Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasus menurut pemerintah lokal, pemuda dan anak-anak

(1)

PROVINSI SUMATERA BARAT:

Studi Kasus Menurut Pemerintah Lokal dan Pemuda & Anak-anak

SITI INDRIASARI GALUH SEKAR ARUM E34101046

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(2)

STUDI IDENTITAS REGIONAL GUNA MENUNJANG PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI KABUPATEN TANAH DATAR,

PROVINSI SUMATERA BARAT:

Studi Kasus Menurut Pemerintah Lokal dan Pemuda & Anak-anak

SITI INDRIASARI GALUH SEKAR ARUM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(3)

Judul Skripsi : Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat: Studi Kasus menurut Pemerintah Lokal dan Pemuda & Anak -anak

Nama Mahasiswa : Siti Indriasari Galuh Sekar Arum Nomor Pokok : E34101046

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Ricky Avenzora M.Sc. Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F

NIP: 131 849 389 NIP: 132 206 248

Mengetahui :

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi MSc.F. NIP: 131 760 834


(4)

Judul Skripsi : Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus menurut Pemerintah Lokal dan Pemuda & Anak-anak)

Nama Mahasiswa : Siti Indriasari Galuh Sekar Arum Nomor Pokok : E34101046

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Ricky Avenzora M.Sc. Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F

NIP: 131 849 389 NIP: 132 206 248

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S. NIP:


(5)

RINGKASAN

Siti Indriasari Galuh Sekar Arum. E34101046. Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi kasus Menurut Pemerintah Lokal dan Pemuda & Anak-anak). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Ricky Avenzora, M. Sc. Dan Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F

Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia kini mencoba menggeser trend sehingga tidak hanya berorientasi ekonomi namun juga ekologi dan sosial budaya, yang juga dikenal dengan nama pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism. Di Indonesia, terutama sejak era otonomi daerah tiap daerah berupaya mengembangkan daerahnya masing- masing dengan menggali dan mengidentifikasi potensi yang ada, baik potensi alam maupun sosial budaya masyarakatnya yang dapat menjadi daya tarik wisata atau menjadi suatu identitas regional daerah tersebut. Untuk mengetahui identitas regional diperlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang ada, diantaranya adalah pemerintah lokal dan pemuda. Salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata yang tinggi dengan nilai- nilai kebudayaan yang masih cukup kuat berlaku di masyarakat adalah Kabupaten Tanah Datar. Keterlibatan dua stakeholders tersebut dalam mengidentifikasi identitas regional dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi, motivasi dan preferensi pemerintah lokal dan pemuda & anak-anak atas segala aspek kehidupan yang dapat menjadi identitas regional bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat selama tiga bulan, yaitu pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2005. Bahan yang diperlukan dalam penelitian adalah semua potensi fisik, biologi, sosial, budaya, dan segala aspek lokal yang ada di Kabupaten Tanah Datar yang dapat menjadi identitas regional bagi pengembangan wisata. Adapun alat yang diperlukan adalah komputer beserta piranti lunak Microsoft Excel, Minitab 13, dan Statistica 5. Metode pengumpulan data dilakukan melalui (1) studi literatur, (2) observasi/pengamatan langsung, (3) wawancara, dan (4) kuisioner. Pengambilan responden dilakukan menggunakan purposive sampling untuk menentukan kecamatan dan responden pemerintah lokal, dan random sampling

dengan proportional allocation untuk responden pemuda. Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan grafik Multiple Correspondence Analysis (MCA).

Hasil wawancara mendalam dengan berbagai tokoh pemerintahan dan tokoh adat menjadi rujukan awal tentang identitas regional Kabupaten Tanah Datar. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa identitas regional Kabupaten Tanah Datar adalah budaya. Budaya ini kemudian dibagi menjadi beberapa elemen untuk dinilai oleh responden.

Sebanyak 38,33 % responden pemerintah lokal memilih sistem ekonomi sebagai identitas regional Kabupaten Tanah Datar dan dari hasil wawancara lebih


(6)

lanjut, dari berbagai sistem ekonomi yang paling potensial menjadi identitas regional dengan nilai persepsi, motivasi, dan preferensi tertinggi adalah industri pariwisata alam dan budaya. Sistem ekonomi sebagai identitas regional banyak dipilih oleh aparatur pemerintah lokal berjenis kelamin lelaki yang berusia antara 45-49 tahun dengan pendidikan terakhir SLTA dan berpenghasilan antara Rp 700.000-1.500.000 per bulan.

Sebanyak 21 % responden pemuda memilih pakaian sebagai identitas regional Kabupaten Tanah Datar dengan nilai persepsi, motivasi, dan preferensi tertinggi, berbeda tipis dengan upacara adat (20%) dan sistem kekerabatan (16%). Pakaian dan upacara adat sebagai identitas regional banyak dipilih oleh perempuan, penduduk asli, dan lama tinggal antara 15-20 tahun, sedangkan sistem kekerabatan oleh Laki- laki, penduduk asli, dengan lama tinggal 15-20 tahun.

Identitas regional yang telah ada, yang diperkua t dengan hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam upaya pembangunan pariwisata secara berkelanjutan. Agar dapat berkelanjutan, identitas regional perlu dilestarikan. Budaya masyarakat yang cukup melekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat dan latar belakang sejarah dan budaya yang kuat di Kabupaten Tanah Datar menjadi peluang dalam pelestarian identitas regional. Namun demikian, masyarakat tidak menyadari potensi besar yang dimilikinya, dan juga masih merasa khawatir akan dampak negatif pariwisata yang mungkin timbul. Hal ini perlu segera ditanggulangi agar pengembangan pariwisata secara berkelanjutan dapat dilangsungkan sehingga dapat membantu pembangunan daerah melalui optimalisasi sumberdaya.

Identitas regional dapat membantu membangun masyarakat yang percaya diri dan bangga dengan apa yang dimiliki oleh daerahnya. Agar dapat menjadi berkelanjutan, wisata haruslah berkelanjutan secara ekonomi, ekologi, dan sosial budaya. Bagi Kabupaten Tanah Datar, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata alam yang berbasis budaya (nature-based ecotourism).

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diperlukan kerjasama yang sangat baik dari berbagai pihak. Komponen utama yang menjadi pilar dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pemerintah, pihak swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat. Kerjasama yang dapat dilakukan antara lain kerjasama mengenai pendanaan, perencanaan pariwisata bebasis keilmuan, (science-based development), sosialiasi budaya, pengembangan potensi, membentuk dan membina kelompok sadar wisata, dan menyediakan regulasi yang mendukung upaya pembangunan tersebut yang sesuai dengan kepentingan masyarakat.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 November 1983 dari pasangan Memed Supardi dan Suryati sebagai anak keempat dari empat bersaudara. Pada tahun 1988 penulis memulai pendidikan di TK Tunas Patria Balekambang Jakarta dan pada tahun 1989 memulai pendidikan dasar di SD Negeri Cicurug III, Kabupaten Sukabumi. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN I Cicurug kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Bogor. Pada tahun 2001 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI). Bidang minat yang dipilih pada saat perkuliahan adalah bidang minat Rekreasi Alam.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA), pengurus Internasional Forestry Students’ Association Local Committee IPB (IFSA LC IPB) dan IFSA Internasional sejak tahun 2001 dan menjadi Direktur IFSA LC IPB pada tahun 2004. Penulis beberapa kali mewakili Fakultas Kehutanan IPB melalui IFSA dalam berbagai forum nasional dan internasional seperti International Forestry Students’ Symposium 2003 di Turki, The 4th, 5th dan 6th Session of United Nations Forum on Forests (UNFF) di Swiss dan Amerika Serikat pada tahun 2004, 2005, 2006 dan melalui HIMAKOVA dalam The 2005 World Students’ Tourism Summit di Jepang pada tahun 2005. Pada tahun 2003 penulis melaksanakan magang di Kebun Raya Bogor dan sejak tahun 2004 menjadi penerjemah lepas.

Pada tahun 2004 penulis melaksanakan Praktek Umum Kehutanan (PUK) di daerah Baturraden, yaitu Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gunung Slamet dan di KPH Banyumas Barat, BKPH Rawa Timur, dan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) bersama mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Getas (KPH Ngawi). Pada tahun 2005 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.


(8)

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2005 penulis melakukan praktek khusus penyusunan skripsi dengan judul ”Studi Identitas Regional guna Menunjang Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar: Studi Kasus berdasarkan Pemerintah Lokal dan Pemuda & Anak-anak” dibawah bimbingan Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc. dan Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F.


(9)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Studi Identitas Regional guna Menunjang Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar: Studi Kasus menurut Pemerintah Lokal dan Pemuda & Anak-anak”. Skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dalam program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar dan menjadi data dasar bagi upaya pengembangan studi identitas regional di Indonesia. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat serta pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat agar pengelolaan pariwisata daerah menjadi lebih maju, berwawasan lingkungan dan berbasiskan konservasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, masukan, dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan untuk menyempurnakan skripsi dan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

Bogor, Mei 2006


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, dorongan, dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu rasanya tidaklah berlebihan jika pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Ibunda dan Ayahanda, Kakanda Memed Adiwinata Surya Praja, Memed Adiwilaga Indra Praja, Siti Indriyati Sekar Wulan, Anto Julinur Tjahyadi, dan seluruh keluarga besar yang selama ini selalu memberikan dorongan moral, materil serta doa dan kasih sayangnya tanpa henti. Terima kasih atas semua bantuannya selama ini…Words are just not enough to express my love and sincere gratitude..

2. Dr. Ir. Ricky Avenzora M.Sc dan Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta dukungan kepada penulis selama melakukan penelitian dan menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc. dan Ir. Suwarno Sutarahardja selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis.

4. Bupati Kabupaten Tanah Datar, Camat Lima Kaum, Camat Tanjung Baru, Camat Batipuh Selatan, Camat Lintau Buo, Camat X Koto, Bapak-bapak Wali Nagari serta semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian di Kabupaten Tanah Datar.

