Identitas Regional Menurut Stakeholder

C. Identitas Regional Menurut Stakeholder

Stakeholder yang dipilih untuk menentukan identitas regional adalah masyarakat adat dan petani. Dalam penelitian ini masyarakat adat dibatasi pada tokoh-tokoh yang berpengaruh penting dalam adat yang terdiri dari ninik mamak, alim-ulama, cadiak pandai, panghulu, dan bundo kandunag. Studi identitas regional dilakukan kepada masyarakat Tanah Datar untuk mengetahui sejauh mana masyarakat Tanah Datar mengerti akan daerah, budaya serta adat dan aspek kehidupan apa saja yang mereka pakai. Selain itu masyarakat tersebut lebih mengetahui segala aspek kehidupan yang ada di wilayahnya yang akan dijadikan identitas regional. C.1. Identitas Regional Menurut Tokoh Masyarakat Adat Tokoh masyarakat adat lebih cenderung memilih upacara adat sebagai identitas regional Kabupaten Tanah Datar. Dari 60 respoden yang diambil 26 orang atau 43,33 responden memilih identitas tersebut. Pemilihan identitas regional terhadap upacara adat sangat dominan dibandingkan yang lainnya. Adapun Karakteristik responden yang diambil adalah dari jenis kelamin, tingkat umur, tingkat pendidikan dan pendapatan Tabel 3. Jumlah dan persentase masyarakat adat yang memilih elemen budaya untuk identitas regional No Elemen Budaya Jumlah Responden 1 Pakaian 4 6,67 2 Rumah 3 5,00 3 Makanan 4 6,67 4 Alat Produksi 2 3,33 5 Alat Permainan 2 3,33 6 Sistem Ekonomi 3 5,00 7 Kerajinan Tanagan 2 3,33 8 Sistem kekerabatan 3 5,00 9 Upacara Adat 26 43,33 10 sistem hukum 3 5,00 11 Sistem pemerintahan 1 1,67 12 Bahasa 2 3,33 13 Kesenian 5 8,33 Jumlah 60 100 Data dari tabel tersebut dapat di interpretasikan ke dalam bentuk grafik di bawah ini Gambar 16. Grafik Jumlah dan persentase identitas regional menurut masyarakat adat. Keterangan : A Pakaian F Sistem Ekonomi J Sistem Hukum B Rumah G Kerajinan Tangan K Sistem Pemerintagan C Makanan dan minuman H Sistem Kekerabatan L Bahasa D Alat Produksi I Upacara Adat M Kesenian E Alat Permainan Untuk mengetahui hubungan karakteristik responden dengan kecenderungan elemen budaya yang dipilih sebagai identitas regional oleh masyarakat adat dapat dilihat pada grafik biplot MCA di bawah ini. Frekuensi pemilihan elemen budaya sebagai identitas regional oleh tokoh masyarakat adat 10 20 30 40 50 A B C D E F G H I J K L M Elemen Budaya Frekuensi Jumlah Responden BIPLOT MCA MASYARAKAT ADAT TERHADAP IDENTITAS REGIONAL Koordinat 1 Koordinat 2 Pakaian Prumahan Makanan dan minuman Alat produksi Permaianan Sistem ekonomi Kerajinan tangan Sistem kekerabatan Upacara adat Sistem hukum Sistem pemerintahan Bahasa Kesenian B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C1 C2 D1 D2 D3 D4 D5 E1 E2 E3 -2 -1 1 2 3 -2 2 60 Gambar 17. Grafik MCA tokoh masyarakat adat terhadap identitas regional Keterangan simbol B1 = usia 40-44 D1 = SD B2 = usia 45-49 D2 = SLTP B3 = usia 50-54 D3 = SLTA B4 = usia 55-59 D3 = Diploma B5 = usia 60-64 D5 = Sarjana B6 = usia 65-69 E1 = Rp. 250.000-Rp. 700.000 B7 = usia 70-74 E2 = Rp. 700.000-Rp. 1.500.000 C1 = Laki-laki E3 = Rp. 1.500.000-Rp. 3.000.000 C2 = Perempuan Tokoh masyarakat adat cenderung memilih upacara adat sebagai identitas regional. Responden yang banyak memilih adalah responden laki- laki pada selang umur 50 sampai 54 tahun, dengan pendidikan terakhir adalah sekolah dasar, dan pendapatan rata-rata perbulan Rp.250.000,00 sampai Rp.700.000,00. Walaupun pendidikan rendah akan tetapi tokoh masyarakat adat sangat memahami tentang adat karena mereka adalah orang-orang yang dimintai pertimbangan dalam masalah adat. Dalam grafik biplot di atas pada kuadran II terdapat elemen budaya berupa upacara adat dan perumahan, akan tetapi yang sangat berpotensi adalah upacara adat karena gradiennya lebih besar. Sedangkan pada kuadran III banyak terdapat elemen budaya berupa sistem ekonomi, sistem pemerintahan, alat permainan, pakaian dan alat produksi, akan tetapi dari grafik dapat dilihat tidak adanya kecenderungan tokoh masyarakat adat untuk memilih elemen budaya tersebut dijadikan identitas regional karena elemen tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap variabel atau karakteristik responden. Selain itu responden yang memilih dalam jumlah yang kecil. Pada kuadran lain juga terdapat beberapa elemen budaya seperti sistem hukum, kerajinan tangan, makanan dan minuman, bahasa serta kesenian. Dari grafik biplot di atas dapat dilihat bahwa elemen-elemen budaya yang tidak berpotensi dijadikan identitas regional dapat terjadi karena : a. Memiliki jumlah lebih kecil b. Tidak memiliki pengaruh terhadap variabel- variabel yang ada c. Memiliki jumlah yang sama pada dua variabel atau lebih. Berdasarkan garafik MCA Multiple Correspondences Analysis maka dapat diketahui persepsi, motivasi dan preferensi masyarakat adat terhadap identitas regional Kabupaten Tanah Datar. Persepsi dari sebuah identitas