups and organizations to participate in environmental impact assessment procedures and to know about and participate in decisions, particularly those which potentially affect the communities in which they live and work. Individuals, groups and organizations should have access to information relevant to environment and development held by national authorities, including information on products and activities that have or are likely to have a significant impact on the environment, and information on environmental protection measures
Pengembangan pariwisata menjadi suatu interaksi yang kompleks antara para pelakunya. Pada umumnya pengembangan pariwisata diarahkan oleh sektor swasta, namun pembangunan dan pengembangan fasilitas sangat bergantung pada alokasi strategis sumberdaya yang dilakukan oleh agen-agen multi atau bilateral melalui persetujuan-persetujuan dengan pemerintah lokal dan nasional. Para stakeholder yang lain pun memiliki andil yang sama pentingnya, namun kontribusi aktualnya bergantung pada kemampuan untuk mempengaruhi para pemain inti. Manajemen pariwisata efektif yang bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi kemiskinan membutuhkan kerjasama antara stakeholder dengan para pengambil keputusan yang terlibat. Para stakeholder ini termasuk di dalamnya pemerintah lokal dan nasional, masyarakat lokal, sektor swasta, serta organisasi pendana yang bekerjasama dengan komunitas masyarakat. Pengembangan sektor publik, sektor swasta, dan komunitas masyarakat sangat penting untuk pengembangan pariwisata, sama halnya dengan dengan semua aspek dari pengembangan yang berkelanjutan (Christ, 2003, dalam Abikusno, 2005).
E. Identitas Regional
Identitas regional (Regional Identity) merupakan suatu konsep dengan maksud mengembangkan daerah tertentu berdasarkan pada ciri khusus atau jati diri yang dimiliki oleh daerah tersebut. Berasal dari kata “identitas” dan “regional”, menurut Kamus Bahasa Indonesia, “identitas” memiliki arti ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri.
(27)
Identity Representation
Regulation
Consumption Production
Menurut Webster’s New Encyclopedic Dictionary identity adalah :
(1) The fact of condition of being exactly a like : sameness (an identity of interest),
(2) Distinguishing character or personality : Individuality, (3) The fact of being the some as something described or knowm to
exist (establish the identity of stolen goods),
(4) a. An equation that is true for all values substituted for the variables
b. Identity element (middle freanch identite from late
latinidentitas, from latin identity “same” from is “That”.
Sedangkan “regional” itu sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bersifat daerah; kedaerahan. Jadi regional identitas adalah jati diri atau ciri khusus yang dimiliki oleh suatu daerah atau wilayah tertentu yang berbeda dengan daerah lain. Identitas regional yang terdapat pada suatu daerah umumnya sangat berhubungan dengan kebudayaan yang mengakar dalam masyarakat tersebut
Di dalam “The Circuit of Culture” menurut Stuart Hall, (1997) dalam Nigel Morgan dan Annette Pritchard, (1998) bahwa identitas bukan merupakan konsep yang terpisah, namun merupakan bagian dari lingkaran yang bersambung dengan mutlak. Stuart Hall menyatakan bahwa “The Circuit of Culture” juga membentuk gambaran mengenai kepariwisataan. Bagan di bawah menjelaskan bagaimana hubungan identitas dalam masyarakat membentuk jalinan dengan elemen lain.
Gambar 1. Diagram “The Circuit of Culture”
Identitas individu atau kelompok akan diekspresikan agar diterima dan diakui oleh individu atau kelompok di dalam kelompoknya atau oleh kelompok lain. Identitas tersebut pada umumnya berbeda-beda untuk tiap individu atau kelompok. Perbedaan tersebut merupakan hal yang lumrah, namun bukan
(28)
substansi perbedaan-perbedaan tersebut yang harus ditonjolkan, melainkan bagaimana sebuah kelompok menamakan diri mereka dan bagaimana mereka dinamakan oleh kelompok lain. Hasil pemotretan pihak lain mestinya bisa dipakai sebagai pengakuan terhadap eksistensi identitas diri sendiri. Suatu identitas akan timbul seiring pengakuan terhadap eksistensi tersebut.
F. Masyarakat Adat
Menurut Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun) di wilayah geografis tertentu serta memiliki nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya dan wilayah sendiri. Masyarakat adat memiliki dimensi yan luas tidak hanya sekedar hukum akan etapi termasuk juga kultural dan religi.
Hal yang perlu diperhatikan tentang masyarakat adat di indonesia adalah : 1. Sudah tidak ada lagi keharusan sistim keseragaman model desa Jawa untuk seluruh Indonesia. Dimungkinkan untuk menggunakan peraturan guna menghidupkan kembali batas-batas dan identitas desa tradisional serta lembaga-lembaga pengambil keputusan.
2. Desa bisa diberi nama sesuai adat kebiasaan setempat misalnya nagari, kampung .
3. Akan ada dua aspek pemerintahan desa : kepala desa/pejabat administrasi, majelis desa atau pemerintah desa yang mempunyai tugas membuat undang-undang.
4. Kepala desa/nagari/kampung akan dipilih oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh dewan desa/nagari/kampung. Ia bertanggung jawab pada masyarakat, bukan pada camat atau bupati.
5. Anggota majelis desa/nagari/kampung dipilih secara langsung (tapi harus memenuhi persyaratan tertentu).
6. Peraturan desa/nagari/kampung tidak harus secara resmi disetujui oleh bupati, ia hanya perlu diberikan laporan.
(29)
G. Petani
Pertanian adalah suatu mata pencaharian dan suatu cara kehidupan, orang yang menjalankan kehidupan tersebut disebut petani. Menurut Kroeber dalam Redfield (1982) petani yaitu bagian masyarakat dengan bagian budaya yang menitikberatkan pada kekhususan kultural dari petani termasuk nilai- nilai dan persepsi mereka.
Wolf dalam Redfield (1982) mendefinisikan patani sebagai penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang otonom tentang proses cocok tanam. Kategori tersebut mencakup penggarapan atau penerima bagi hasil maupun pemilik selama mereka ini berada pada posisi pembuat keputusan yang relevan bagaimana tentang pertumbuhan tanaman mereka.
Menurut Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman pasal 6, bahwa petani diartikan sebagai orang, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai lahan yang mata pencaharian pokoknya mengusahakan lahan dan atau media tumbuh tanaman untuk budaya tanaman. Dalam masyarakat, petani memiliki struktur sosial yang meliputi hubungan pengaruh kultural. Ada tiga kelompok kaum tani menurut pembagian klasik (Lenin,1899 dalam Landsberger 1981) yaitu kaum tani kaya, kaum tani menengah dan petani miskin.