5. Dr. Hardjanto, Dr. Supriyanto, dan Prof. Yusuf Sudo Hadi yang senantiasa membimbing dan melihat serta memotivasi perkembangan penulis selama berada di IPB, serta memberikan kasih sayangnya pada penulis. I feel honored to know you, sirs.

6. Rekan-rekan seperjuangan di KSH `38, tetap ceria dan berjuang terus demi konservasi. I wouldn’t have come this far without you all.. Golin, Catur Ade (SABRINA), we made it!! Still, you guys are the best part of all this..I’m not alone!! Tri Rahayuningsih, thanks for all the ups and downs for the last 5 years..


(11)

7. Irma Nurhayati, Dinda Trisnadi, Mas Langlang Tata Buana, thanks for sticking with me. You guys are the best! I found a friend indeed within you.

8. Diah Irawati Dwi Arini, terima kasih atas catatannya selama 4 tahun. What would I do without you?

9. Rekan-rekan Himakova dan IFSA LC IPB dan IFSAers di seluruh penjuru dunia, you complete me. Long live IFSA! Keep rockin’ the forestry world! IFSA will always be a part of my life.

10.Terimakasih juga kepada semua civa fahutan termasuk KPAP crew, Perpustakaan, BRT, serta mamang dan bibi yang memperkenalkan dan menerima penulis menjadi suatu bagian dari komunitas ASIK.

11.Richard Alexander Modley and Anniina Kostilainen. Thank you for your trust in me since the very beginning. You really broaden up my horizon. Mas Ardian Budhi Nugroho dan Mas Yayat Afianto, dalam waktu singkat telah memberi warna baru pada kehidupan penulis.

12.Kawan-kawan di Wisma Agung 2 dan Elegant, terima kasih atas kehangatan dan kesabarannya, terutama Dian Arafah dan Nanda Dwanasuci atas diskusi dan bantuannya di detik-detik terakhir.

13.Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga budi baik bapak, ibu, dan rekan sekalian dibalas dengan yang lebih baik lagi oleh Allah SWT.

Bogor, Mei 2006


(12)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ...iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Sosiologi ... 4

B. Kebudayaan ... 5

C. Pariwisata ... 7

D. Pariwisata Berkelanjutan ... 9

E. Kaitan antara Pariwisata dan Stakeholders ... 14

F. Identitas Regional ... 15

G. Pemerintah Lokal/ Pemerintah Daerah... 16

H. Pemuda dan Anak-anak ... 19

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 21

A. Letak dan Luas ... 21

B. Kondisi Fisik dan Biologi... 21

C. Kependudukan ... 22

D. Sosial Eonomi Masyarakat ... 23

IV. METODE PENELITIAN ... 25

A. Lokasi dan Waktu... 25

B. Alat dan Bahan ... 25


(13)

D. Metode Pengambilan Responden ... 26

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Potensi Pariwisata Kabupaten Tanah Datar ... 28

A.1. Potensi Sumberdaya Alam... 28

A.2. Potensi Sejarah dan Budaya Masyarakat ... 33

B. Identitas Regional kabupaten Tanah Datar... 38

B.1. Identitas Regional Kabupaten Tanah Datar menurut Pemerintah Lokal ... 59

B.2. Identitas Regional Kabupaten Tanah Datar menurut Pemuda & Anak-anak ... 64

C. Peluang, Hambatan, dan Pengembangan Identitas Regional ... 70

C.1. Peluang... 70

C.2. Hambatan ... 72

C.3. Konsep Pelestarian Identitas Regional ... 73

D. Konsep Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan berdasarkan Identitas Regional ... 74

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 83


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Jumlah penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar ... 22

2. Kepadatan penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar... 22

3. Jumlah Objek Wisata di Kabupaten Tanah Datar ... 24

4. Pemandangan di Pandai Sikek ... 29

5. Istana Pagaruyung... 29

6. Bukit Batu Patah ... 30

7. Lembah Anai ... 30

8. Pemandangan di Danau Singkarak ... 31

9. Monumen bersejarah Puncak Pato... 32

10. Ngalau Pangian ... 32

11. Panorama Tabek Patah ... 32

12. Nagari Tuo Pariangan ... 33

13. Pengunjung berusaha mengangkat batu angkek-angkek ... 34

14. Batu basurek dan Kuburajo ... 35

15. Batu batikam ... 35

16. Ustano Rajo ... 36

17. Rumah Gadang Balimbing ... 36

18. Balairuang Sari ... 37

19. Pakaian adat ... 42

20. Rumah gadang dan rangkiang ... 44

21. Ikan Bili dan Pangek Lapuak... 45

22. Pengrajin kerajinan tangan ... 46

23. Alat produksi tradisional... 48

24. Silat Minang... 52

25. Bermain salung dan shalawat dulang ... 52

26. Grafik Identitas Regional menurut Pemerintah Lokal ... 60

27. Grafik Biplot MCA Pemerintah Lokal ... 63

28. Grafik Identitas Regional menurut Pemuda & Anak-anak ... 65


(15)

30. Kerjasama harmonis pemerintah, swasta, perguruan tinggi ... 76 31. Kerjasama stakeholder pariwisata berbasis masyarakat ... 77


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 85

2. Kuisioner Penelitian ... 86

3. Rekapitulasi data responden pemerintah lokal ... 94

4. Data minitab pemerintah lokal... 96

5. Data statistika pemerintah lokal... 99

6. Rekapitulasi data responden pemuda & anak-anak ... 100

7. Data minitab pemuda & anak-anak ... 102


(17)

I. PENDAHULUAN

A. La tar Belakang

Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (World Tourism Organization; WTO, 2000 dalam Abikusno, 2005). WTO memprediksikan bahwa pariwisata internasional akan terus berkembang sebesar 4 hingga 4,5 % per tahun, yang juga akan diimbangi oleh pariwisata domestiknya. Bagi Indonesia perkembangan pariwisata tersebut terindikasi dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara. Besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata ini pada tahun 2000 adalah sebesar 5,75 milyar dolar Amerika (Depparsenibud dalam Abikusno, 2005). Kegiatan pariwisata hingga saat ini masih cenderung berorientasi pada bidang ekonomi, sehingga aspek lingkungan dan kepentingan masyarakat di sekitar kawasan wisata seringkali terabaikan. Oleh karena itu, suatu konsep mengenai kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan kini banyak menjadi perhatian. Konsep tersebut dikenal dengan nama pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism. Pariwisata berkelanjutan selain fokus pada aspek ekonomi juga harus mempertimbangkan aspek ekologi dan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, kegiatan pariwisata dapat menjadi solusi alternatif bagi berbagai permasalahan yang ada saat ini.

Sektor pariwisata hingga saat ini juga merupakan salah satu sektor andalan di tingkat daerah. Kontribusi yang diberikan sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dinilai cukup besar. Terutama sejak era otonomi daerah yang dimulai pada tahun 1999, tiap daerah berupaya mengembangkan daerahnya masing- masing dengan menggali dan mengidentifikasi potensi yang ada, baik potensi alam maupun sosial budaya masyarakatnya. Dengan heterogenitas yang dimiliki Indonesia, tiap daerah tentunya memiliki ciri khasnya sendiri yang dapat menjadi daya tarik wisata, yang hingga saat ini potens i tersebut masih banyak terpendam. Walaupun sudah ada pula yang teridentifikasi, namun aspek-aspek tersebut belumlah dimanfaatkan dengan optimal untuk menjadi ciri khas kegiatan wisata di suatu daerah, atau menjadi suatu identitas regional daerah tersebut. Identitas suatu daerah dirasa sebagai sesuatu yang cukup penting dalam upaya pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan. Jika suatu daerah


(18)

mengenal identitas dirinya dan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, maka kemungkinan akan timbulnya persaingan negatif dengan daerah lain dapat dihindari.

Untuk mengetahui identitas regional diperlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang ada. Salah satu pemangku kepentingan yang cukup signifikan dalam studi identitas regional adalah pemerintah lokal dan pemuda yang berada di suatu daerah. Pemerintah lokal adalah pengelola utama kegiatan pariwisata yang seharusnya dapat mengidentifikasi identitas regional yang berada di daerahnya menurut masyarakat di daerah tersebut. Namun, sebagai salah satu bagian dari masyarakat, maka identifikasi identitas regional menurut pemerintah lokal juga perlu dilakukan. Pemangku kepentingan lain adalah generasi muda, yang kelak akan mewarisi identitas regional tersebut dan menentukan apakah identitas yang ada saat ini akan terus terjaga ataukah berubah mengikuti dinamika kehidupan. Hal ini akan menentukan kekuatan kegiatan pariwisata di daerah tersebut.

Salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata yang tinggi dengan nilai- nilai kebudayaan yang masih cukup kuat berlaku di masyarakat adalah Kabupaten Tanah Datar yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kota yang unik dan sangat menarik untuk dilakukan studi mengenai identitas regional. Kabupaten Tanah Datar memiliki sumberdaya alam yang melimpah serta kekayaan dan keindahan alam yang berbeda dengan daerah lain, yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Dari segi kemasyarakatan, Kabupaten Tanah Datar memiliki struktur dan kebudayaan yang khas, perpaduan antara tradisi dan modernitas yang terus menerobos. Sistem pemerintahan “Nagari” serta sistem kepemimpinannya sangatlah menarik, dan perlu dipelajari untuk menjamin kelestariannya.

Keterlibatan dua stakeholders tersebut dalam mengidentifikasi identitas regional dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar. Pada akhirnya, pariwisata berkelanjutan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya konservasi sumberdaya alam di daerah tersebut.


(19)

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi, motivasi dan preferensi pemerintah lokal dan pemuda & anak-anak atas segala aspek kehidupan yang dapat menjadi identitas regional bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan.

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar dan menjadi data dasar bagi upaya pengembangan studi identitas regional di Indonesia.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sosiologi

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup sendiri, seseorang pasti akan berhubungan dengan orang lain. Hubungan seperti ini merupakan hubungan sosial, yang dalam ilmunya disebut sebagai sosiologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat dan perkembangan masyarakat. Lebih jelasnya definisi sosiologi menurut Soemardjan dan Soemardi (1974) dalam Soekanto (1999) adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan- lapisan sosial. Proses sosial adalah timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal-balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dengan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.