dijabarkan apakah identitas tersebut masih dikenal, masih dipakai, masih membudaya dan mempunyai keunikan menurut tokoh masyarakat adat. Motivasi adalah dorongan atau keinginan dari tokoh masyarakat adat untuk menggunakan atau melestarikan upacara adat yang ada dalam kehidupan mereka. Sedangkan preferensi adalah tingkat kesukaan mereka terhadap upacara adat. Persepsi tokoh masyarakat adat terhadap upacara adat yang dipilih sebagai identitas regional sangat bagus, dimana tokoh masyarakat adat sangat mengenal dan mengetahui tatacara upacara adat. Upacara adat tersebut saat ini masih dipakai dan mebudaya di lingkungan masyarakat. Tokoh masyarakat adat memaparkan bahwa upacara yang dilaksanakan secara tradisional mempunyai keunikan tersendiri yang patut dilestarikan. Dari tingkat motivasi, tokoh masyarakat adat sangat berkeinginan untuk selalu menggunakan dan melestarikan upacara adat secara tradisional tersebut. Tingkat preferensi upacara adat tersebut terhadap upacara adat sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya pelaksanaan upacara adat setradisional mungkin, misalnya himbauan untuk menggunakan kesenian tradisional sebagai pengisi acara hiburan dalam pesta perkawinan. Tokoh masyarakat adat merupakan orang yang memiliki pengatahuan lebih tentang adat, budaya dan sejarah daerah Kabupaten Tanah Datar. Mereka merasa memiliki kewajiban untuk “mentransfer” pengetahuannya tentang adat kepada masyarakat. Upacara adat merupakan salah satu alat untuk mentransfer pengetahuan tentang adat. Sehingga ada kecenderungan tokoh masyarakat adat untuk memilih upacara adat sebagai identitas regional Kabupaten Tanah Datar. Ada beberapa jenis upacara adat yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Upacara- upacara tersebut antara alain adalah upacara adat perkawinan, upacara adat kematian, upacara adat penobatan gelar panghulu upacara batagak gala panghulu, upacara adat turun mandi, khitanan dan upacara khatam Al-Qur’an. Semua upacara adat ini diatur sesuai dengan tatanan kehidupan masyarakat masing- masing daerah. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa upacara adat yang dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar. • Upacara Adat Perkawinan Minangkabau memiliki keunikan tersendiri dari hal sistem kekerabatannya yaitu matrilineal yaitu kesatuan keturunan ditarik berdasarkan garis keturunan dari pihak ibu. Hal ini menyebabkan sistem perkawinan berbentuk sistem perkawinan matrilineal. Bentuk perkawianan matrilineal, jika sepasang laki- laki dan perempuan melakukan perkawinan, masing- masing pihak tetap menjadi anggota suku kaumnya. Suami tidak ikut istri dan istri tidak ikut suami, akan tetapi anak yang lahir dari dari hasil perkawinan yang menjadi anggota kaum ibunya. Perkawianan seperti ini bersifat eksogami. Perkawinan menurut pengertian di Minangkabau adalah pembentukan suatu keluarga yang dilakukan dengan satu ikatan pribadi antara satu orang pria dan wanita dengan restu dan persetujuan sanak famili Sukmasari, 1983. Aturan pokok dalam perkawinan menurut adat seperti diungkapkan oleh petatah berikut : Sigai mancari anau Anau tatap sigai baranjak Datang dek Bajapuik Pai jo baanta Ayam putiah tabang siang Basuluah matohari Bagalanggang mato rang banyak Maksud pepatah di atas adalah bahwa dalam setiap perkwinan, selalu laki- laki yang diantar ke rumah istri, dijemput oleh keluarga si istri secara adat dan diantar oleh keluarga laki- laki secara adat pula. Bila terjadi perceraian, suamilah yang pergi dari rumah sang istri. Sedangkan istri tetap tinggal di rumah kediamannya bersama sanak famili dan keluarga yang telah diatur oleh hukum adat. Tatacara perkawinan disetip nagari berbeda-bada mulai dari pakaian, tahap-tahap perkawianan, makanan dalam acara perkawinan dan lain sebagainya. Tahapan pernikahan secara umum di Minangkabau dan khususnya di Kabupaten Tanah Datar adalah: 1. Paserek Paserek adalah suatu usaha dalam perkenalan dimana pihak keluarga berusaha untuk memperkenalkan calon istri dengan calon suami, yang biasanya dilakukan dengan kunjungan keluarga pria ke keluarga wanita. 2. Manyiriah Manyiriah atau meminang adalah suatu kegiatan dalam rangkaan perkawinan dimana keluarga pihak pria mengirim utusan kerumah wanita dengan maksud menyampaikan hasrat hati pihak pria untuk mempersunting wanita yang didatangi untuk menjadi istrinya. Untuk mendapatkan restu dari pihak keluarga maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain adalah kedua calon beragama islam, kedua calon tidak sedarah dan tidak sesuku, dapat menghormati orang tua kedua belah pihak serta calon suami harus mempunyai sumber penghasilan yang dapat menjamin kehidupan keluarganya. Acara peminangan dilakukan oleh orang tua-tua yang dikepalai oleh mamak rumah dengan membawa carano yang berisi sirih dan pinang selengkapnya. Ketua rombongan kemudian menyampaikan maksud kedatangannya untuk meminang anak dara di rumah tersebut untuk dikawinkan dengan anak kemenakannya. Selanjutnya pihak tuan rumah berunding sejenak untuk memperoleh kata-kata sepakat. Apabila keduanya sepakat maka dilanjutkan degan barundiang. 