Menurut Landsberger (1981) Petani memiliki pandangan tentang kehidupan yang baik yang berhubungan dengan keterkaitan dengan tanah yang dimilikinya sendiri, sikap hormat terhadap tempat tinggal dan kebiasaan nenek moyang, keluarga dan komunitas, penghargaan terhadap kehidupan kota serta etik yang sederhana tapi bersifat duniawi. Di Indonesia hal ini juga diperkuat dengan adanya visi di bidang pembangunan pertanian (Propenas, 2000) yaitu :
1. Terwujudnya masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis yang berdayasaing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis.
2. Mampu berdayasaing diperlukan sumberdaya manusia terdidik.
3. Berkerakyatan berarti menggunakan sumberdaya yang dimiliki rakyat banyak dan menjadikan ekonomi serta jaringan kelembagaan ekonomi rakyat sebagai pelaku utama pembangunan agribisnis.
(30)
4. Berkelanjutan berarti menggunakan inovasi teknologi yang ramah lingkungan dan berperspektif pelestarian sumberdaya alam yang berpusat pada kepentingan sum-berdaya manusianya (SDM).
5. Desentralistis antaralain dicirikan dengan berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal, dan berkembangnya pelaku ekonomi lokal, baik laki – laki maupun perempuan.
(31)
III. KONDISI UMUM
A. Letak
Kabupaten Tanah Datar terletak di Provinsi Sumatera Barat, secara geografis kabupaten ini terletak pada 0º17' LS - 0º39' LS dan 100º19' BT - 100º51' BT, sedangkan secara administratif Kabupaten Tanah Datar berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Agam Sebelah Selatan : Kabupaten Solok
Sebelah Timur : Kabupaten Sawahlunto Sijunjung
Sebelah Barat : Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam
Luas Kabupaten Tanah Datar adalah 144.563,8 Ha, yang terdiri dari 14 kecamatan yaitu : Kecamatan X Koto, Batipuh, Batipuh Selatan, Pariangan, Rambatan, Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, Lintau Buo Utara, Lintau Buo, Sungayang, Sungai Tarab, Salimpaung dan Tanjung Baru.
B. Kondisi fisik dan biologi
Kabupaten Tanah Datar merupakan kabupaten yang memiliki curah hujan yang sedang, suhu rata-rata adalah 24°C, kecamatan yang memiliki suhu yang rendah di kabupaten ini adalah Kecamatan X Koto karena kecamatan ini terletak di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi. Kabupaten Tanah Datar terletak pada ketinggian rata-rata 400 sampai 1000 meter di atas permukaan laut. Secara biologi di Kabupaten Tanah Datar masih terdapat tumbuhan endemik Sumatera Barat yaitu andaleh. Sedangkan jenis faunanya yang banyak terdapat di kabupaten ini adalah kijang, babi hutan dan berbagai jenis burung antara lain elang ular, elang hitam, burung hantu, cekakak dan yang lainnya.
C. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar hasil registrasi penduduk tahun 2003 adalah 329.962 orang, yang terdiri dari 158.506 orang penduduk laki- laki
(32)
Sumber : www.tanahdatar.go.id
Kepadatan Penduduk per kecamatan di Kabupaten Tanah Datar
253 170 212 275 262 672 181 158 246 159 249 393 347 291 0 100 200 300 400 500 600 700 800
Kecamatan X Koto Ba tipuh Batipuh Selatan Parian gan Ram batan Lima K
aum
Tanjung Emas Pada ng G
anting Lintau Buo
Lintau Buo Utara Sung
ayang
Sungai Tarab SalimpaungTanjung Baru
Kecamatan
kepadatan penduduk (orang/Km)
Sumber : www.tanahdatar.go.id
Jumlah Penduduk per kecamatan di Kabupaten Tanah Datar
38,948 30,775 10,226 20,911 33,78 34,047 20,609 13,44415,46 32,46 16,365 28,666 20,968 12,034 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
X Koto Batipuh Batipuh Selatan
Pariangan RambatanLima Kaum Tanju ng E
mas Padang
Gan ting
Lintau Buo Lintau Buo Utara
Sung ayang
Sung ai Ta
rab
SalimpaungTanjung Baru
Kecamatan
Jumlah Penduduk (ribu orang)
dan 171.456 orang penduduk perempuan. Jumlah penduduk masing- masing kecamatan dapat dilihat pada gambar 2 dibawah
Gambar 2. Jumlah pendud uk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tanah Datar sebesar 0.59% dan Kepadatan penduduk yaitu sebesar 245 orang/km2. Kepadatan Penduduk di setiap kecamatan dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3. Kepadatan penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar
D. Sosial
Di bidang kesejahteraan sosial, pembangunan kesejahteraan rakyat merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan lainnya, sehingga keseluruhan berjalan secara seimbang.
(33)
E. Pendidikan
Bidang pendidikan di Kabupaten Tanah Datar cukup maju, jumlah sekolah yang ada yaitu 607 sekolah, 157 sekolah Taman Kanak-kanak (TK), 310 Sekolah Dasar (SD), 5 sekolah Madrasah Ibtidaiyah, 42 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 45 Madrasah Tsanawiyah (MTs), 22 Sekolah Madrasah Aliyah (MA), 16 Sekolah Menengah Umum (SMU) dan 7 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta 4 buah setingkat akademik perguruan tinggi.
F. Agama
Masyarakat Tanah Datar dikenal agamais karena memegang teguh agamanya yang terlihat dalam kehidupan sehari- hari, kondisi ini dapat terjadi karena di tunjang oleh banyaknya sarana keagamaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, seperti sarana rumah ibadah masjid yang berjumlah 290 buah, surau 251 buah. Disamping itu juga banyak sarana pendidikan keagamaan seperti TPA 1.093 buah, majelis taklim 235 buah, organisasi remaja masjid 103 buah dan seni yang bernafaskan Islam sebanyak 54 group.