Pada hakekatnya sosiologi merupakan : (1) ilmu sosial (ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gejala kemasyarakatan), (2) disiplin yang bukan normatif akan tetapi kategoris, yang artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi, (3) ilmu pengetahuan yang murni (pure science) yaitu ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak hanya untuk mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya dalam masyarakat, (4) Ilmu pengetahuan yang abstrak artinya yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya yang kongkrit, (5) Ilmu dengan tujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum, (6) ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional, (7) ilmu pengetahuan yang umum bukan ilmu pengetahuan khusus (Soekanto, 1999).

Objek sosiologi adalah masyarakat, yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang


(21)

lama, merupakan suatu kesatuan dan merupakan suatu sistem hidup yang sama. Di dalam kehidupan bermasyarakat, maka manusia akan mengalami beberapa hal yaitu terjadinya proses sosial dan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sugesti yaitu pandangan, sikap dari seseorang yang diterima oleh pihak lain, imitasi, identifikasi dan simpati (Soekanto, 1999) Dalam kehidupan masyarakat juga akan ditemukan adanya kelompok-kelompok sosial yang selalu mengalami perkembangan serta perubahan dari waktu ke waktu.

Lebih jauh lagi Soekanto (1999) menjelaskan bahwa sosiologi mempunyai kegunaan bagi proses pembangunan yaitu dalam hal: (a) Tahap perencanaan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sosial, pusat perhatian sosial, lapisan sosial, pusat-pusat kekuasaan, dan saluran-saluran komunikasi sosial, (b) Tahap pelaksanaan untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat, serta perubahan-perubahan sosial yang terjadi, dan (c) tahap evaluasi yaitu analisis terhadap aspek-aspek sosial pembangunan.

Dalam mempelajari sosiologi (ilmu yang berhubungan dengan masyarakat) maka tidak lepas pula dari hal kebudayaan. Karena masyarakat adalah kelompok orang yang hidup yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya (Soekanto, 1999)

B. Kebudayaan

Masyarakat adalah orang yang menghasilkan kebudayaan. Menurut Malinowski, Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Kebudayaan adalah kompleks yang menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (EB Tailor, 1871 dalam Soekanto, 1999). Sedangkan menurut Soemardjan dan Soemardi (1974) dalam Soekanto (1999) kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan


(22)

kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Rasa akan mewujudkan kaedah-kaedah dan nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah- masalah kemasyarakatan termasuk agama, ideologi, kebatinan dan kesenian. Sedangkan cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat.

Soekanto (1999) memaparkan bahwa kebudayaan memiliki beberapa unsur (cultural universal) yang meliputi : (1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat produksi dll), (2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dll), (3) Sistem kemasyarakatan, (4) Bahasa, (5) Kesenian, (6) Sistem pengetahuan dan, (7) Religi (sistem kepercayaan).

Setiap kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat pada dasarnya memiliki hakekat yang berlaku umum. Yaitu, (1) Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia, (2) kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya satu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya generasi yang bersangkutan, (3) kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya, (4) kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan-tindakan-tindakan yang diijinkan (Soekanto, 1999)

Dalam konteks kebudayaan, kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam, lingkungan transedental, dan lingkungan sosial. Upaya untuk mempertahankan dan mentransformasikan nilai- nilai budaya suatu masyarakat sebagai pedoman hidup yang merupakan hasil adaptasi mereka dengan lingkungannya, dilakukan dengan cara menciptakan pendidikan (Budhi Santoso, 1992 dalam Soekanto, 1999)

Kebudayaan memiliki fungsi bagi masyarakat yaitu melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya dengan melahirkan kebudayaan kebendaan (teknologi). Selain itu juga untuk memanfaatkan alam, melindungi diri dari kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat dengan adanya karsa yang mewujudkan norma dan nilai- nilai sosial, kebudayaan juga merupakan petunjuk bagaimana manusia bertindak, berbuat, dan menent ukan sikapnya.


(23)

Kebudayaan yang dipelihara dan dipegang teguh oleh suatu masyarakat dapat menjadi suatu ciri khas atau bahkan menjadi identitas masyarakat tersebut. Pada banyak tempat di belahan dunia, kebudayaan merupakan daya tarik tersendiri yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung, baik untuk menikmati kebudayaan tersebut maupun dengan maksud mempelajarinya. C. Pariwisata

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya (Pendit, 1999). Pernyataan tersebut diperkuat dengan kenyataan bahwa pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (World Tourism Organization; WTO, 2000 dalam Abikusno, 2005). Pariwisata juga diakui sebagai salah satu aktivitas ekonomi utama dunia. Hal ini diindikasikan oleh makin meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke daerah tujuan wisata. Dalam tahun 2000 saja telah tercatat sebanyak 700 juta kunjungan internasional, dan diperkirakan bahwa pariwisata domestik mencapai 10 kali lipat dari nilai tersebut (United Nations Environment Programme; UNEP, 2003, dalam Abikusno, 2005). WTO memprediksikan bahwa pariwisata internasional akan terus berkembang sebesar 4 hingga 4,5 % per tahun, yang juga akan diimbangi oleh pariwisata domestiknya. Bagi Indonesia perkembangan pariwisata tersebut terindikasi dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9,18 hari/ orang) di tahun 1998 dan meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12,26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata ini pada tahun 2000 adalah sebesar 5,75 milyar dolar Amerika (Depparsenibud dalam Abikusno, 2005).

Undang-undang Republik Indonesia nomor 9 tahun 1990 dalam pasal 1 (5) menyatakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha- usaha yang terkait di bidang tersebut. Dinyatakan pula bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Wisata adalah


(24)

kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Definisi pariwisata menurut Institute of Tourism in Britain (1976) dalam

Pendit (1999) merumuskan bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat tujuan tersebut; mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi. Sedangkan pariwisata menurut Marpaung (2002) adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Unsur pokok industri pariwisata menurut Pendit (1999) adalah politik pemerintah, perasaan ingin tahu, sifat ramah tamah, jarak dan waktu, atraksi, akomodasi, pengangkutan, harga-harga, publisitas dan promosi serta kesempatan berbelanja. Diberbagai negara, di Eropa Barat misalnya, orang menggolongkan daerah tujuan wisata ini menurut faktor-faktor (Pendit, 1999) yaitu :

a. Daerah tujuan wisata tergantung atas alam, misalnya tempat berlibur pada musim- musim tertentu dan tempat beristirahat untuk kesehatan.

b. Daerah tujuan wisata tergantung atas kebudayaan, misalnya kota-kota bersejarah, pusat pendidikan, tempat ya ng mempunyai acara khusus seperti perayaan, adat istiadat, pesta rakyat serta tempat seperti pusat beribadah.

c. Daerah tujuan wisata tergantung atas lalu lintas, misalnya daerah pelabuhan laut, pertemuan lalu lintas kereta api, persimpangan lalu lintas kendaraan bermotor, daerah pelabuhan udara.

d. Daerah tujuan wisata tergantung atas kegiatan ekonomi, misalnya pusat perdagangan dan perindustrian, pusat-pusat bursa dan pekan raya, tempat-tempat yang memiliki institut perekonomian atau peristiwa-peristiwa ekono mi. e. Daerah tujuan wisata tergantung atas kegiatan politik, misalnya Ibukota atau

pusat pemerintahan, tempat-tempat dimana terdapat institut politik atau kegiatan-kegiatan politik.


(25)

D. Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata merupakan merupakan salah satu industri terbesar di dunia.

World Travel and Tourism Council pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki pertumbuhan yang cukup besar yaitu 4 persen per tahun dan menyumbang sekitar 11,6 persen pada GDP dunia (Linberg, 2002 dalam Hidayati, 2003). Di Indonesia, pada tahun 2000 sektor pariwisata telah menyumbang sebesar 9,27 persen dari GNP Indonesia dan menyerap hampir 8 persen dari seluruh jumlah tenaga kerja (Menpora, 2000 dalam Hidayati, 2003). Namun demikian, kebijakan pembangunan pariwisata yang telah diterapkan lebih mengutamakan manfaat dari segi ekonomi sehingga menyebabkan terabaikannya pelestarian lingkungan dan terpinggirkannya penduduk lokal (Siregar, 2001). Keadaan tersebut mendorong timbulnya kesadaran untuk mengembangkan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan dan penduduk lokal. Dukungan dari dunia internasional terhadap pariwisata berkelanjutan pun sangat tinggi hal ini dibuktikan adanya definisi tentang pariwisata berkelanjutan dalam agenda 21 oleh WTO yaitu :

....meets the needs of present tourists and host regions while protecting and enhancing opportunities for the future. It is envisaged as leading to management of all resources in such a way that economic, social, and aesthetic needs can be fulfilled while maintaining cultural integrity, essential ecological processes, biological diversity and life support systems ( Insula,1995 dalam Hidayati,2003).

Owen et al dalam Kohl (2003) berpendapat bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan harus mengikuti beberapa prinsip, yaitu:

1. Pariwisata harus menjadi suatu bagian dari perekonomian yang seimbang. 2. Penggunaan lingkungan pariwisata harus memenuhi preservasi jangka

panjang dan penggunaan lingkungan tersebut. 3. Pariwisata harus menghargai karakter suatu daerah.

4. Pariwisata harus memberikan manfaat ekonomi jangka panjang. 5. Pariwisata harus peka terhadap kebutuhan ekonomi masyarakat lokal.

Konsep pariwisata berkelanjutan sendiri masih dalam perdebatan. Beberapa konsep dan definisi pariwisata berkelanjutan bermunculan, diantaranya sebagai berikut :


(26)

• Kegiatan wisata yang mempertemukan kepentingan pengunjung dan penerima dengan menjaga kesempatan bagi generasi mendatang untuk dapat pula ikut menikmati wisata ini. Untuk itu diperlukan adanya sebuah pengelolaan tertentu atas lingkungan dan sumberdaya yang tersedia agar dapat memenuhi kepentingan ekonomi, sosial dan estetika dan tetap menjaga integritas budaya, proses ekologis yang penting, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan (WTO, 2002).