3. Barundiang Apabila pinangan telah diterima, berarti kedua belah pihak sudah memberikan persetujuan prinsip untuk melangsungkan perkawianan, maka diadakanlah perundingan yang membicarakan segala sesuatu yang menyangkut pelaksanaa perkawinan. Dalam kegiatan ini biasanya ditentukan hari akad nikah dan hari baralek pesta perkawinan. Selain itu dalam barundiang juga ditentukan menge nai jumlah barang hantaran atau uang jemputan. Ketiga ini adalah kegiatan pra perkawinan. Setelah disetujui hari menikah, maka pada hari tersebut dilaksanakanlah akad nikah. Secara teknis upacara ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Manjapuik marapulai Pada hari akad nikah yang telah ditentukan, pihak pria mempersiapkan diri di rumah orang tuanya dengan menggunakan pakaian yang rapih dan bernuansa keagamaan. Pihak keluarga wanita yang dikepalai oleh seorang rang sumando suami dari saudara perempuan pihak wanita diutus membawa carano yang berisi sirih selengkapnya untuk menjemput calon menantu ke rumah ibu pihak laki- laki. 2. Ijab qabul 3. Penyerahan mahar Mahar yang diberikan oleh pihak laki- laki kepada pihak wanita di Tanah Datar biasanya adalah Kitab Suci Al-Qur’an dan seperangkat alat shalat. Mahar diserahkan apabila ijab qabul telah selesai, dan kemudian dilanjutkan dengan membaca doa. Setelah acara akad nikah selesai maka dilanjutkan dengan acara baralek pesta perkawinan. Pada saat baralek keluarga wanita mengirim utusan kerumah pengenten pria untuk menjemputnya dan dibawa ke tempat pesta diadakan. Dengan menggunakan baju adat yang lengkap kedua mempelai duduk bersanding sambil menunggu tamu yang datang memberikan ucapan selamat. Disetiap nagari biasanya pelaksanaan upacara perkawinan berbeda-beda sesuai dengan adat yang mereka gunakan. Contohnya saja di nagari Barulak kecamatan Tanjung Baru. Di nagari ini sistem perkawinan sangat diatur sedemikian rupa sehingga sudah menjadi ketetapan nagari. Adapun tahapan pernikahannya di nagari ini adalah tinjau maninjau merupkan bentuk perundingan tidak resmi antara niniak mamak kedua belah pihak. Datang manuruik adat merupakan perundingan yang resmi antara dua kelurga beserta nianiak mamak masing- masing. Kegiatan berikutnya adalah melaksanakan akad nikah, setelah akad dilakukan maka ada kegiatan yang dinamakan pemberian padi limabelas yang diberikan kepada pihak istri. Dinamakan padi limabelas karena jumlah karung pembawa padi tersebut sebanyak 15 buah. Pakaian yang digunakan saat kenduri adalah sunting. Makanan yang ada dalam kenduri perkawinanpun ditentukan oleh adat. Apabila suatu keluarga mengadakan upacara perkawinan pada tingkat kecil dan menengah, jamuan tidak boleh lebih dari lima macam sambal. Sedangakan untuk upacara perkawianan pada tingkat besar jamuan tidak dibatasi. Tahap berikutnya adalah menaikan datuak ampek suku, arak iriang mambawa nasi, manjapuik urang sumando,maunjuakkan urang sumando, makan kuah kuniang, manyilau kadudukan, manjalang mengunjungi rumah mertua, mengantarkan saka, mengantarkan pabukoan. Berbeda pula halnya di nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto, tahap perkawinanya adalah bajalan bamulah, bakato bario yaitu berunding antara kemenakan dengan mamak. Tahap berikutnya adalah baundi, batuka tando, perhitunagn hari, akad nikah, baralek kenduri, batandang kerumah mamak pihak laki- laki yang terdekat. Makanan yang harus ada selama tahap pernikahan tersebut adalah kalamai, pinyaram, anak inti, nasi lamak serta jamuan makan nasi dengan sambalnya yang ditentukan adat antara laian samba gulai, rendang, lobak singgalang yang merupakan sayuran khas Kecamatan X Koto yang tumbuh dilereng Gunung Singgalang. Pakaian yang digunakan saat kenduri atau baralek adalah sunting. • Upacara Adat Kematian Pepatah Minang mengatakan “Kaba baik bahimbauan, kaba buruak bahamburan” maksud pepatah di atas adalah apabila ada berita baik beritahukanlah kepada segenap anggota keluarga, handai toulan dan karib kerabat, Bila ada berita duka secara serentak pula kita mendatangi orang yang mendapatkan musibah untuk memberikan bantuan tanpa harus dipanggil atau diberitahu. Disetiap nagari pelaksanaan upacara adat kematian juga berbeda-beda. Biasanya pada saat seseorang meninggal secepatnya berita duka tersebut akan menyebar, selain dari mulut ke mulut, biasanya masyarakat menggunakan surau sebagai tempat menyebarkan informasi. Tanpa di panggil, semua keluarga, tetangga dan karib kerabat secara spontan akan datang kerumah pihak yang berduka. Di Nagari Lubuk Jantan misalnya pada hari pertama kematian para pelayat perempuan datang dengan mebawa air yang akan digunakan untuk memandikan