G. Ekonomi dan pembangunan
Pelaksanaan program yang efektif dan efisien adalah merupakan faktor yang perlu diteliti dengan lembaga yang terkait, dalam hal ini BUID (Badan Usaha Investasi Daerah) yang memiliki peranan dalam menentukan dan meningkatkan investasi di Kabupaten Tanah Datar. Dengan kebijaksanaan dasar strategi pembangunan, penyusunan rencana menyeluruh dengan kerangka makro dan rencana perkiraan sumber-sumber pembiayaan pembangunan maka disusun suatu program investasi dan sasaran-sasaran rencana sektor-sektor pembangunan dengan koordinasi BAPPEDA. Kabupaten Ta nah Datar menetapkan kebijakan dasar pembangunan program investasinya pada sektor pertanian, industri dan pariwisata. Beberapa sektor yang ada di Kabupaten Tanah Datar antara lain adalah:
(34)
1. Sektor Pertanian
Padi sawah merupakan komuditas utama di bidang pertanian, kecamatan yang merupakan sentra produksi padi adalah Kecamatan Sungai Tarab. Selain padi sawah, sayur-sayuran juga merupakan komuditi andalan di Kabupaten Tanah Datar, penyumbang terbesar produksi sayur-sayuran adalah Kecamatan X Koto.
2. Kehutanan dan perkebunan
Lahan kritis dan konservasi tanah merupakan masalah pokok yang dihadapi oleh Kabupaten Tanah Datar dalam bidang kehutanan. Untuk menangani masalah tersebut telah dilaksanakan kegiatan hutan rakyat dan kebun bibit nagari. Pembuatan hutan rakyat ini dilaksanakan seluas 275 Ha di Nagari Tanjung Barulak Kecamatan Batipuh dengan jenis tanaman cengkeh, sawo, kemiri, pinang untuk jenis buah-buahan dan mahoni untuk kayu-kayuan, sedangkan pembuatan kebun bibit nagari berlokasi di Nagari Padang Laweh Kecamatan Batipuh, dengan jenis komoditi yaitu mahoni, pinang, durian, petai, jengkol dan kemiri.
Sedangkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan yang sudah dilaksanakan sudah memberikan dampak yang baik pada lingkungan, yaitu penanaman pinus dan murbei. Kedua kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yang telah dilaksanakan tersebut telah memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan juga dapat menambah pendapatan resmi. Di bidang perkebunan komuditi utama didominasi oleh cassiavera (kayu manis), karet dan tebu.
3. Peternakan
Di bidang peternakan jenis ternak yang dijadikan usaha untuk peningkatan ekonomi masyarakat adalah sapi potong, kerbau, kambing, ayam dan itik.
4. Perikanan
Salah satu produksi penting yang menunjang laju peningkatan produksi perikanan adalah tersedianya benih yang berkualitas, ukuran, waktu dan tempat. Pertumbuhan luas areal pemeliharaan ikan (ekstensifikasi) maupun peningkatan produktivitas pengelolaan lahan (intensifikasi) hanya dapat berjalan bila faktor tersebut terpenuhi.
5. Pariwisata
Kabupaten Tanah Datar termasuk salah satu daerah tujuan wisata (DTW) Sumatera Barat, daerah ini memiliki 150 buah obyek wisata yang tersebar di
(35)
Sumber : www.tanahdatar.go.id
99
9
1 1
46
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah
Wisata Sejarah
Wisata Alam Wisata Air Wista Agro Wisata Cagar
Budaya
Jenis kegiatan wisata
Jenis dan Jumlah Kegiatan Wisata di Kabupaten Tanah Datar
setiap kecamatan. Dari sekian banyak obyek wisata tersebut, yang ramai dikunjungi wisatawan diantaranya adalah Istano Basa Pagaruyung, Istano Silinduang Bulan, Panorama Tabek Patah, Ngalau Pangian, Rumah Tuo Kampai Nan Panjang, Tanjung Mutiara, Lembah Anai, Batu Angkek-Angkek, Nagari Tuo Pariangan, Puncak Pato, dan lain- lain.
Disamping potensi obyek wisata, Tanah Datar juga memiliki kesenian tradisional dan atraksi wisata lainnya yaitu kesenian tradisional, seperti:
1. Randai, Saluang, Tari Piring, Talempong, Alu Katentong dan Salawat Dulang
2. Atraksi budaya dan permainan anak nagari antara lain Festival Pagaruyung, Pacu Jawi, Pacu Kuda di Gelanggang Dang Tuanku Bukit Gombak dan merupakan "alek nagari" yang selalu ramai dikunjungi masyarakat dan adu kerbau di Kecamatan X Koto.
Untuk mendukung potensi daerah tersebut telah dilakukan pembinaan dan pengembangan usaha hotel, rumah makan serta industri pariwisata lainnya, seperti industri kerajinan tenunan Pandai Sikek, sulaman Indah Sungayang dan kerajinan Pariuk Tanah Galogandang. Dari gambar 4 dapat dilihat jumlah dan jenis kegiatan wisata yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar
(36)
IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian studi identitas regional dilakasanakan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat yaitu di Kecamatan X Koto, Batipuh Selatan, Lintau Buo, Tanjung Baru, dan Lima Kaum. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Agustus, September dan Oktober 2005.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian adalah semua potensi fisik, biologi, sosial, budaya, dan segala aspek lokal yang ada di Kabupaten Tanah Datar yang dapat menjadi identitas regional bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan. Alat yang diperlukan adalah peta lokasi penelitian, kamera, alat tulis, kuisioner dan komputer beserta perangkat lunak Microsoft Excel, Minitab 13 dan Statistica 5.
C. Cara Pengumpulan Data 1. Studi Literatur
Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian yaitu dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, pustaka buku-buku tentang Kabupaten Tanah Datar dan informasi internet.
2. Observasi (pengamatan langsung)
Pengamatan langsung di lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data potensi yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Potensi tersebut berupa potensi sumberdaya alam dan seluruh aspek kehidupan masyarakat.
3. Wawancara
Wawancara secara mendalam dilakukan kepada para tokoh adat dan tokoh pemerintahan untuk mendapatkan rujukan mengenai kondisi Kabupaten Tanah Datar maupun identitas regional yang mungkin telah ada atau
(37)
melekat pada Kabupaten Tanah Datar. Wawancara lebih jauh mengenai budaya dan sejarah juga dilakukan guna membantu analisis data pada tahap pembahasan.
4. Kuisioner
Kuisioner yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian dibagikan kepada masyarakat yang dipilih sebagai sampel penelitian yang terdapat di lima kecamatan.
D. Teknik Penarikan Contoh 1. Purpossive Sampling
Metode ini digunakan untuk menentukan kecamatan sebagai unit contoh yang akan diteliti. Lima kecamatan yang diambil sebagai unit contoh berdasarkan tujuan tertentu yaitu empat kecamatan yang ada di sebelah Utara, Barat, Timur dan Selatan berbatasan dengan kabupaten lain, sedangkan satu kecamatan di pusat dan tidak berbatasan dengan kabupaten manapun.