• Perjalanan bertanggung jawab ke daerah alami yang melindungi lingkungan dan menjaga kesejahteraan masyarakat setempat (International Ecotourism Society dalam Kodhyat, 1998).

• Pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan yang harus didukung secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat ( Piagam Pariwisata Berkelanjutan di Insula, 1995) • Semua bentuk pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata yang

memelihara integritas lingkungan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan dari sumberdaya alam dan budaya yang ada untuk jangka waktu yang lama (Federation of Nature and National Park, 1993 dalam Badi’ah, 2004) • Pariwisata yang memperhatikan kemampuan alam untuk regenerasi dan

produktifitas masa datang. Selain itu juga mengenali kontribusi masyarakat dan komunitas adat, gaya hidup yang berpengaruh pada pengalaman wisatawan serta mengakui bahwa penduduk lokal juga harus menerima hak yang sama dari keuntungan ekonomi yang timbul dari kegiatan wisata ( Tourism Concerndan World Wildlife Fund, 1992 dalam

Hidayati, 2003)

Beberapa definisi diatas secara umum memiliki kesamaan yang merupakan terjemahan lebih lanjut dari pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat sebagai berikut (Hidayati, 2003) :

• Secara ekologis berkelanjutan, Yaitu pembangunan pariwisata yang tidak menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu, konservasi


(27)

merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata.

• Secara sosial dapat diterima, Yaitu mengacu pada kemampuan penduduk lokal untuk menyerap usaha pariwisata (industri dan wisatawan) tanpa menimbulkan konflik sosial.

• Secara kebudayaan dapat diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya turis yang cukup berbeda (tourist culture). • Secara ekonomis menguntungkan, yaitu keuntungan yang didapat dari

kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan dianggap sebagai ”resep” pembangunan terbaik termasuk pembangunan pariwisata. Menurut Bater (2001) dalam Pusat Penelitian Kepariwisataan ITB (http://www.p2par.itb.ac.id,[5 Mei 2005]), pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya yang dielabirasi berikut ini :

1. Partisipasi.

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumberdaya-sumberdaya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi dalam pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah didukung sebelumnya.

2. Keikutsertaan para pelaku (stakeholders involvement)

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM, kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata. 3. Kepemilikan lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan


(28)

akses untuk para pelaku bisnis atau wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan untuk mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan menunjang kepemilikan lokal tersebut.

4. Pembangunan sumberdaya yang berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumberdaya secara berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan, sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumberdaya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar internasional.

5. Mewadahi tujuan-tujuan masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerjasama dalam wisata budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.

6. Daya dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian dan perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limit of aceptable use).

7. Monitor dan evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur


(29)

dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional, regional dan lokal.

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan, dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam seperti tanah, air dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis, vacasional dan profesional. Perhatian sebaiknya meliputi topik pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan serta topik-topik lain yang relevan.

10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung.

Katrina Baldon dan Richard Margoluis (1996) dalam Kohl (2003), mengungkapkan lima manfaat kunci yang dapat ditawarkan oleh ekowisata untuk konservasi, yaitu:

1. Sebuah sumber pendanaan untuk konservasi kenekaragaman hayati, terutama dalam kawasan lindung yang diakui secara hukum.

2. Alasan ekonomis untuk kawasan lindung.

3. Alternatif ekonomis bagi masyarakat setempat untuk mengurangi eksploitasi berlebihan pada kawasan lindung serta sumberdaya hidupan liar.

4. Membangun dukungan (kelompok pendukung) yang meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati


(30)

5. Sebuah insentif bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh pihak swasta.

Pengembangan pariwisata harus berdasar pada kriteria sustainability, yang berarti bahwa pengembangan tersebut harus menunjang sisi ekologi dalam jangka waktu lama, menghidupkan perekonomian, serta dapat melibatkan masyarakat lokal. Kegiatan pengembangan ini juga merupakan suatu proses yang mempertimbangkan suatu manajemen sumberdaya secara keseluruhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh data tentang keseluruhan sumberdaya—termasuk yang belum dimanfaatkan—untuk selanjutnya dilestarikan (Abikusno, 2005).

E. Kaitan antara Pariwisata dan Stakeholders

Dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan pariwisata alam, dan pariwisata pada umumnya, terdapat berbagai pemangku kepentingan atau stakeholders. Masing- masing stakeho lder ini memiliki peranan masing- masing yang cukup unik dan berbeda yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan pariwisata di suatu daerah, sebagaimana stakeholders ini juga memiliki arti penting dalam menentukan identitas regional di daerahnya. Stakeholders ini sangatlah beragam, namun untuk menyederhanakannya, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam suatu konferensinya, United Nations Conference on Environment & Development (UNCED) yang dilaksanakan pada tahun 1992 di Brazil, telah menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Agenda 21, dan membagi stakeholders kedalam 9 grup besar, yaitu wanita, pemuda dan anak-anak, masyarakat tradisional dan komunitasnya, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemerintah lokal, pekerja dan serikat perdagangan, masyarakat bisnis dan industri, komunitas sains dan teknologi, serta petani.

Lebih jauh lagi, agenda 21 menekankan pentingnya peranserta para stakeholder dalam pembangunan berkelanjutan, seperti yang tercantum dalam paragraf 23.2, chapter 23, Section III berikut:

One of the fundamental prerequisites for the achievement of sustainable development is broad public participation in decision-making. Furthermore, in the more specific context of environment and development, the need for new forms of participation has emerged. This includes the need of individuals, groups and organizations to participate in environmental impact assessment procedures and to know about and participate in decisions, particularly those which


(31)

potentially affect the communities in which they live and work. Individuals, groups and organizations should have access to information relevant to environment and development held by national authorities, including information on products and activities that have or are likely to have a significant impact on the environment, and information on environmental protection measures

Pengembangan pariwisata menjadi suatu interaksi yang kompleks antara para pelakunya. Pada umumnya pengembangan pariwisata diarahkan oleh sektor swasta, namun pembangunan dan pengembangan fasilitas sangat bergantung pada alokasi strategis sumberdaya yang dilakukan oleh agen-agen multi atau bilateral melalui persetujuan-persetujuan dengan pemerintah lokal dan nasional. Para stakeholder yang lain pun memiliki andil yang sama pentingnya, namun kontribusi aktualnya bergantung pada kemampuan untuk mempengaruhi para pemain inti. Manajemen pariwisata efektif yang bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi kemiskinan membutuhkan kerjasama antara stakeholder dengan para pengambil keputusan yang terlibat. Para stakeholder ini termasuk di dalamnya pemerintah lokal dan nasional, masyarakat lokal, sektor swasta, serta organisasi pendana yang bekerjasama dengan komunitas masyarakat. Pengembangan sektor publik, sektor swasta, dan komunitas masyarakat sangat penting untuk pengembangan pariwisata, sama halnya dengan dengan semua aspek dari pengembangan yang berkelanjutan (Christ, 2003, dalam Abikusno, 2005).

F. Identitas Regional

Identitas regional (Regional Identity) merupakan suatu konsep dengan maksud mengembangkan daerah tertentu dengan berdasarkan pada ciri khusus atau jati diri yang dimiliki oleh daerah tersebut. Berasal dari kata “identitas” dan “regional”, menurut Kamus Bahasa Indonesia, “identitas” memiliki arti ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri. Menurut Webster’s New Encyclopedic Dictionary, “identity” adalah :

(1) The fact of condition of being exactly a like : sameness (an identity of interest),

(2) Distinguishing character or personality : Individuality,

(3) The fact of being the same as something described or known to exist (establish the identity of stolen goods),


(32)

(4) a. An equation that is true for all values substituted for the variables b. Identity element (middle freanch identite from late latinidentitas,

from latin identity “same” from is “That”.

Sedangkan “regional” itu sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bersifat daerah; kedaerahan. Jadi identitas regional adalah jati diri atau ciri khusus yang dimiliki oleh suatu daerah atau wilayah tertentu yang berbeda dengan daerah lain.

Identitas regional yang terdapat pada suatu daerah pada umumnya sangat berhubungan dengan kebudayaan yang mengakar dalam masyarakat tersebut. Menurut Stuart Hall (1997) dalam Nigel Morgan dan Annette Pritchard (1998, identitas bukan merupakan konsep yang terpisah, namun merupakan bagian dari lingkaran yang bersambung dengan mutlak.

Hingga saat ini, definisi mengenai identitas regional belumlah jelas. Belum ada definisi khusus mengenai istilah tersebut yang disetujui secara nasional ataupun internasional. Matt Matchet dan Lauren Wilson dalam papernya yang disampaikan pada mata kulaih Canadian Regionalism di Mount Allison University pada 2001 menyatakan bahwa bahasa dapat menjadi identitas regional, seperti halnya bahasa Perancis yang diadopsi di Quebec. Sagaree Sengupta (2001) bahkan mengatakan bahwa puisi dapat menjadi suatu bentuk identitas nasional di India pada abad ke-19. Jadi, identitas regional dapat berupa berbagai aspek kehidupan dan lingkungan.

G. Pemerintah Lokal/ Pemerintah Daerah

Istilah pemerintah daerah dan atau pemerintah lokal mulai dikenal luas di Indonesia pasca reformasi pada tahun 1997-1998, terlebih setelah disahkannya UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah. Definisi pemerintah lokal menurut UNESCO adalah level pemerintahan yang bertanggung jawab atas pengelolaan sehari- hari sebuah distrik, provinsi, atau kota. Tanggung jawab pemerintah lokal seringkali meliputi penyediaan transportasi publik dan fasilitas rekreasi, serta monitoring dan penerapan berbagai peraturan lingkungan (www.takebackwisconsin.com/Documents/Glossary.htm [15 Mei 2005]). Definisi lain tentang pemerintah daerah menurut UU No. 22/1999 adalah penyelenggaraan


(33)

pemerintahan Daerah Otonomi oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi.