mayat, sedangkan keluarga dekat akan membawakan kain kafan, sabun dan keperluan yang lainnya untuk menyelamatkan mayat. Sedangkan pihak laki- laki membantu menggali kubur. Namun secara adat, dibeberapa nagari pada hari meninggal seseorang keluarga dekat akan membawakan nasi dan lauknya seperti gulai ayam ke rumah duka. Ini dimaksudkan untuk memberi makan bapak-bapak ataupun pemuda yang membantu dalam menggali kubur Di Lubuk Jantan pada hari ke tiga keluarga yang paling dekat misalnya keluarga mertua atau minantu wajib membawa seekor ayam dan beras kepada keluarga yang berduka. Kalau keluarga yang agak dekat biasnya membawa telur dan beras. Untuk keluarga yang membawa telur atau ayam, saat pulang oleh keluarga yang meninggal di berikan uang receh yang dibungkus dengan menggunakan daun kopi ke dalam panci. Pada hari ke 4,5,6 dan tujuh setiap malam diadakan tahlilan dengan mengundang ustadz. Pada hari ke 14 atau kelipatan tujuh biasanya pihak keluarga yang ditinggalkan melakukan kegiatan mendoa dengan mengundang seorang uztazd sampai hari ke empat puluh. Pada hari ke empat puluh biasanya diadakan lagi kegiatan doa dan memberi makan seorang uztadz. Selain memperingati hari ke empat puluh meninggalnya seseorang juga ada kegiatan yang serupa yaitu pada hari yang ke seratus manyaratui hari dan keseribu manyaribu hari Gambar 18. Adat kematian di Nagari Lubuk Jantan : a Beras dan telur merupakan bawaan melayat, b Uang di bungkus daun kopi diberikan kepada pelayat. • Upacara Turun Mandi Selain upacara di atas masih ada upacara lainnya di Kabupaten Tanah Datar seperti turun mandi memanis-manisi anak bagi seorang anak yang lahir dalam sebuah keluarga. Anak yang baru lahir setelah dimandikan lalu dikamatkan untuk bayi perempuan dan di azankan untuk bayi laki- laki. Hal ini bertujuan agar si anak kelak menjadi anak yang berperilaku baik yang sesuai dengan ajaran orang tuanya. Kebanyakan nagari di Kabupaten Tanah Datar memiliki tradisi ini. Kelahiran seorang anak harus diberitahukan kepada bako si anak. Bako adalah keluarga dari bapak si anak seperti nenek atau saudara dari bapak si anak. Bako akan melihat anak yang baru lahir sambil merundingkan kapan upacara adat turun mandi untuk anak akan dilaksanakan. Upacara turun mandi ini biasanya dilakukan saat umur anak berkisar antara 7 sampai 40 hari. Tempat pelaksanaan turun mandi adalah di rumah si anak, dimana anak akan dimandikan di sumur ataupun sungai. Biasanya anak dimandikan antara jam 8 sampai 10 pagi, dan tidak boleh dilakukan pada tengah hari. a a Gambar 19. Makanan dalam acara turun mandi Peralatan dan perlengkapan yang dipakai saat upacara turun mandi bermacam- macam ada yang berupa makanan ada pula yang berupa barang. Peralatan ini kebanyakan dibawa oleh bako. Jenis perlengkapan berupa barang seperti kain panjang, perlengkapan bayi, sabun, ember, pisau, gunting, sirih dan lainnya. Sedangkan yang berupa makanan adalah beras, ayam, nasi kunyit, silamak, piyaram, wajik, bubur merah, bubur putih, pisang, goreng ikan, ikan asin, minyak kelapa, cabe, garam dan bawang. Semua makanan ini diletakkan di atsa dulang talam besar. Dalam rangkaian upacara turun mandi ini ada yang dinamakan menyuapi anak, bahan yang digunakan adalah dadiah, cabe, garam dan sirih. Tata cara dalam upacara ini adalah anak yang akan dimandikan ke sungai atau sumur sebelumnya di sembur dengan alat langkok yang terdiri dari jahe, jirangau, kunyit bolai, merica dan dasun tunggal. Tujuan penyemburan ini adalah agar anak terhindar dari roh-roh jahat dalam perjalanan sewaktu digendong ke tempat pemandian. Bagian yang disemburkan adalah ubun- ubun, kaki dan tangan. Bayi yang akan dimandikan di gendong oleh bako yang menggunakan pakaian adat. Setelah dimand ikan bayi yang perempuan biasanya disunatkan dengan menggunakan sembilu yang sudah dibersihkan setelah itu disembur degan air sirih. Setelah sampai dirumah dilaksanakan pembacaan doa dan kemudian dilanjutkan dengan menyuapi anak. Dalam acara menyuapi anak ini biasanya dilakukan oleh ibu- ibu dari pihak bako dan dari pihak keluarga anak. Ibu- ibu ini harus pandai berpantun, pantun yang diberikan berupa pantun nasehat untuk anaknya kelak sudah dewasa. Contoh pantun nasehat tersebut adalah: Salamak dadiah salamak kato si upiak Samanih tangguli samanih perbuatan si upiak Sapadeh lado sapadeh kato siupiak Samasin garam samasin muluik si upiak Nak kandunag sibirang tulang Ubek Jariah palarai damam Nak sayang lakehlah gadang Buliah pambengkik batang tarandam. • Upacara Batagak Gala Selain upacara perkawinan ada upacara yang khas lainnya yaitu upacara batagak gala panghulu. Setiap suku memiliki seorang kepala suku yang disebut juga dengan panghulu. Fungsi seorang panghulu adalah sebagai pemimpin sukunya dalam urusan adat. Seorang panghulu adat dipanggil datuak, seorang datuak memiliki gelar yang diterima secara turun