2. Multi Stage Sampling
Menurut Van (1994). Metode ini digunakan untuk penarikan sampel secara bertahap. Populasinya di bagi ke dalam beberapa lapisan. Sejumlah lapisan dipilih (tahap pertama). Setiap lapisan yang terpilih di bagi lagi ke dalam beberapa kelompok. Dari setiap lapisan yang terpilih pada tahap pertama, dipilih lagi sejumlah kelomok (tahap kedua). Dalam penelitian ini Multi Stage Sampling digunakan untuk penarikan contoh terhadap tokoh masyarakat adat yang terdiri dari niniak mamak, cadiak pandai, alim ulama dan bundo kanduang. Penarikan contoh bertahapnya adalah :
Tahap pertama : Dipilih 5 kecamatan dari 14 kecamatan di Kabupaten Tanah Datar.
Tahap kedua : Dipilih 12 tokoh masyarakat adat tiap kecamatan (berjumlah 5) yang terpilih dalam tahap pertama.
(38)
3. Random Sampling
Untuk menentukan identitas regioanal Kabupaten Tanah Datar, maka mayarakat di bagi kedalam 9 stakeholders berdasarkan agenda 21 PBB, yang terdiri dari petani, mayarakat adat, masyarakat industri, tenaga kerja, masyarakat pendidikan, wanita, LSM, pemerintahan lokal, dan pemuda dan anak-anak. Stakeholder yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat adat dan petani. Untuk menentukan jumlah sampel petani di setiap kecamatan penelitian, digunakan teknik alokasi berimbang (proportional allocation). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan estimasi populasi.
ni = Ukuran sampel tiap kecamatan
Ni = Ukuran sampel yang diinginkan N = Jumlah total populasi 5 kecamatan n = Jumlah populasi dalam kecamatan
Pengambilan sampel di lapangan dilakukan secara acak atau random. Ukuran sampel yang diinginkan dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan: (1) praktis, (2) ketepatan dan (3) analisis data. Pertimbangan praktis antara lain menyangkut unsur- unsur biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 120 responden yaitu 60 responden untuk petani dan 60 responden untuk tokoh masyarakat adat.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini akan menggunakan data kulitatif. Data kualitatif tersebut didapat dari kuisioner yang telah diisi masyarakat sehingga dapat mendeskripsikan segala aspek kehidupan masyarakat yang dapat dijadikan identitas regional di Kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini berpedoman pada 7 unsur kebudayaan yaitu (1) peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat produksi dll), (2) matapencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dll), (3) sistem kemasyarakatan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem pengetahuan dan, (7) religi atau sistem kepercayaan (Soekanto, 1999).
Ni ni = n
(39)
Dari ketujuh unsur tersebut dibagi kedalam 13 elemen yaitu pakaian, perumahan, makanan dan minuman, sistem ekonomi, alat produksi, kerajinan tangan, permainan, sistem pemerintahan, sistem kekerabatan, upacara adat, sistem hukum, bahasa dan kesenian. Elemen inilah nantinya yang akan dipilih masyarakat untuk dijadikan identitas regional Kabupaten Tanah Datar.
2. Multiple Correspondences Analysis (MCA)
Pengolahan dan Analisis data menggunakan metode MCA (Multiple Correspondence Analysis) atau analisis koresponden beragam. MCA adalah analisis data yang menguraikan hubungan antara beberapa variabel kualitatif dan kemudian direpresentasikan dalam bentuk plot. Dalam plot tersebut masing-masing kategori dari variabel direpresentasikan oleh beberapa titik dan karakteristiknya direpresentasikan oleh jarak antar titik. Pemilihan MCA dalam melihat aspek kehidupan di lima kecamatan di Kabupaten Tanah Datar akan menghasilkan data berbentuk kualitatif.
(40)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Potensi Kabupaten Tanah Datar
Sejak diberlakukannya UU No 22 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan titik balik otonomi disetiap daerah, Kabupaten Tanah Datar juga melaksanakan otonomi disegala bidang seperti bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, sosial dan lainnya. Salah satu bentuk positif dari otonomi daerah di Kabupaten Tanah Datar adalah adanya bentuk wilayah administratif pemerintahan terkecil berupa “Nagari”. Hal ini diperkuat dengan peraturan daerah (Perda) Sumatera Barat No 9 tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari. Sebenarnya sistem ini sudah ada dari dulu, akan tetapi pada tahun 1979 akibat sentralisasi pemerintahan pusat maka bentuk nagari dirubah menjadi desa. Dari hasil wawancara yang dilakuk an, masyarakat memaparkan bahwa pemerintahan desa yang ada pada masa orde baru tidak cocok dengan kondisi Kabupaten Tanah Datar baik secara geografis maupun sosial budaya masyarakat.
Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi tinggi di berbagai bidang seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan juga bidang pariwisata. Pengembangan potensi yang ada di Kabupaten Tanah Datar ini sangat menunjang bagi pencapaian visi dan misi kabupaten. Visi Kabupaten Tanah Datar adalah “Menjadi Kabupaten Maju, Bermoral Agama dan Berbudaya”. Sedangkan misi Kabupaten ini adalah:
1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dan seluruh kegiatan ekonomi daerah melalui komoditi andalan, terutama pada masyarakat tertinggal, usaha kecil dan koperasi melalui pengembangan agro industri dan pariwisata. 2. Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia melalui
kegiatan pendidikan, pelatihan dan praktek kerja untuk membentuk manusia yang berkualitas.
3. Perwujudan pemerintah daerah yang otonom, amanah dan demokratis serta mampu memberdayakan masyarakat.
4. Penegakan supremasi hukum dengan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara trasparan.
(41)
5. Peningkatan pemahaman, pengamalan dan pengembangan falsafah Adat Basandi Syara', syara' basandi Kitabullah dalam kehidupan masyarakat dengan meningakatkan peran serta tungku tigo sajarangan dalam tata kehidupan bernagari.
6. Peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak untuk berbagai sektor kegiatan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam rangka memajukan daerah dan masyarakat Tanah Datar menyongsong era perdagangan bebas.