Hasil pemikiran beberapa ahli politik yang dirangkum oleh Thoha dalam

Pattimura (2001) menyatakan bahwa terdapat perubahan paradigma dalam administrasi negara, salah satunya adalah perubahan paradigma dari sentralisasi kekuasaan menjadi desentralisasi kewenangan. Selama ini kekuasaan pemerintah lebih condong dilakukan secara sentral. Kegiatan mulai dari perumusan implementasi, dan evaluasi kebijakan dilakukan secara terpusat oleh aparat pemerintah pusat. Sekarang ini terdapat kecenderungan yang kencang dan kemauan yang keras dalam mengetrapkan paradigma baru, yaitu diterapkannya desentralisasi kewenangan. Sistem pemerintahan tidak boleh lagi hanya berada pada satu pusat kekuasaan saja, melainkan bisa berada pada beberapa pusat. Masing- masing pusat kekuasaan mempunyai kekuasaan yang seimbang dan kewenangan yang saling melakukan cross check.

Menurut UU No. 22/1999, daerah otonom (daerah) adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tingkatan pemerintah daerah adalah provinsi, kabupaten dan / kota, kecamatan, kelurahan, dan desa. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Keluraha n adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan / atau daerah kota di bawah kecamatan. Desa atau yang disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat yang diakui sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. Di Sumatera Barat, termasuk di Kabupaten Tanah Datar, desa ini disebut dengan Nagari.

Pemerintah lokal membangun, mengoperasikan, dan mempertahankan infrastruktur ekonomi, sosial, dan lingkungan, mengawasi proses-proses perencanaan, membuat kebijakan dan peraturan tentang lingkungan pada tingkat lokal, dan membantu implementasi kebijakan-kebijakan nasional dan sub nasional tentang lingkungan. Sebagai level pemerintahan yang berada paling dekat dengan


(34)

masyarakat, pemerintah lokal memiliki peran vital dalam mendidik, memobilisasi, dan merespon kepada publik untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan (Chapter 28 Agenda 21).

Peran pemerintah daerah dalam pembangunan nasional secara berkelanjutan (sustainable development) sangatlah vital, terlebih untuk membangun ekonomi yang berbasis sumberdaya (resource-based economy). Eriyatno dalam Pattimura (2001) menyatakan bahwa potensi kekayaan alamiah yang dimiliki Indonesia memberikan kesempatan pemberdayaan masyarakat yang sangat luas untuk mengembangkan prinsip-prinsip keunggulan komparatif tanpa meninggalkan dua prinsip penting, yaitu keberlanjutan ekosistem dan karakter kewilayahan. Kedua prinsip tersebut pada dasarnya memberikan arah agar kegiatan ekonomi yang berbasis sumberdaya harus selalu memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat serta dampak lingkungannya.

Karakter kewilayahan yang dapat juga diinterpretasikan sebagai identitas regional adalah salah satu sarana yang dapat digunakan untuk membangun ekonomi yang berbasis sumberdaya, temasuk pariwisata berkelanjutan. Pada era otonomi ini, pemerintah daerah berlomba- lomba untuk membangun daerahnya masing- masing. Pembangunan ini hendaknya berdasarkan pada identitas regional daerah tersebut. Pada akhirnya, tiap daerah-yang memiliki ciri khasnya masing-masing- akan berkembang sesuai dengan karakter yang dimilikinya dan persaingan yang bersifat negatif dengan daerah lain dapat dikurangi.

Pemerintahan Lokal di Minangkabau

Semenjak diberlakukannya UU No.22/1999 tentang otonomi daerah, serta pasal 11 dalam undang- undang tersebut yang mendukung adat, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memutuskan bahwa sistem pemerintahan daerah di kabupaten hingga tingkat terendah kembali pada sistem pemerintahan Nagari, yaitu sistem pemerintahan adat yang dipakai oleh masyarakat minagkabau. Sebelumnya masyarakat minangkabau memang memiliki sistem pemerintahan adat sendiri sebelum diberlakukannya penyamaan sistem pemerintahan yang dituangkan dalam UU No.5/1979. Selain pemerintahan formal seperti layaknya pemerintahan daerah di daerah lain di Indonesia, Kabupaten Tanah Datar, seperti halnya kabupaten lain di Sumatera Barat, juga memiliki sistem pemerint ahan adat.


(35)

Pada tingkat kecamatan, camat hanya berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari bupati dalam mengelola wilayah administratifnya. Satu kecamatan terdiri atas beberapa nagari. Tiap nagari ini memiliki sistem pemerintahan sendiri dan dipimpin oleh seorang Wali Nagari yang berfungsi sebagai badan eksekutif, sedang untuk legislatif terdapat Badan Perwakilan Anak Nagari (BPRN). Selain itu, terdapat tiga macam kepemimpinan dalam masyarakat minangkabau, yaitu

Niniak Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai.

H. Pemuda dan Anak-anak

Penggunaan kata pemuda seringkali mengacu pada seseorang yang dianggap belum dewasa, bukan pula anak-anak, tetapi berada diantaranya. Usia dimana seseorang dapat dianggap sebagai pemuda, dan layak untuk mendapatkan perlakuan khusus menurut hukum dan dalam kehidupan bermasyarakat berbeda-beda di tiap negara. Umumnya, pemuda didefinisikan berada diantara usia 12-26 tahun, dengan perbedaan sempit pada tiap negara namun masih berkisar antara usia tersebut (http://en.wikipedia.org/wiki/Youth [29 Desember 2005]). Anak-anak adalah seseorang yang belum dewasa, atau seseorang yang belum mencapai masa pubertas (http://en.wikipedia.org/wiki/Youth [29 Desember 2005]).

Pemuda dan Anak-anak tidak hanya akan mewarisi tanggung jawab untuk mengelola bumi di masa depan, tapi di banyak negara berkembang mereka mencakup hampir setengah dari populasi yang ada. Lebih jauh lagi, anak-anak di negara berkembang maupun di negara maju sangatlah rapuh terhadap efek degradasi lingkungan. Mereka juga merupakan pendukung yang sangat baik dalam pemikiran-pemikiran tentang lingkungan. Minat spesifik anak-anak harus diperhitungkan dalam proses-proses lingkungan dan pembangunan secara partisipatif dalam rangka menjamin kelestarian tindakan yang diambil untuk meningkatkan kondisi lingkungan (Chapter 25 Agenda 21).

Pemuda dan anak-anak merupakan pihak yang paling rapuh dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam lingkungan, dan perubahan-perubahan terhadap kebijakan yang berlaku (Youth and Children Discussion Paper, www.un.org/esa/forests/session.html [3 Mei 2005]). Oleh karena itu, langkah dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kabupaten Tanah Datar serta perilaku


(36)

masyarakat hendaknya juga mempertimbangkan dampaknya terhadap pemuda dan anak-anak. Pemuda dan anak-anak perlu diikutsertakan dalam berbagai proses pembangunan. Karenanya, ide dan pemikiran pemuda dan anak-anak terhadap konsep identitas regional perlu dikaji secara lebih mendalam.


(37)

III. KONDISI UMUM

A. Letak dan Luas

Kabupaten Tanah Datar terletak di Provinsi Sumatera Barat, secara geografis kabupaten ini terletak pada 0º17' LS - 0º39'LS dan 100º19' BT - 100º51' BT, sedangkan secara administratif kabupaten Tanah Datar berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Agam

Sebelah Selatan : Kabupaten Solok

Sebelah Timur : Kabupaten Sawahlunto Sijunjung

Sebelah Barat : Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam

Luas kabupaten Tanah Datar adalah 144.563,8 Ha, yang terdiri dari 14 kecamatan yaitu : Kecamatan X Koto, Batipuh, Batipuh Selatan, Pariangan, Rambatan, Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, Lintau Buo Utara, Lintau Buo, Sungayang, Sungai Tarab, Salimpaung dan Tanjung Baru.

B. Kondisi fisik dan biologi

Tanah Datar merupakan kabupaten yang memiliki curah hujan yang sedang, suhu rata-rata adalah 24°C, Kecamatan yang memiliki suhu yang rendah di Kabupaten ini adalah Kecamatan X Koto karena kecamatan ini terletak di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi. Udaranya yang sejuk dan iklim yang bagus menjadikan kecamatan ini sebagai kecamatan penghasil sayuran terbesar di Kabupaten Tanah Datar. Kabupaten Tanah Datar terletak pada ketinggian rata-rata 400 sampai 1000 meter di atas permukaan laut. Secara biologi di Kabupaten Tanah Datar masih terdapat tumbuhan endemik Sumatera Barat yaitu andaleh.

Hasil utama yang diperdagangkan dari pohon ini selain kayunya adalah bunganya. Sedangkan di bidang faunanya jenis fauna yang banyak terdapat di kabupaten ini adalah kijang, babi hutan dan berbagai jenis burung antara lain elang ular, elang hitam, burung hantu, cekakak dan yang lainnya.


(38)

C. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar hasil registrasi penduduk tahun 2003 sebayak 329.962 orang, yang terdiri dari 158.506 orang penduduk laki- laki dan 171.456 orang penduduk perempuan. Jumlah penduduk masing- masing kecamatan dapat dilihat dari histogram di bawah ini :

38,984 30,775 10,226 20,911 33,78 34,047 20,609 13,44115,46 32,460 16,365 28,666 20,968 12,034 0 5 10 15 20 25 30 35 40

Jumlah Penduduk (ribu) X Koto

Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru

Sumber : www.tanahdatar.go.id

Gambar 1. Jumlah penduduk per-kecamatan di Kabupaten Tanah Datar

Laju pertumbuhan penduduk diperkirakan sebesar 0.59%. Kepadatan penduduk secara keseluruhan di Kabupaten Tanah Datar sebesar 245 orang/km2. Kepadatan Penduduk di setiap kecamatan dapat dilihat di histogram dibawah ini :

253 170212 275 262 672 181 158 245 159 249 393 347 291 0 100 200 300 400 500 600 700

Kepadatan Penduduk (orang/Km) X Koto

Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru

Sumber : www.tanahdatar.go.id


(39)

D. Sosial Ekonomi masyarakat

Masyarakat Tanah Datar dikenal agamis karena memegang teguh agamanya yaitu islam, yang terlihat dalam kehidupan sehari- hari. Kondisi ini dapat terjadi karena di tunjang oleh banyaknya sarana keagamaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang tersebar di seluruh kecamatan dan nagari. Di bidang kesejahteraan sosial, pembangunan kesejahteraan rakyat merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan lainnya sehingga keseluruhan berjalan secara seimbang. Prioritas kabupaten Tanah Datar yaitu pada upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia khususnya me lalui pendidikan.