temurun. Sebagai seorang pemimpin, panghulu yang bergelar datuk oleh kemenakannya sangat dihargai sehingga panghulu didahulukan salangkah ditinggikan seranting. Artinya, ia lebih ditinggikan sedikit dalam urusan adat, karena ia dibesarkan atas kesepakatan bersama anggota kaumnya. Biasanya seorang panghulu yang baru, diangkat untuk menggantikan panghulu yang lama. Ada beberapa alasan dalam pergantian panghulu yaitu 1 hiduik bakarelaan, maksudnya adalah menggantikan panghulu yang lama karena panghulu tersebut tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya. Biasanya panghulu yang lama secara sukarela mewariskan jabatan kepada panghulu yang baru. 2 Mati batungkek budi, maksudnya menggantikan panghulu yang lama dengan panghulu yang baru karena panghulu yang lama meninggal dunia. 3 Mambangkik batang tarandam, maksudnya adalah mengangkat seorang panghulu yang baru untuk menggantikan panghulu yang lama, setelah gelar pusaka sekian lama terpendam. 4 Mangambangkan nan talipek, maksudnya adalah melewakan dan menghidupkan kembali gelar pusaka yang sudah lama tidak dipakai. 4 Manurunkan nan tagantuang, maksudnya mengangkat panghulu baru untuk menggantikan panghulu lama setelah tertangguh karena panghulu baru tidak cukup umur. Gambar 20. Salah satu rangkaian upacara adat batagak gala Dalam upacara batagak gala diatur juga tentang makanan dan pakaiannya. Pakaian panghulu disebut juga dengan baju kabasaran. Setiap bagian dari baju panghulu mempunyai arti seperti baju seorang panghulu bewarna hitam, longgar dan memiliki lengan yang besar. Baju ini melambangkan bahwa seorang panghulu harus mempunyai ketabahan hati, luwes, dan terbuka serta lapang dada dalam memimpin. Adapun bagian-bagian dari baju panghulu serta maknanya adalah : a. Saluak, merupakan penutup kepala yang terbuat dari kain batik. Kemudian bagian atasnya dipilin dari kiri ke kanan dan di jorokkkan ke bagian depan sehingga jika dilihat dari depan membent uk dua belahan dan sengaja dibuat berkerut-kerut. Kedua belahan ini melambangkan adanya dua buah kelarasan di Minangkabau yaitu kelarasan Koto Piliang dan Kelarasan Bodi Caniago. Kerutan melambangkan bahwa panghulu merupakan seorang pemimpin yang harus mempunyai ilmu pengetahuan, cerdas, tanggap dan bijaksana dalam mengambil keputusan. b. Baju hitam gadang langan, baju yang dijahit dengan pola jahitan yang longgar dan lapang, serta pada bagian leher, pangkal dan ujung lengan terdapat sulaman benag emas. Makna yang disiratkan oleh warna hitam adalah bahwa seorang pemimpin harus bersikap tabah dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Sedangkan lengan yang longgar dan lebar menyiratkan bahwa ia bebas dalam bergerak, akan tetapi harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Leher baju tanpa kancing menyiratkan sikap yang sabar, berlapang dada dan berkepala dingin sehingga dengan demikian ia mampu mengolah dan menyampaikan pemikiran yang jernih dan bermanfaat. c. Sarawa hitam gadang kaki, maknanya adalah seorang panghulu harus cepat tanggap dan secara spontan harus mampu menghadapi persoalan- persoalan yang buruk dan baik yang muncul ditengah kehidupan anak kemenakan. d. Karih keris, di Minangkabau keris disisipkan di pinggang sebelah kiri dengan posisi miring. Ini dimaksudkan, agar tangan kanan tidak mudah mengambil dan menggunakan keris tersebut dalam setiap kemungkinan dan situasi. Secara filosofikal, keris mengandung refleksi “kekuatan” atau keperluan serangkaian ilmu, kebijakan dan bahkan keyakinan yang kuat untuk memelihara dan menjalankan kewajiban sebagai seorang pemimpin e. Sisamping, Pakaian ini dikenakan di posisi samping dekat pinggang. Pakaian ini merupakan sebidang kain yang bewarna hitam dan merah, yang dihiasi dengan taburan benang emas. Ini melambangkan bahwa seorang panghulu harus jujur dan berani. f. Cawek atau ikat pinggang, terbuat dari kain yang umumnya bewarna merah kesumba. Pada ujung diberi jumbai dengan motif pucuk rebung. Makna yang diemban oleh cawek adalah bahwa panghulu harus sanggup mengamankan anak kemenakan yang keras kepala, karena tugas seorang panghulu juga untuk mendidik, mengajar dan menyadarkan anak kemenakan agar patuh dalam tatacara adat serta hidup rukun dan tertib. g. Tongkat, terbuat dari kayu bewarna hitam. Tongkat ini melambangkan bahwa panghulu ini dituakan dalam kaum dan diakui oleh orang-orang senagari dan seadat, meskipun yang menjadi panghulu masih muda. h. Sandang, pada bahu seorang panghulu atau datuk tersandang kain dalam bentuk persegi yang juga dinamakan dengan sandang. Pakaian ini malambangkan bahwa panghulu harus berhati lapang dan bersedia menerima kembali anak kemenakan yang telah melanggar tatanan adat. Untuk lebih jelasnya, bagian-bagian pakaian panghulu dapat dilihat dari gambar di bawah ini. Keterangan : a. Saluak b. Baju c. Sarawa d. Karih e. Sisamping f. Cawek g. Tongkat h. Sandang