Saat ini Kabupaten Tanah Datar telah mulai mencari jatidiri dengan melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang yang me mberikan kontribusi besar bagi daerah adalah pariwisata. Di bidang pariwisata, kabupaten ini memiliki pesona keindahan alam yang menarik antara lain gunung, sungai, karst, air terjun, danau dan lainnya. Tidak hanya itu, potensi budaya dan sejarahnyapun sangat menarik dan cukup kental di masyarakat. Dari segi budaya masyarakat Tanah Datar memiliki falsafah hidup ‘adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah, syara’ mangato, adat mamakai”(Adat bersendikan agama, agama bersendikan Al-Qur’an, agama mengatakan adat yang memakai). Sedangkan dari bidang sejarah Kabupaten Tanah Datar disebut juga Luhak Nan Tuo karena dari luhak inilah sejarah Minangkabau berasal yang sampai sekarang masih tersimpan dalam tambo adat Minangkabau.
Pengembangan potensi yang ada di Kabupaten Tanah Datar khususnya di bidang wisata secara langsung dan tidak langsung akan memberikan dampak positif pada peningkatan ekonomi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Tanah Datar antara lain adalah:
A.1. Potensi Sumberdaya Alam
Potensi sumberdaya alam dalam bidang wisata adalah potensi yang ada di suatu tempat atau suatu objek yang memiliki nilai keindahan, keunikan dan kekhasan dari tempat ataupun objek tersebut. Kabupaten Tanah Datar memiliki beberapa tempat yang mimiliki nilai- nilai tersebut baik yang sudah dikelola,
(42)
maupun yang sedang dikembangkan diantaranya adalah (www.tanahdatar.go.id
[27 Oktober 2005]): 1. Nagari Pandai Sikek
Pandai Sikek adalah nama sebuah nagari di kecamatan X Koto yang terkenal akan kerajinan tenun kain songketnya. Kain songket ini menjadi atribut wajib yang digunakan masyarakat minang dalam upacara- upacara adat seperti perkawinan. Di tempat ini, gadis-gadis muda sudah sangat terampil membuat kerajinan tenunan sedangkan anak laki- laki terampil membuat kerajinan ukiran. Nagari ini terletak di daerah yang sejuk dan dingin, tepatnya diapit oleh dua gunung terkenal yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Merapi, nagari ini sangat subur dan merupakan salah satu nagari yang menghasilkan komuditas pertanian seperti sayuran.
2. Istana Pagaruyung
Istana Pagaruyung yang megah terletak di jantung Kabupaten Tanah Datar dan merupakan sesuatu yang sangat identik dengan Kabupaten Tanah Datar. Pagaruyung sendiri adalah nama tempat dimana raja besar pernah berkuasa. Istana yang besar ini hampir semuanya mempunyai tiang yang miring, ini sangat bertentangan dengan teori arsitektur yang ada, tapi pada kenyataannya istana ini sangat kokoh, kuat, dan berumur panjang. Latar belakang istana ini adalah panorama Gunung Bungsu yang merupakan sarana wisata remaja yang sangat cocok untuk camping dan hiking.
3. Bukit Batu Patah
Sesuai dengan namanya, tempat ini adalah bukit yang terbentuk dari batu yang patah. Di tempat ini terdapat “Aie Tigo Luak” atau air tiga kolam yang dipercaya dapat membuat awet muda. Tempat ini memiliki tantangan bagi orang yang senang bertualang, camping, dan panjat tebing. Dari tempat ini dapat dilihat Istana pagaruyung.
4. Nagari Tuo Pariangan
Daerah ini adalah pusat sejarah Minangkabau. Dari nagari inilah awal mula kehidupan atau tempat berasalnya nenek moyang orang Minangkabau. Di Nagari Tuo Pariangan terdapat bukti-bukti sejarah seperti batu tigo luak, Balai Saruang, Prasasti Menhir, dan Sawah Satampang Baniah. Lokasi lain
(43)
yang menjadi pendukung daerah ini adalah sumber air panas yang mengandung sulfur yang bermanfaat bagi kesehatan kulit.
5. Lembah Anai
Lembah Anai adalah sebuah lembah yang membentang sepanjang kurang lebih 5 km yang terletak di ruas jalan dari Padang menuju Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Di Lembah Anai terdapat air terjun Lembah Anai yang sangat terkenal dan terletak tepat di tepi jalan. Di Lembah Anai ini pula banyak terdapat monyet jenis Macaca fascicularis yang sering terlihat dari tepi jalan. Udara yang sejuk menjadi nilai tambah bagi kawasan yang berada dalam kawasan cagar alam ini.
6. Danau Singkarak
Danau Singkarak sebagian terletak di Kabupaten Tanah Datar dan sebagian lagi terletak di Kabupaten Solok. Di Kabupaten Tanah Datar, terdapat satu bagian dari Danau Singkarak yang bernama Tanjung Mutiara. Tanjung Mutiara ini memiliki pantai yang indah dengan kekhasannya sebagai pantai danau. Di Danau Singkarak terdapat spesies ikan yang langka dan endemik yaitu ikan bilih.
7. Puncak Pato
Puncak Pato adalah tempat yang sangat bersejarah dan mempunyai arti khusus bagi masyarakat Tanah Datar dan Minangkabau. Di tempat inilah terjadi peristiwa sejarah yaitu pengukuhan “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” yang menjadi tuntunan fundamental bagi seluruh orang Minangkabau. Tempat ini berada di ketinggian dan dari puncaknya dapat terlihat Kabupaten Tanah Datar, Danau Singkarak, hingga daerah-daerah lain di sekitarnya seperti Payakumbuh. Udara yang sejuk dan hamparan hutan pinus menambah asri suasana sehingga menjadikannya tempat yang cocok untuk beristirahat.
8. Ngalau Pangian
Ngalau Pangian adalah sebuah gua yang terletak di tengah-tengah perbukitan. Dalam gua ini banyak terdapat stalagtit dan stalagmit yang terbentuk dari proses alam selama jutaan tahun. Dalam gua tersebut
(44)
(d)
(a) (b)
(c)
(e)
mengalir sungai dengan arus panas dan dingin. Selain itu, gua tersebut juga merupakan habitat kelelawar. Tebing-tebing indah yang mengapit Ngalau Pangian menjadi pemandangan tersendiri untuk dapat dinikmati.
9. Panorama Tabek Patah
Tabek Patah adalah viewing point dimana pengunjung dapat melihat panorama yang indah dari ketinggian. Di Tabek Patah ini pula pengunjung dapat menikmati keasrian hutan pinus dengan udara yang sejuk.