Pada bidang pendidikan Kabupaten Tanah Datar cukup maju, jumlah sekolah yang ada di Tanah Datar yaitu 608 sekolah, yang terdiri dari 157 sekolah Taman Kanak-kanak (TK), 310 Sekolah Dasar (SD), 5 sekolah Madrasah Ibtidaiyah, 42 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 45 Madrasah Tsanawiyah (MTs), 22 Sekolah Madrasah Aliyah (MA), 16 Sekolah Menengah Umum (SMU) dan 7 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta 4 buah setingkat perguruan tinggi. Pada Tahun 2003 Kabupaten Tanah Datar dalam tingkat kelulusan berada pada no mor 2 di Sumatera Barat.

Mata pencaharian pokok masyarakat Kabupaten Tanah Datar adalah di bidang pertanian dalam arti luas. Komoditi utama dari sektor pertanian adalah padi sawah, jagung dan sayur-sayuran. Kecamatan yang menghasilkan produksi padi terbanyak adalah Kecamatan Sungai Tarab, sedangkan sayur-sayuran banyak dihasilkan dari kecamatan X Koto. Di bidang perkebunan, komoditi utamanya adalah Cassiavera (Cinnamomum burmanii), karet (Hevea brasiliensis) dan tebu. Pinus, murbei, serta beberapa jenis tanaman penghasil buah merupakan komoditi dari sektor kehutanan. Di bidang peternakan dan perikanan jenis komoditi unggulannya adalah sapi potong, ayam petelur serta ikan mas baru.

Sektor perekonomian yang juga sangat diperhatikan pemerintahan Kabupaten tanah Datar adalah industri pariwisata, karena Kabupaten Tana h Datar termasuk salah satu daerah tujuan wisata (DTW) Sumatera Barat. Daerah ini memiliki 150 buah obyek wisata yang tersebar di kecamatan-kecamatan dalam


(40)

99

9 1 1

40

0 20 40 60 80 100

Wisata sejarah

Wisata alam

Wisata air Wisata agro

Wisata cagar budaya

Bentuk wisata wilayah Kabupaten Tanah Datar yang terdiri dari wisata sejarah, wisata alam, wisata air, wisata agro serta wisata cagar budaya.

Jumlah Keterangan


(41)

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dilakukan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat selama tiga bulan, yaitu pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2005.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang diperlukan dalam penelitian adalah semua potensi fisik, biologi, sosial, budaya, dan segala aspek lokal yang ada di Kabupaten Tanah Datar yang dapat menjadi identitas regional bagi pengembangan wisata. Adapun alat yang diperlukan adalah kamera, alat tulis, dan komputer beserta piranti lunak Minitab 13 dan Statistica 5.

C. Cara Pengumpulan Data 1. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian yaitu dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, pustaka buku-buku tentang Kabupaten Tanah Datar dan informasi melalui internet.

2. Observasi / Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung di lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data potensi yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Potensi tersebut berupa potensi sumberdaya alam dan seluruh aspek kehidupan masyarakat.

3. Wawancara

Wawancara secara mendalam dilakukan kepada para tokoh adat dan tokoh pemerintahan untuk mendapatkan rujukan mengenai kondisi Kabupaten Tanah Datar maupun identitas regional yang mungkin telah ada atau melekat pada Kabupaten Tanah Datar. Wawancara lebih jauh mengenai budaya dan sejarah juga dilakukan guna membantu analisis data pada tahap pembahasan.


(42)

4. Kuisioner

Kuisioner yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian dibagikan kepada masyarakat yang dipilih sebagai sampel penelitian yang terdapat di lima Kecamatan yang sudah ditentukan.

D. Metode Pengambilan Responden 1. Purposive Sampling

Metode ini digunakan dalam menentukan kecamatan sebagai unit contoh yang di teliti. Lima kecamatan yang diambil sebagai unit contoh berdasarkan tujuan tertentu yaitu (1) Kecamatan tersebut terletak di sebelah utara, selatan, timur, barat dan pusat. (2) Empat kecamatan di sebelah utara, barat, timur dan selatan berbatasan dengan kabupaten lain, sedangkan satu kecamatan di pusat tidak berbatasan dengan kabupaten lain. Kecamatan-kecamatan yang dipilih berdasarkan pertimbangan tersebut adalah Kecamatan Lintau Buo, Salimpaung, Batipuh Selatan, X Koto dan Lima Kaum. Metode ini juga digunakan dalam pengambilan responden pemerintah lokal. Tokoh-tokoh pemerintahan yang dianggap memiliki pengetahuan yang cukup, pengaruh yang kuat, dan dianggap mewakili masyarakat diambil sebagai responden.

2. Random Sampling

Secara umum, populasi Kabupaten Tanah Datar dapat digolongkan ke dalam kriteria yang sudah ditentukan berdasarkan Agenda 21 PBB. Ada sembilan kriteria yang digunakan yaitu masyarakat petani, masyarakat adat, masyarakat industri, masyarakat pendidikan, wanita, pemerintahan, LSM, pemuda & anak-anak dan tenaga kerja. Fokus penelitian ini adalah pada pemerintah lokal dan pemuda & anak-anak.

Untuk pengambilan responden pemuda digunakan Random Sampling atau penarikan contoh acak. Jumlah sampel yang diambil 100 orang dengan pertimbangan waktu, biaya, dan proses analisis data. Ketentuan jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian sosial minimal 30 orang. Dengan pertimbangan bahwa pemuda sangat beragam dan lebih


(43)

dinamis, maka jumlah responden ditentukan 100 orang agar dapat lebih mewakili populasi pemuda.

Jumlah responden di tiap kecamatan ditentukan dengan menggunakan teknik alokasi proporsional (proportional allocation). Teknik ini disebut juga dengan teknik alokasi berimbang sehingga jumlah contoh di tiap kecamatan sesuai jumlah pemuda yang ada di tiap kecamatan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan estimasi populasi. Pemilihan responden dilakukan secara acak.

ni= Ukuran sampel tiap kecamatan Ni= Ukuran sampel yang diinginkan (100) N= Jumlah total populasi pemuda

n= Jumlah populasi pemuda dalam kecamatan

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diambil diolah dan dianalisis menggunakan metode berikut: 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data kualitatif tersebut didapat dari kuisioner yang telah diisi masyarakat sehingga dapat mendeskripsikan segala aspek kehidupan masyarakat yang dapat dijadikan identitas regional di kabupaten Tanah Datar. 2. Multiple Correspondences Analysis (MCA)

Pengolahan dan Analisis data menggunakan metode Multiple

Correspondence Analysis (MCA). MCA adalah analisis data yang

menguraikan hubungan antara beberapa variabel kualitatif dan kemudian direpresentasikan dalam bentuk plot masing- masing kategori yang terdapat dari variabel tersebut. Dalam plot tersebut masing- masing kategori dari variabel direpresentasikan oleh beberapa titik dan karakteristiknya direpresentasikan oleh jarak antar titik.

Pemilihan MCA dalam melihat aspek kehidupan di lima kecamatan di Kabupaten Tanah Datar menghasilkan data berbentuk kualitatif. Input dari MCA adalah Burt’s Table yaitu tabel kontingensi antar semua variabel yang diamati.

Ni ni = x n N


(44)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Pariwisata Kabupaten Tanah Datar

Kabupaten Tanah Datar adalah salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata yang tinggi dengan nilai- nilai kebudayaan yang masih cukup kuat berlaku di masyarakat. Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kota yang unik dengan sejarah yang sangat panjang. Dari Kabupaten Tanah Datar inilah sejarah dan perkembangan Minangkabau sebagai salah satu budaya yang paling terkenal di nusantara berasal. Kabupaten Tanah Datar memiliki sumberdaya alam yang melimpah serta kekayaan dan keindahan alam yang berbeda dengan daerah lain, yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Dari segi kemasyarakatan, Kabupaten Tanah Datar memiliki struktur dan kebudayaan yang khas, perpaduan antara tradisi dan modernitas yang terus menerobos, termasuk sistem pemerintahan “Nagari” serta sistem kepemimpinannya yang sangat menarik untuk dipelajari. Banyak sekali potensi kabupaten yang dapat dikembangkan untuk menjadi sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Berikut akan dijabarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Tanah Datar.

A.1. Potensi Sumberdaya Alam

Kabupaten Tanah Datar memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat tinggi. Potensi sumberdaya alam yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya terbatas sebagai bahan-bahan mineral yang dapat dijadikan sebagai bahan tambang, namun juga potensi lain seperti bentang alam dan panorama yang indah. Bentang alam Kabupaten Tanah Datar sangat mungkin untuk dijual dan dijadikan sumber pendapatan daerah. Pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar telah mengidentifikasi objek-objek wisata potensial yang ada di daerahnya. Beberapa objek wisata dan atraksi terkenal yang selama ini cukup dikenal sebagai “icon” kabupaten Tanah Datar antara lain sebagai berikut (www.tanahdatar.go.id [29 desember 2005]):


(45)

Nagari Pandai Sikek

Pandai Sikek adalah nama sebuah nagari di kecamatan X Koto yang terkenal akan kerajinan tenun kain songketnya. Kain songket ini menjadi atribut wajib yang digunakan masyarakat minang dalam upacara- upacara adat seperti perkawinan. Di tempat ini, gadis- gadis muda sudah sangat terampil membuat kerajinan tenunan sedangkan anak laki- laki terampil membuat kerajinan ukiran. Nagari ini terletak di daerah yang sejuk dan dingin, tepatnya diapit oleh dua gunung terkenal yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Merapi sehingga cocok pula untuk dijadikan tempat beristirahat. Tidak terlalu jauh juga terdapat makanan bika Mariana yang sangat terkenal sebagai penunjang pariwisata daerah ini.