h g a b d e f c Gambar 21. Bagian–bagian pakaian kebesaran panghulu Makanan utama yang ada dalam upacara batagak gala panghulu adalah rendang daging. Di samping makanan utama juga ada makanan tambahan tergantung pada nagari masing- masing. Seperti halnya di nagari pangian Kecamatan Lintau Buo, saat upacara batagak gala makanan tambahannya adalah wajik, nasi kuniang, nasi lamak dan pinyaram. • Upacara Khatam Al-Qur’an Upacara khatam Al-Qur’an ini dilakukan di surau tempat anak-anak belajar membaca Al-Qur’an mengaji. Anak yang mengikuti khatan Al-Qur’an adalah bagi anak-anak yang pandai membaca Al-Qur’an. Makanan khas dalam khatam Al-Qur’an adalah rendang daging. Pakaian yang digunakan oleh peserta khatam juga khas seperti pakaian orang arab dengan jubah dan sorban bagi laki- laki dan baju kurung put ih serta penutup kepala bagi perempuan. Tata cara dalam upacara ini adalah, jauh-jauh hari sebelumnya orang tua yang anaknya mengaji di surau tersebut mengadakan rapat bahwa di surau akan diadakan perhelatan besar yaitu khatam Al-Qur’an. Disini dirapatkan juga teknis dalam perayaan khatam Al-Qur’an tersebut seperti makanan yang disediakan, rute arakan, kegiatan dimalam hari dan sebagainya. Pada hari pelaksanaan anak-anak yang akan di khatam dikumpulkan di surau dan diarak mengelilingi kampung. Arakan diiringi dengan rebana sambil membacakan shalawat nabi. Setelah selesai Gambar 22. Salah satu kegiatan dalam upacara khatam Al-Qur’an Dok. Mus di arak anak-anak tersebut diberikan pengarahan oleh guru yang mengajarkan. Kemudian dilaksanakan acara inti yaitu pembacaan Al-Qur’an oleh peserta. Pada malam harinya dilaksanakan hiburan atau pertunjukan kesenian tradisional seperti shalawat dulang, kasidahan dan lain sebagainya. Upacara adat yang dipaparkan tersebut sampai saat ini masih dilakukan, walaupun ada beberapa perubahan dari kegiatan tersebut. Kebanyakan perubahan ini terjadi akibat banyaknya penyederhanaan-penyederhanaan dalam pelaksanaan kegiatan dengan tujuan agar pelaksanaan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial. Identitas regional yang telah dipilih oleh tokoh masyarakat adat harus dilestarikan agar tujuannya untuk menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan sustainable tourism dapat tercapai. C.2. Identitas Regional Menurut Petani Dari hasil kuisioner dan wawancara dengan masyarakat petani, mereka lebih memilih kesenia n sebagai identitas regional Kabupaten Tanah Datar. Dari 60 respoden, 15 orang atau 25 responden memilih identitas tersebut. Adapun karakteristik responden yang diambil adalah jenis kelamin, tingkat umur, tingkat pendidikan dan pendapatan. Elemen budaya yang paling sedikit dipilih masyarakat petani sebagai identitas regional adalah alat produksi, alat permainan dan sistem hukum yaitu sebesar 3,33. Sedangkan elemen budaya lain yang potensial juga sebagai identitas regional selain kesenian adalah sistem ekonomi sebesar 15 9 responden. Jumlah pemilihan identitas regional oleh petani dapat dilihat pada tabel 2. Frekwensi pemilihan elemen budaya sebagai identitas regional oleh petani 5 10 15 20 25 30 A B C D E F G H I J K L M Elemen budaya Frekwensi Jumlah Tabel 2. Jumlah dan persentase petani yang memilih elemen budaya untuk identitas regional No Elemen Budaya Jumlah responden 1 Pakaian 7 11.67 2 Rumah 2 3.33 3 Makanan 8 13.33 4 Alat Produksi 1 1.67 5 Alat Permainan 1 1.67 6 Sistem Ekonomi 9 15.00 7 Kerajinan Tanagan 3 5.00 8 Sistem kekerabatan 3 5.00 9 Upacara Adat 5 8.33 10 sistem hukum 1 1.67 11 Sistem pemerintahan 3 5.00 12 Bahasa 2 3.33 13 Kesenian 15 25.00 Jumlah responden 60 100 Data dari tabel tersebut dapat di interpretasikan ke dalam bentuk grafik berikut. Gambar 23. Grafik jumlah dan persentase identitas regional menurut petani. Keterangan : A Pakaian F Sistem Ekonomi J Sistem Hukum B Rumah G Kerajinan Tangan K Sistem Pemerintagan C Makanan dan minuman H Sistem Kekerabatan L Bahasa D Alat Produksi I Upacara Adat M Kesenian E Alat Permainan Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan kecenderungan yang dipilih petani sebagai identitas regional dapat dilihat pada grafik biplot. Dari grafik biplot dapat diketahui identitas regional Kabupaten Tanah Datar untuk menunjang pariwisata berkelanjutan. BIPLOT MCA PETANI TERHADAP IDENTITAS REGIONAL KOORDINAT 1 KOORDINAT 2 Pakaian Perumahan Makan dan minuman Alat produksi Permainan Sistem ekonomi Kerajinan tangan Sistem kekeranatan Upacara adat Sistem hukum Sistem pemerintahan Bahasa Kesenian B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 C1 C2 D1 D2 D3 D4 E1 E2 E3 -4,5 -3,5 -2,5 -1,5 -0,5 0,5 1,5 -2,0 -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 75 Gambar 24. Grafik MCA petani t erhadap identitas regional Keterangan simbol B1 = usia 20-24 C2 = Perempuan B2 = usia 25-29 D1 = SD B3 = usia 30-34 D2 = SLTP B4 = usia 35-39 D3 = SLTA B5 = usia 40-44 