(45)
(f) (g)
Gambar 5. Potensi Sumberdaya alam sebagai objek wisata di Kabupaten Tanah Datar yang sudah dikembangkan, antara lain adalah : (a) Nagari Pandai Sikek, (b) Istana Pagaruyung, (c) Danau Singkarak, (d) Puncak Pato, (e) Air Terjun Lembah Anai, (f) Ngalau Pangian dan (g) Panorama Tabek Patah
Masih banyak potensi sumberdaya alam yang sangat menarik di Kabupaten Tanah Datar, beberapa contoh di atas adalah sebahagian kecil dari potensi yang sudah dikembangkan. Masih banyak potensi lain yang belum terlihat dan belum dikembangkan seperti Batang Sinamar yang merupakan salah satu sungai aliran deras yang melintasi Kecamatan Lintau Buo yang sangat potensial jika dikembangkan sebagai wisata minat khusus seperti arung jeram.
A.2. Potensi Sejarah dan Budaya Masyarakat
Kabupaten Tanah Datar yang disebut luhak nan tuo merupakan luhak yang kaya akan sejarah dan budaya. Dari luhak inilah lahirnya berbagai macam kebudayaan yang unik yang berbeda dengan kabupaten lain di Indonesia. Bentuk kebudayaan kebendaan maupun non benda sampai saat ini masih dapat dilihat walaupun tidak selengkap dahulu. Akan tetapi peninggalan-peninggalan sejarah baik benda maupun non benda harus tetap dilestarikan agar generasi mendatang masih dapat menikmati dan mengetahuinya. Beberapa peninggalan sejarah yang bersifat material antara lain adalah (www.tanahdatar.go.id [27 Oktober 2005]):
1. Batu Angkek -angkek
Batu Angkek -angkek dikenal sebagai sebuah batu yang mempunyai kekuatan gaib. Batu berbentuk kura-kura dan memiliki lafadz Allah serta Muhammad ini dipercaya masyarakat sebagai penguji apakah suatu
(46)
keinginan atau cita-cita akan terkabul atau tidak. Jika batu tersebut dapat diangkat, berarti kemungkinan dapat terkabul. Sebaliknya, jika batu ini tidak terangkat, berarti kemungkinan keinginan tidak terkabul.
2. Batu Basurek
Batu Basurek atau batu bersurat merupakan prasasti peninggalan zaman kerajaan sekitar tahun 1200. Prasasti ini adalah bukti sejarah bahwa Adityawarman pernah menjadi raja di Sumatera.
3. Batu Batikam
Batu Batikam adalah tempat bersejarah dimana pada zaman dahulu terjadi pertikaian antara Datuk Parpatih Nan Sabatang dengan Datuk Katumanggungan. Dalam pertikaian tersebut dikisahkan bahwa Datuk Parpatih Nan Sabatang menikam sebuah batu dengan keris sebagai pelampiasan amarahnya. Batu tersebut menjadi berlubang dan tembus dari depan hingga belakang. Datuk Parpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan merupakan kakak beradik yang memperkenalkan dua sistem kelarasan atau aliran dalam masyarakat Minangkabau yang dianut hingga kini. Dua kelarasan tersebut adalah kelarasan Bodi Chaniago dan kelarasan Koto Piliang.
4. Ustano Rajo
Ustano Rajo adalah kompleks pemakaman raja-raja. Setiap bulan Muharram atau bulan baru Islam, diadakan pergantian kelambu yang digunakan untuk menutup makam raja. Di Ustano Rajo terdapat “batu ujian” yang merupakan tempat para pembesar istana menguji ketangkasan dan kepintaran para pembesar yang akan pergi merantau.
5. Benteng Van Der Capellen
Benteng ini dibangun oleh Belanda dan merupakan bukti perjuangan rakyat Indonesia yang sangat gigih melawan penjajah hingga Belanda harus mendirikan benteng sebagai alat pertahanan. Di tempat ini masih terdapat dua buah meriam batu yang menjadi bukti sejarah.
6. Rumah Gadang Balimbing
Rumah Gadang Balimbing adalah rumah adat yang telah berusia lebih dari 300 tahun. Salah satu keunikan rumah gadang ini adalah konstruksi
(47)
(a) (b)
(c) (d)
bangunannya yang tidak menggunakan paku. Sebagian besar bangunan ini belum mengalami pembaruan baik dari segi struktur maupun bahan bangunan. Di dalamnya, terdapat kamar-kamar dengan pintu unik berbentuk oval dengan diameter + 30 cm.
7. Balairuang Sari
Balairuang Sari adalah sebuah bangunan yang mirip dengan rumah gadang, namun tidak memiliki dinding maupun kamar. Bangunan yang telah berusia lebih dari 300 tahun ini digunakan sebagai tempat mengadakan rapat dan musyawarah.
Gambar 6. Beberapa situs peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Tanah Datar : (a) Batu Basurek, (b) Batu Batikam, (c) Batu Angkek-angkek, (d) Ustano Rajo
Sedangkan hasil kebudayaan immaterial (non benda) yang diturunkan dari generasi ke generasi antara lain adalah :
1. Dabuih
Dabuih adalah atraksi yang serupa dengan debus di daerah Banten. Dabuih memperagakan kekuatan ilmu batin. Para pemain semuanya menari- nari
(48)
sambil diiringi musik. Mereka menggunakan senjata tajam berupa pisau, parang api, kaca dan sebagainya lalu dipukulkan ke tubuh, digunakan untuk memotong lidah, leher, atau bagian tubuh lainnya. Dalam adegan yang mengerikan ini anehnya tidak ada yang terluka.
2. Festival Pagaruyung
Festival ini diadakan tahunan dan menampilkan pertunjukan seni permainan anak nagari. Festival ini dihadiri oleh seluruh kabupaten dan kota yang berada di Sumatera Barat, selain itu ada pula yang berasal dari Negeri Sembilan, Malaysia yang memang memiliki hubungan kebudayaan yang erat dengan Sumatera Barat khususnya Pagaruyung.
3. Pacu Kuda
Acara ini diadakan secara turun-temurun dan dikoordinir secara profesional dan terjadwal.
4. Pacu Jawi
Pacu jawi atau pacuan sapi ini merupakan atraksi unik yang diadakan di sawah yang berlumpur. Alat bajak dijadikan sebagai kendaraan oleh para joki. Para joki selain mencambuk sapi tetapi juga menggigit ekor sapi tersebut.
5. Alu Katentong
Alu katentong adalah pertunjukan tumbuk padi yang diiringi tarian. Atraksi ini dimainkan oleh para wanita dengan anggun. Pukulan demi pukulan menghasilkan variasi suara sehingga menjadi sebuah irama unik yang teratur dan indah. Alu katentong ini dimainkan dengan sistem interloking dari 8 buah alu yang dimainkan oleh 8 orang perempuan yang masing-masing memiliki motif pukulan tersendiri. Rangkaian irama yang dihasilkan disebut dengan “Alang Babega” (elang melayang)”Alang Katurun” (elang terbang menukik) dan lain sebagainya.