Istana Pagaruyung

Istana Pagaruyung yang megah terletak di jantung Kabupaten Tanah Datar dan merupakan sesuatu yang sangat identik dengan Kabupaten Tanah Datar. Pagaruyung sendiri adalah nama tempat dimana raja besar pernah berkuasa, dan hidup bersama permaisuri dan putra-putrinya. Istana yang besar ini hampir semuanya mempunyai tiang yang miring, ini sangat bertentangan dengan teori arsitektur yang ada, tapi pada kenyataannya istana ini sangat kokoh, kuat, dan berumur panjang. Istana ini dilatarbelakangi oleh panorama Gunung Bungsu yang merupakan sarana wisata remaja yang sangat cocok untuk berkemah dan hiking.

Gambar 5. Istana Pagaruyung dan pemandangan yang tampak di belakang istana Gambar 4. Pemandangan di Pandai Sikek. (a) Gunung Marapi (b) Penenun (c) Kain Songket, dan (d)

Gunung Singgalang


(46)

Bukit Batu Patah

Sesuai dengan namanya, tempat ini adalah bukit yang terbentuk dari batu yang patah. Di tempat ini terdapat “Aie Tigo Luak” atau air tiga kolam yang dipercaya dapat membuat awet muda. Menuju tempat ini terdapat medan yang cukup memiliki tantangan bagi orang yang senang bertualang, hiking, camping, dan panjat tebing. Dari tempat ini dapat dilihat Istana Pagaruyung dari ketinggian.

Lembah Anai

Lembah Anai adalah sebuah lembah yang membentang sepanjang kurang lebih 5 km di sisi kiri dan kanan jalan dari Padang menuju Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Di Lembah Anai terdapat air terjun Lembah Anai yang sangat terkenal dan terletak tepat di tepi jalan. Di Lembah Anai ini pula banyak terdapat monyet jenis Macaca fascicularis yang sering terlihat dari tepi jalan. Udara yang sejuk menjadi nilai tambah bagi area yang berada dalam kawasan cagar alam ini.

Gambar 6. Bukit Batu Patah


(47)

Danau Singkarak

Danau Singkarak sebagian terletak di Kabupaten Tanah Datar dan sebagian lagi terletak di Kabupaten Solok. Di Kabupaten Tanah Datar, terdapat satu bagian yang bernama Tanjung Mutiara. Tanjung Mutiara ini memiliki pantai yang indah dengan kekhasannya sebagai pantai danau. Di Danau Singkarak ini pula terdapat spesies ikan yang langka dan endemik Danau Singkarak yaitu ikan bilih.

Satu lokasi lain yang sangat potensial untuk dijadikan tujuan utama wisata di Danau Singkarak adalah Putaran Angin, yaitu puncak bukit yang terletak tidak jauh dari Danau Singkarak. Dari Putaran Angin ini dapat dilihat Danau Singk arak dari ketinggian yang merupakan pemandangan yang sangat spektakuler.

Puncak Pato

Puncak Pato adalah tempat yang sangat bersejarah dan mempunyai arti khusus bagi masyarakat Tanah Datar dan Minangkabau. Di tempat inilah terjadi peristiwa sejarah yaitu pengukuhan semboyan “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” yang menjadi tuntunan fundamental bagi seluruh orang Minangkabau. Tempat ini berada di ketinggian dan dari puncaknya dapat terlihat Kabupaten Tanah Datar, Danau Singkarak, hingga daerah-daerah lain di sekitarnya seperti Payakumbuh. Udara yang sejuk dan hamparan hutan pinus menambah asri suasana sehingga menjadikannya tempat yang cocok untuk beristirahat.

Gambar 8. Pemandangan di Danau Singkarak (a) Pantai Tanjung Mutiara dan (b) Danau Singkarak dari Putaran Angin


(48)

Ngalau Pangian

Ngalau Pangian adalah sebuah gua yang terletak di tengah-tengah perbukitan. Dalam gua ini banyak terdapat stalagtit dan stalagmit yang terbentuk dari proses alam selama jutaan tahun. Dalam gua tersebut mengalir sungai dengan arus panas dan dingin. Selain itu, gua tersebut juga merupakan habitat kelelawar. Tebing- tebing indah yang mengapit Ngalau Pangian menjadi pemandangan tersendiri untuk dapat dinikmati.

Panorama Tabek Patah

Tabek Patah adalah viewing point dimana pengunjung dapat melihat panorama yang indah dari ketinggian. Di Tabek Patah ini pula pengunjung dapat menikmati keasrian hutan pinus dengan udara yang sejuk.

Gambar 10. Ngalau Pangian dan pemandangan indah di sekitarnya. Kawasan ini merupakan kawasan karst.

Gambar 9. Monumen Bersejarah “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” di Puncak Pato


(49)

Nagari Tuo Pariangan

Daerah ini adalah pusat sejarah Minangkabau. Dari nagari inilah awal mula kehidupan atau tempat berasalnya nenek moyang orang Minangkabau. Di Nagari Tuo Pariangan terdapat bukti-bukti sejarah seperti batu tigo luak, balai saruang, prasasti, menhir, dan sawah satampang baniah. Lokasi lain yang menjadi pendukung daerah ini adalah sumber air panas yang mengandung sulfur yang bermanfaat bagi kesehatan kulit.

Saat ini kondisi objek-objek tersebut dapat dikatakan cukup baik, walaupun tidak terlalu banyak pengembangan yang dilakukan. Namun sayangnya, promosi yang dilakukan dirasa masih kurang sehingga banyak orang yang belum mengetahui objek-objek wisata dan kegiatan-kegiatan kebudayaan yang dapat menarik minat mereka untuk berwisata ke Kabupaten Tanah Datar. Padahal, potensi wisata yang dimiliki daerah ini sangatlah tinggi, tidak hanya potensi sumberdaya alam, namun juga ditunjang dengan berbagai potens i budaya masyarakat yang masih dipegang kuat hingga kini. Hal ini sesungguhnya menjadi nilai tambah bagi upaya pengembangan wisata di Kabupaten Tanah Datar.

A.2. Potensi Sejarah dan Budaya Masyarakat

Kehidupan masyarakat di Kabupaten Tanah Datar dapat dikatakan biasa saja, tidak jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Namun demikian, latar belakang sejarah dan budaya sedikit banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat. Tanah Datar dikenal sebagai Luhak Nan Tuo atau luhak tertua dari tiga luhak yang berada di Minangkabau. Konon asal- usul nenek moyang orang Minangkabau berasal


(50)

dari Tanah Datar. Kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerah Minangkabau juga dikatakan banyak berasal dari Luhak Tanah Datar. Latar belakang sejarah yang panjang ini menghasilkan suatu bentuk kebudayaan unik yang masih diwariskan pada generasi muda hingga kini. Hasil kebudayaan yang berkembang tersebut saat ini sudah ada yang diorganisir menjadi beberapa atraksi kebudayaan ataupun festival yang sangat prospektif untuk dapat dikembangkan lebih lanjut. Beberapa peninggalan sejarah serta atraksi yang sudah diketahui diantaranya adalah (www.tanahdatar.go.id [29 Desember 2005]):

Batu Angkek -angkek

Batu Angkek-angkek dikenal sebagai sebuah batu yang mempunyai kekuatan gaib. Batu berbentuk kura-kura dan memiliki lafadz Allah serta Muhammad ini dipercaya masyarakat sebagai penguji apakah suatu keinginan atau cita-cita akan terkabul atau tidak. Jika batu tersebut dapat diangkat, berarti kemungkinan dapat terkabul. Sebaliknya, jika batu ini tidak terangkat, berarti keinginan tidak terkabul.

Batu Basurek

Batu basurek atau batu bersurat merupakan prasasti peninggalan zaman kerajaan pada sekitar tahun 1200. Prasasti ini adalah bukti sejarah bahwa Adityawarman pernah menjadi raja di “negeri emas” yaitu Sumatera. Di Kabupaten Tanah Datar terdapat beberapa lokasi batu basurek yang dapat dikunjungi.


(51)

Batu Batikam

Batu batikam adalah tempat bersejarah dimana pada zaman dahulu terjadi pertikaian antara Datuk Parpatih Nan Sabatang dengan Datuk Katumanggungan. Dalam pertikaian tersebut dikisahkan bahwa Datuk Parpatih Nan Sabatang menikam sebuah batu dengan keris sebagai pelampiasan amarahnya. Batu tersebut menjadi berlubang dan tembus dari depan hingga belakang. Datuk Parpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan merupakan kakak beradik yang mengenalkan dua sistem kelarasan atau aliran dalam masyarakat Minangkabau yang dianut hingga kini.

Ustano Rajo

Ustano Rajo adalah kompleks pemakaman raja-raja. Setiap bulan Muharram atau bulan baru Islam, diadakan pergantian kelambu yang digunakan untuk menutup makam raja. Di Ustano Rajo pula terdapat “batu ujian” yang merupakan tempat para pembesar istana yang akan pergi merantau menguji ketangkasan dan kepintaran.

Gambar 15. Batu Batikam dan tempat berunding yang terdapat di sekitar objek sejarah tersebut. Batu yang disusun rapi dijadikan tempat duduk Gambar 14. Beberapa prasasti (batu basurek) yang ada di Tanah Datar, (a, b) prasasti

Adityawarman, dan (c) suasana di cagar budaya prasasti Kuburajo saat senja


(52)

Benteng Van Der Capellen

Benteng ini dibangun oleh Belanda dan merupakan bukti perjuangan rakyat Indonesia yang sangat gigih melawan penjajah hingga Belanda harus mendirikan benteng sebagai alat pertahanan. Di tempat ini masih terdapat dua buah meriam batu yang menjadi bukti sejarah.