D4 = Sarjana B6 = usia 45-49 E1 = Rp. 250.000-Rp. 700.000 B7 = usia 50-54 E2 = Rp. 700.000-Rp. 1.500.000 B8 = usia 55-59 E3 = Rp. 1.500.000-Rp. 3.000.000 C1 = Laki-laki Kelompok petani lebih cenderung memilih kesenian sebagai identitas regioanal. Responden yang banyak memilih adalah responden pada selang umur 45 sampai 49 tahun, dengan pendidikan terakhir rata-rata adalah sekolah dasar, dengan pendapatan Rp.250.000,00 sampai Rp.700.000,00. Elemen budaya lain yang berpotensi juga menjadi idenitas regional adalah sistem ekonomi. Responden yang cenderung memilih ini adalah perempuan dengan selang umur 35-39 tahun dengan pendidikan rata-rata adalah SLTP. Selain dari kesenian dan sistem ekonomi ada sebelas elemen lain yang terdapat dalam grafik biplot tersebut namun elemen tersebut tidak berpoteni sebagai identitas regional karena : a. Memiliki jumlah lebih kecil b. Tidak memiliki pengaruh terhadap variabel- variabel yang ada c. Memiliki jumlah yang sama pada dua variabel atau lebih. Kesenian pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia dan berhubungan dengan produktifitas. Petani dalam kesehariannya cenderung menghabiskan waktu di lapangan seperti di sawah, ladang, kebun dan lainnya. Dengan adanya kecenderungan ini pada umumnya petani mengalami kepenatan secara fisik. Untuk mengurangi kepenatan ini selain istirahat petani juga membutuhkan hiburan. Hiburan yang cukup akrab di lingkungan masyarakat petani di daerah adalah kesenian tradisional daerah setempat. Sehingga menyebabkan kecenderungan petani untuk memilih kesenian tradisional sebagai identitas Kabupaten Tanah Datar Berdasarkan garafik MCA Multiple Correspondences Analysis maka dapat diketahui persepsi, motivasi dan preferensi masyarakat petani terhadap identitas regional Kabupaten Tanah Datar. Persepsi dari sebuah identitas dijabarkan apakah identitas tersebut masih dikenal, masih dipakai, masih membudaya dan mempunyai keunikan menurut masyarakat petani. Motivasi adalah dorongan atau keinginan dari masyarakat petani untuk menggunakan atau melestarikan kesenian yang ada dalam kehidupan mereka. Sedangkan preferensi adalah tingkat kesukaan mereka terhadap elemen budaya yang mereka pilih. Kesenian sebagai identitas regional banyak dipilih oleh petani yang berumur antara 45-49 tahun. Kesenian sebagai identitas regional yang banyak dipilih adalah petani yang berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 8 orang. Sedangkan pendidikan rata- rata petani ya ng memilih identitas yang sama untuk Kabupaten Tanah Datar adalah petani pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 7 orang. Mereka memiliki persepsi terhadap kesenian khususnya kesenian tradisional, walaupun selama 17 tahun dalam pemerintahan desa kesenian agak tidak me mbudaya. Dengan bergantinya pemerintahan desa menjadi pemerintahan nagari yang lebih mengkoordinir adat dan budaya seempat, maka perkembangan terhadap kesenian tradisional sangat diperhatikan. Masyarakat menilai kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Tanah Datar memliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan kabupaten lain, hal ini dibuktikan dengan digalakkannya kembali kesenian beladiri di kabupaten ini. Kelompok petani memiliki motivasi tersendiri dalam memilih kesenian sebagai identitas regional Kabupaten Tanah Datar, mereka sangat berharap dan ingin melestarikan kesenian tradisional Kabupaten Tanah Datar. Preferensi kelompok petani terhadap kesenian sebagai identitas regional cukup tinggi, hal ini ditunjang oleh keberadaan kesenian tersebut di tengah masyarakat. Kesenian tersebut sudah sangat akrab dengan kehidupan mereka dan anak-anak mereka. Mereka sangat mengenal, sering melihat, bakan ada yang berperan dalam kesenian tersebut. Beberapa bentuk kesenian tradisional dan alat penunjang kesenian dijelaskan di bawah ini : • Seni Tari Ada banyak jenis tarian di Tanah Datar seperti tari piring, tari persembahan, tari rantak, tari alang babega, tari payung dan lainnya. Dahulu kebanyakan tarian yang ada di Tanah Datar menggunakan kekuatan mistik, seperti tari piring yang aslinya para penari selain memegang piring di tanggannya, mereka juga benar-benar menari di atas pecahan piring yang tajam. Saat ini banyak dari tarian tersebut dimodifikasi baik gerakkan maupun pakaiannya. Hal ini disebabkan karena adanya sentuhan moderenisasi. Salah satu bentuk kesenian yang paling khas adalah randai. Randai berasal dari perkataan merandai yang berarti mengarang atau melingkar suatu kawasan lapang untuk mencari sesuatu yang hilang http:www.heritage.gov. Dahulu surau merupakan pusat berbagai kegiatan seperti mengaji, belajar adat dan juga belajar beladiri. Randai pada awalnya dimainkan di halaman surau sebagai pengisi waktu luang bagi para pemuda, para pemuda memainkan randai sebagai tempat menuangkan perasaan cinta mereka. Sekarang randai sangat jarang dimainkan di halaman surau akan tetapi di tanah lapang atau tempat-tempat keramaian lainnya. Randai merupakan kesenian tradisional Minangkabau, kesenian ini dimainkan oleh sebuah grup yang terdiri dari banyak orang. Banyak unsur kesenian yang ada dalam randai yaitu 1 seni tari, gerakan tari dalam randai adalah gerakan dasar dari pencak silat. 