6. Lukah Gilo
Atraksi ini menggunakan alat untuk menangkap belut (lukah) yang sudah dibumbui ramuan yang berbau magis oleh seorang pawang. Lukah tersebut dapat bergerak sendiri, melompat- lompat atau menari- nari dan para penari
(1)
Lampiran 4.
Lanjutan
24 48 Perempuan X Koto Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 250.000 - Rp 700.000 25 45 Laki-laki X Koto Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 26 52 Laki-laki X Koto Tanah Datar >20 th Islam SLTA Rp. 700.000 - Rp 1.500.000 27 52 Perempuan X Koto Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 250.000 - Rp 700.000 28 33 Laki-laki X Koto Tanah Datar >20 th Islam SLTA Rp. 250.000 - Rp 700.000 29 52 Perempuan X Koto Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 250.000 - Rp 700.000 30 52 Laki-laki X Koto Tanah Datar >20 th Islam SLTA Rp. 700.000 - Rp 1.500.000 31 35 Laki-laki X Koto Pendatang 10-15 th Islam SLTP Rp. 1.500.000 - Rp 3.000.000 32 49 Laki-laki X Koto Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 700.000 - Rp 1.500.000 33 41 Perempuan Batipuh Selatan Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 34 43 Laki-laki Batipuh Selatan Tanah Datar >20 th Islam Sarjana Rp. 250.000 - Rp 700.000 35 45 Perempuan Batipuh Selatan Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 36 47 Laki-laki Batipuh Selatan Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 37 47 Laki-laki Lintau Buo Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 38 50 Laki-laki Lintau Buo Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 700.000 - Rp 1.500.000 39 42 Laki-laki Lintau Buo Tanah Datar >20 th Islam SLTA Rp. 1.500.000 - Rp 3.000.000 40 51 Laki-laki Lintau Buo Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 700.000 - Rp 1.500.000 41 45 Laki-laki Lintau Buo Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 700.000 - Rp 1.500.000 42 38 Perempuan Lintau Buo Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 43 42 Laki-laki Lintau Buo Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 44 42 Laki-laki Tanjung Baru Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 45 38 Laki-laki Tanjung Baru Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 250.000 - Rp 700.000 46 44 Laki-laki Tanjung Baru Tanah Datar >20 th Islam Sarjana Rp. 250.000 - Rp 700.000 47 51 Perempuan Tanjung Baru Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 1.500.000 - Rp 3.000.000 48 51 Laki-laki Tanjung Baru Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 700.000 - Rp 1.500.000 49 44 Laki-laki Tanjung Baru Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 50 37 Laki-laki Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 51 46 Perempuan Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 52 32 Perempuan Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 53 38 Perempuan Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 54 59 Perempuan Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 55 27 Laki-laki Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 250.000 - Rp 700.000 56 25 Laki-laki Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SLTA Rp. 250.000 - Rp 700.000 57 42 Laki-laki Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 58 34 Perempuan Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SLTP Rp. 250.000 - Rp 700.000 59 48 Perempuan Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000 60 42 Perempuan Lima Kaum Tanah Datar >20 th Islam SD Rp. 250.000 - Rp 700.000
(2)
Lampiran 5. Data Minitab Responden Tokoh Masyarakat Adat
ElemenBudaya Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Terakhir Pendapatan
Koordinat 1
Koordinat
2 Legenda
1 Q3 Q1 Q1 Q1 -0.57915 -0.90182 pakaian
1 Q3 Q1 Q1 Q1 0.4904 -0.6191 Perumahan
1 Q2 Q1 Q1 Q1 -0.16649 0.88722 Makanan Dan minuman 1 Q2 Q1 Q1 Q1 -0.1229 -0.90818 Alat Produksi
2 Q3 Q1 Q5 Q2 -0.73784 -0.75541 Alat Permainan 2 Q4 Q1 Q2 Q2 -0.89961 -0.45222 Sistem Ekonomi 2 Q2 Q1 Q1 Q1 -1.32538 0.14454 Kerajinan Tangan 3 Q2 Q1 Q1 Q1 1.1447 0.67204 Sistem kekerabatan 3 Q3 Q1 Q1 Q1 0.54432 -0.12572 Upacara adat 3 Q7 Q1 Q2 Q1 -1.03599 0.76127 Sistem hukum 3 Q5 Q2 Q3 Q2 -0.74229 -0.64021 Sistem Pemerintahan
4 Q3 Q1 Q1 Q2 -0.89767 2.25743 Bahasa
4 Q3 Q1 Q1 Q1 -0.6717 0.28093 Kesenian
5 Q3 Q1 Q1 Q1 2.35407 1.57622 40-44
5 Q3 Q1 Q2 Q1 0.37997 -0.48547 45-49
6 Q4 Q1 Q1 Q1 -0.09719 -0.42851 50-54
6 Q3 Q1 Q2 Q1 -0.85472 0.50702 55-59
6 Q3 Q1 Q1 Q1 0.58954 1.96623 60-64
7 Q7 Q1 Q1 Q1 2.32189 -0.90206 65-69
7 Q4 Q1 Q2 Q1 -1.15726 0.27909 70-74
8 Q1 Q1 Q4 Q1 -0.11701 -0.07033 Laki-laki 8 Q3 Q1 Q5 Q2 1.28714 0.77363 Perempuan
8 Q3 Q1 Q1 Q1 -0.45063 -0.35838 SD
9 Q3 Q1 Q1 Q1 -0.46439 -0.14804 SLTP
9 Q2 Q1 Q1 Q1 -0.32597 2.02944 SLTA
9 Q5 Q1 Q3 Q1 1.72877 2.19323 Diploma
9 Q3 Q1 Q1 Q1 1.74513 -0.62128 Sarjana 9 Q3 Q1 Q1 Q2 -0.46957 0.06243 250-700 9 Q3 Q1 Q1 Q1 1.41904 -0.00615 700-1.500 9 Q5 Q1 Q3 Q1 1.34165 -1.36472 1.500-3.000
9 Q3 Q1 Q1 Q1
9 Q3 Q2 Q2 Q1
9 Q2 Q1 Q5 Q2
9 Q3 Q1 Q1 Q1
9 Q3 Q1 Q2 Q1
9 Q4 Q1 Q1 Q1
9 Q1 Q2 Q5 Q2
9 Q2 Q1 Q5 Q2
9 Q3 Q1 Q1 Q1
9 Q2 Q1 Q2 Q1
9 Q6 Q1 Q5 Q2
9 Q2 Q2 Q5 Q2
9 Q3 Q1 Q5 Q2
9 Q3 Q1 Q5 Q3
9 Q5 Q1 Q4 Q2
9 Q3 Q1 Q5 Q3
9 Q3 Q1 Q1 Q1
(3)
Lampiran 5.