Rumah Gadang Balimbing

Rumah Adat Kampai Nan Panjang atau dikenal juga dengan nama Rumah Gadang Balimbing adalah rumah adat yang telah berusia lebih dari 300 tahun. Salah satu keunikan rumah gadang ini adalah konstruksi bangunannya yang tidak menggunakan paku. Sebagian besar bangunan ini belum mengalami pembaruan baik dari segi struktur maupun bahan bangunan. Di dalamnya, terdapat kamar-kamar dengan pintu unik berbentuk oval dengan diameter + 30 cm.

Balairuang Sari

Balairuang Sari adalah sebuah bangunan yang mirip dengan rumah gadang, namun tidak memiliki dinding maupun kamar. Bangunan yang telah

Gambar 16. Ustano Rajo. Makam-makam yang ada memiliki bentuk nisan yang unik


(53)

berusia lebih dari 300 tahun ini digunakan sebagai tempat mengadakan rapat dan musyawarah.

Alu Katentong

Alu katentong adalah pertunjukan tumbuk padi yang diiringi tarian. Atraksi ini dimainkan oleh para wanita dengan anggun. Pukulan demi pukulan menghasilkan variasi suara sehingga menjadi sebuah irama unik yang teratur dan indah. Alu katentong ini dimainkan dengan sistem interloking dari 8 buah alu yang dimainkan oleh 8 orang perempuan yang masing- masing memiliki motif pukulan tersendiri. Rangkaian irama yang dihasilkan disebut dengan “Alang Babega” (elang melayang)”Alang Katurun” (elang terbak menukik) dan lain sebagainya.

Dabuih

Dabuih adalah atraksi yang serupa dengan debus di daerah Banten. Dabuih adalah atraksi yang memperagakan kekuatan ilmu batin. Para pemain semuanya menari- nari sambil diiringi musik. Mereka menggunakan senjata tajam berupa pisau, parang api, kaca dan sebagainya lalu dipukulkan ke tubuh, digunakan untuk memotong lidah, leher, atau bagian tubuh lainnya. Dalam adegan yang mengerikan ini anehnya tidak ada yang terluka.

Festival Pagaruyung

Festival ini diadakan tahunan dan menampilkan pertunjukan seni permainan anak nagari (Minangkabau). Festival ini dihadiri oleh seluruh kabupaten dan kota yang berada di Sumatera Barat, selain ada pula yang


(1)

52 18 Perempuan Batipuh Selatan Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 53 18 Laki-laki X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 54 16 Perempuan X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 55 17 Laki-laki Lintau Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 56 19 Perempuan Tanjung Baru Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 57 18 Laki-laki X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 58 17 Laki-laki X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 59 16 Laki-laki X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 60 17 Perempuan Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 61 18 Perempuan Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 62 18 Perempuan Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 63 16 Perempuan Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 64 16 Perempuan Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 65 16 Perempuan Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 66 16 Perempuan Tanjung Baru Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 67 18 Perempuan Batipuh Selatan

Sawahlunto-Sijunjung

3-5

tahun Islam SMU < 250.000 68 18 Perempuan X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 69 19 Perempuan X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 70 17 Laki-laki X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 71 17 Perempuan X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 72 18 Perempuan X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 73 22 Laki-laki X Koto Asli > 20 Islam SMU < 250.000 74 24 Laki-laki X Koto Asli > 20 Islam SMU < 250.000 75 26 Laki-laki X Koto Asli > 20 Islam SMU < 250.000 76 25 Laki-laki X Koto Asli > 20 Islam SMU < 250.000 77 23 Laki-laki X Koto Asli > 20 Islam SMU < 250.000 78 24 Laki-laki X Koto Asli > 20 Islam SMU < 250.000 79 25 Laki-laki X Koto Asli > 20 Islam SMU < 250.000 80 17 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 81 18 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 82 17 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 83 16 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 84 16 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 85 18 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 86 19 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 87 17 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 88 19 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 89 17 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 90 16 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 91 16 Laki-laki Lima Kaum Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 92 15 Laki-laki Batipuh Selatan Asli 10-15 Islam SMU < 250.000 93 17 Laki-laki X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 94 16 Laki-laki X Koto

Padang

Panjang 3-5 Islam SMU < 250.000 95 18 Laki-laki X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 96 15 Perempuan Batipuh Selatan Padang 10-15 Islam SMU < 250.000 97 16 Laki-laki X Koto Semarang 3-5 Islam SMU < 250.000 98 17 Perempuan X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 99 17 Laki-laki Lintau Asli 15-20 Islam SMU < 250.000 100 17 Laki-laki X Koto Asli 15-20 Islam SMU < 250.000


(2)

10

1 Q1 Q1 Q2 0,74526 0,82784 rumah

1 Q1 Q1 Q2 -0,4034 -0,02111 makanan

1 Q1 Q1 Q3 0,82929 1,14063 kerajinan tangan

1 Q1 Q1 Q3 -0,9493 0,47492 alat produksi

1 Q1 Q1 Q3 0,17878 -0,40607 alat pertanian

1 Q2 Q1 Q3 0,49317 -0,11054 bahasa

1 Q2 Q1 Q3 0,72846 0,76528 kesenian

1 Q2 Q1 Q3 0,01873 -1,50018 upacara adat

1 Q2 Q1 Q3 0,31572 1,24845 sistem ekonomi

1 Q2 Q1 Q3 -3,26358 0,64627 sistem kekerabatan

1 Q2 Q1 Q3 0,82929 1,14063 sistem hukum

1 Q2 Q1 Q3 0,82929 1,14063 sistem pemerintahan

1 Q2 Q1 Q3 0,29157 0,84117 Laki-laki

1 Q2 Q1 Q3 -0,22909 -0,66092 Perempuan

1 Q2 Q1 Q3 0,28374 -0,03928 Asli

1 Q2 Q1 Q3 -2,86897 0,39718 Pendatang

1 Q2 Q1 Q3 -3,47349 0,70821 3-5 tahun

1 Q2 Q1 Q3 -1,29729 0,4581 10-15 tahun

1 Q2 Q1 Q3 0,28107 0,11103 15-20 tahun

1 Q2 Q2 Q1 0,21512 -2,21301 >20 tahun

2 Q1 Q1 Q3

2 Q1 Q1 Q3

2 Q1 Q1 Q3

2 Q1 Q1 Q3

2 Q1 Q1 Q3


(3)

10

Lampiran 7. Data Minitab Pemuda & Anak-anak (lanjutan)

3 Q1 Q1 Q3

3 Q1 Q1 Q3

3 Q1 Q1 Q3

3 Q1 Q1 Q3

3 Q2 Q1 Q3

3 Q2 Q1 Q3

3 Q2 Q1 Q3

3 Q2 Q1 Q3

3 Q2 Q1 Q3

3 Q2 Q1 Q3

3 Q2 Q1 Q3

3 Q2 Q2 Q3

3 Q2 Q2 Q2

3 Q2 Q2 Q2

4 Q1 Q1 Q3

5 Q1 Q1 Q3

5 Q2 Q2 Q3

6 Q1 Q1 Q3

6 Q2 Q1 Q3

6 Q2 Q1 Q3

6 Q2 Q1 Q3

6 Q2 Q1 Q3

6 Q2 Q1 Q3

6 Q2 Q1 Q2

7 Q1 Q1 Q3

7 Q2 Q1 Q3


(4)

10

8 Q1 Q1 Q3

8 Q1 Q1 Q3

8 Q1 Q1 Q3

8 Q2 Q1 Q3

9 Q1 Q1 Q4

9 Q1 Q1 Q4

9 Q2 Q1 Q4

9 Q2 Q1 Q4

9 Q2 Q1 Q4

9 Q2 Q1 Q4

9 Q2 Q1 Q4

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q1 Q3

9 Q2 Q2 Q1

10 Q1 Q1 Q3


(5)

10

Lampiran 7. Data Minitab Pemuda & Anak-anak (lanjutan)

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q3

10 Q1 Q1 Q2

10 Q1 Q2 Q1

11 Q1 Q2 Q1

11 Q2 Q1 Q3

11 Q2 Q2 Q2

12 Q1 Q1 Q3


(6)

10

Pakaian -0,0677 -0,07647

Rumah 0,74526 0,82784

Makanan -0,4034 -0,02111

Kerajinan Tangan 0,82929 1,14063

Alat Produksi -0,9493 0,47492

Alat Permainan 0,17878 -0,40607

Bahasa 0,49317 -0,11054

Kesenian 0,72846 0,76528

Upacara Adat 0,01873 -1,50018

Sistem Ekonomi 0,31572 1,24845

Sistem Kekerabatan -3,26358 0,64627

Sistem hukum 0,82929 1,14063

Sistem Pemerintahan 0,82929 1,14063

Laki-laki 0,29157 0,84117

Perempuan -0,22909 -0,66092

Asli 0,28374 -0,03928

Pendatang -2,86897 0,39718

3-5 th -3,47349 0,70821

10-15 th -1,29729 0,4581

15-20 th 0,28107 0,11103


Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata (Studi Tentang Pembangunan Ekowisata Di Kenagarian Lasi Kecamatan Candung Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

3 79 104

Alokasi waktu dan pendapatan tenaga kerja perempuan (Studi kasus rumahtangga kerajinan tenun di Kenagarian Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat)

0 4 318

Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas Regional menurut Wanita dan LSM)

1 78 139

Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasaus identitas regional menurut masyarakat adat dan petani

0 40 129

Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasus identitas regional menurut masyarakat pendidikan, masyarakat industri dan masyarakat tenaga kerja

0 22 134

Dayasaing Durian di Sumatera Barat (Kasus: Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar)

0 18 246

Alokasi waktu dan pendapatan tenaga kerja perempuan (Studi kasus rumahtangga kerajinan tenun di Kenagarian Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat)

0 11 154

Potensi dan Kendala Pengembangan Pariwisata di Sumatera Barat. Studi Kasus : Objek Wisata di Kenagarian Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Kab. Tanah Datar.

0 0 6

Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Non Logam di Kabupaten Agam dan Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat

0 0 11

Konsep pembangunan berkelanjutan kelompok studi

0 0 2