Lanjutan
9 Q4 Q1 Q1 Q1
10 Q4 Q1 Q1 Q1
10 Q4 Q1 Q3 Q1
10 Q3 Q1 Q2 Q1
11 Q3 Q1 Q2 Q1
12 Q3 Q1 Q3 Q1
12 Q4 Q1 Q3 Q1
13 Q3 Q1 Q1 Q1
13 Q4 Q1 Q1 Q1
13 Q3 Q1 Q3 Q1
13 Q4 Q1 Q1 Q1
13 Q2 Q2 Q2 Q1
Lampiran 6. Data Minitab Responden Petani
UnsurBudaya Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Terakhir Pendapatan Koordinat 1 Koordinata2 Legenda
1 Q5 Q2 Q3 Q1 0.56986 -0.36923 Pakaian
1 Q7 Q2 Q2 Q1 -0.87077 0.52033 Perumahan
1 Q2 Q2 Q3 Q2 0.07218 0.4459 Makanan dan Minuman
1 Q8 Q1 Q3 Q1 1.6777 0.42324 Alat Produksi
1 Q7 Q2 Q2 Q1 -0.2502 0.79094 alat permaianan 1 Q4 Q1 Q2 Q3 -0.27044 -0.30734 Sistem ekonomi 1 Q3 Q2 Q1 Q1 0.58342 1.09681 Kerajinan Tanagan 2 Q6 Q1 Q1 Q1 1.08926 -2.67395 Sistem Kekerabatan 2 Q6 Q1 Q2 Q1 -0.19966 0.19969 Upacara adat 3 Q5 Q1 Q2 Q1 -1.22493 -1.47912 Sistem Hukum 3 Q2 Q1 Q1 Q2 -0.5877 0.53441 Sistem Pemerintahan
3 Q6 Q1 Q1 Q1 1.42449 0.08057 Bahasa
3 Q3 Q1 Q3 Q2 -0.37995 0.19842 Kesenian
3 Q4 Q2 Q1 Q1 -1.52577 0.26354 20-24
3 Q2 Q1 Q2 Q1 1.25559 0.42422 25-29
3 Q6 Q2 Q1 Q1 0.09041 0.34323 30-34
3 Q5 Q2 Q1 Q1 -0.19139 -1.25115 35-39
4 Q7 Q1 Q1 Q2 0.02695 0.34416 40-44
5 Q5 Q1 Q1 Q1 -0.91108 0.18492 45-49
6 Q7 Q2 Q1 Q1 0.64852 -0.45155 50-54
6 Q5 Q2 Q1 Q1 0.61921 0.84362 55-59
6 Q6 Q2 Q2 Q1 0.53285 0.36532 Laki-laki
6 Q7 Q2 Q2 Q1 -0.53285 -0.36532 Perempuan
6 Q3 Q2 Q2 Q1 -0.44609 0.05047 SD
6 Q5 Q1 Q4 Q2 -0.20499 -0.1856 SLTP
6 Q6 Q2 Q1 Q1 1.40372 0.80288 SLTA
6 Q7 Q2 Q1 Q1 1.63829 -3.21904 Sarjana
6 Q8 Q1 Q3 Q1 -0.44331 0.05047 250-700
7 Q5 Q1 Q3 Q2 1.47481 0.46943 700-1.500
7 Q5 Q1 Q1 Q1 1.34725 -3.97734 1.500-3.000
(4)
Lampiran 6.
Lanjutan
8 Q2 Q1 Q1 Q2
8 Q4 Q2 Q1 Q1
8 Q7 Q2 Q4 Q3
9 Q7 Q1 Q1 Q1
9 Q5 Q2 Q1 Q1
9 Q6 Q2 Q1 Q1
9 Q7 Q1 Q2 Q2
9 Q5 Q1 Q1 Q1
10 Q4 Q2 Q1 Q1
11 Q1 Q2 Q1 Q1
11 Q6 Q1 Q1 Q2
11 Q3 Q1 Q2 Q1
12 Q7 Q1 Q3 Q2
12 Q4 Q1 Q2 Q1
13 Q6 Q2 Q1 Q1
13 Q6 Q2 Q1 Q1
13 Q6 Q2 Q1 Q1
13 Q6 Q2 Q2 Q1
13 Q6 Q2 Q1 Q1
13 Q6 Q1 Q2 Q1
13 Q6 Q2 Q2 Q1
13 Q7 Q1 Q3 Q2
13 Q7 Q2 Q2 Q1
13 Q7 Q1 Q3 Q2
13 Q5 Q2 Q1 Q1
13 Q6 Q1 Q1 Q1
13 Q5 Q1 Q2 Q1
13 Q4 Q1 Q1 Q1
(5)
Lampiran 7. Data Statistika Responden Tokoh Masyarakat Adat
Elemen Budaya
Koordinat 1
Koordinat 2
Pakaian
-0.57915
-0.90182
Perumahan
0.4904
-0.6191
Makanan dan Minuma
-0.16649
0.88722
Alat Produksi
-0.1229
-0.90818
Permainan
-0.73784
-0.75541
Sistem Ekonomi
-0.89961
-0.45222
Kerajinan Tangan
-1.32538
0.14454
Sistem Kekerabatan
1.1447
0.67204
Upacara Adat
0.54432
-0.12572
Sistem Hukum
-1.03599
0.76127
Sistem Pemerintahan
-0.74229
-0.64021
Bahasa
-0.89767
2.25743
Kesenian
-0.6717
0.28093
40-44
2.35407
1.57622
45-49
0.37997
-0.48547
50-54
-0.09719
-0.42851
55-59
-0.85472
0.50702
60-64
0.58954
1.96623
65-69
2.32189
-0.90206
70-74
-1.15726
0.27909
Laki- laki
-0.11701
-0.07033
Perempuan
1.28714
0.77363
SD
-0.45063
-0.35838
SLTP
-0.46439
-0.14804
SLTA
-0.32597
2.02944
Diploma
1.72877
2.19323
Sarjana
1.74513
-0.62128
250-700
-0.46957
0.06243
700-1.500
1.41904
-0.00615
(6)