2 seni musik, dalam sebuah pertunjukan randai diperlukan adanya musik pengiring untuk menyemarakkan suasana 3 seni peran, randai berbentuk sebuah alur cerita yang akan diperankan oleh masing- masing orang. 4 seni sastra berupa cerita yang dibawakan dalam randai. Cerita biasanya berupa cerita rakyat Minangkabau dan 5 seni kerawitan juga melengkapi permaianan randai. Randai juga memuat seni dekorasi dan komedi. Pada umumnya lakon randai dipungut dari cerita rakyat di Minangkabau, seperti Rambun Pamenan sebuah randai dari Sungayang misalnya, berkisah tentang seorang anak muda yang mencari ibunya. Sang ibu ditawan oleh Harimau Tambun Tulang, tukang samun paling kesohor di Bukit Tambun Tulang. Harimau Tambun Tulang, perampok yang makan masak mentah, jatuh cinta pada seorang wanita. Itulah ibu Rambun Pamenan. Kisah akhirnya dapat ditebak, si anak menemukan ibunya dalam penjara batu dengan tangan dirantai. Tidak saja bisa membawa ibunya pulang, tapi ia berhasil membunuh Harimau Tambun Tulang khairul Jasmani dalam http:www.republika.co.id Pertunjukan randai biasanya cukup lama dengan durasi satu sampai tiga jam, dimana pola permainnanya yaitu membentuk gerakan melingkar. Mereka bergerak dalam gerakan- gerakan silat. Para pemain randai biasanya akan berperan sebagai raja, permaisuri, putri raja, anak muda, dubalang, malin, dan yang lainnya. Dalam keberhasilan sebuah randai tidak hanya pemain atau penari yang menentukan, akan tetapi kepiawaian tukang dendang dan penyanyinya juga. • Seni suara Tanah Datar memiliki kesenian tradisional berupa seni suara, kesenian ini sangat unik yang dinamakan dengan shalawat dulang atau dikia. Keunikan dalam seni ini adalah alat yang digunakan untuk mengiringi suara adalah dulang yaitu talam besar yang terbuat dari kuningan. Pada prinsipnya kesenian ini menyampaikan nasehat- nasehat kepeda para pendengarnya seperti pantun-pantun yang dilantunkan dengan irama yang sesuai dengan pukulan dulang yang dipukul oleh pelantun sendiri. Permainan ini dimainkan oleh dua orang, adakalanya terdiri dari dua grup. Cara memainkannya yaitu pemain duduk bersila di atas lantai atau bangku kayu yang sudah dialasi kasur, kemudian dulang diletakan di atas paha sambil di pukul-pukul. • Seni Beladiri Kesenian lain yang juga sangat digemari masyarakat adalah seni beladiri berupa silat. Di Kabupaten Tanah Datar ada dua jenis silat yang terkenal yaitu silat Kumango dan silat Lintau. Silat Kumango pertama kali dikembangkan di Nagari Kumango Kecamatan Sungai Tarab. Silat Kumango diajarkan pertama kalinya oleh Syekh Abdurrahman Alkhalidy yang dikenal juga dengan nama syekh Kumango. Beliau mengajarkan silat pada tahun 1862. Dasar silat yang diajarkan adalah agama dan akal. Dasar silat Kumango bersifat agama islam yang digambarkan dengan ungkapan berikut: Zahie silek mancari kawan, Zahir Silat mencari kawan, batin silek mancari Tuhan., batin silat mencari tuhan, Tigo tali jan putuih.. Pelihara tali jangan putus Tigo raso jan hilang. Pelihara rasa agar tidak hilang Malantai sabalun luluih, Melantai sebelum terperosok Basiang sabalun tumbuah. Bersiang sebelum tumbuh Bagantuang pado tali nan indak kan putuih. Bergantung pada tali yang tak akan putus Bapagang pado raso nan indak kahilang Berpegang pada rasa yang tidak akan hilang Ada dua versi tentang silat kumango. Yang pertama adalah bahwa syekh Kumango belajar dari seorang laki- laki yang tiba-tiba mendatanginya, kemudian a b Syekh Kumango mulai mengajarkan teknik ini kepada orang-orang. Versi kedua menyatakan bahwa asal mulanya silat Kumango adalah dari silat Lintau di nagari Lubuk Jantan Kecamatan Lintau Buo. Syekh Kumango datang ke Lintau dan disana belajar dari Tuanku Lareh Lintau. Setelah kembali ke Kumango dia mengembangkan teknik yang dipelajarinya dan kemudian dinamakan silat Kumango. Ada beberapa gerakan dalam silat kumango yaitu langkah, cakak tangkasan, pisau, rambah, cancang, ampang, Patah tabu, antak siku, kabek, sandang, ucak tangguang, dan ucak lapeh. Silat Lintau pertama kali diperkenalkan di Lintau sehingga dinamakan silat Lintau. • Alat musik Dalam mengiringi kesenian tradisional diperlukan juga alat musik pengiring yang dapat menambah keindahan sebuah kesenian. Ada beberapa alat musik yang ada di Kabupaten Tanah Datar, antara lain yaitu alat musik tiup berupa saluang dan pupuik padi, serta alat musik pukul berupa talempong. Saluang terbuat dari bambu yang berukuran kecil dan diberi tujuh lubang. Sedangkan talempong terbuat dari kuningan yang dibentuk bulat setengah lingkaran dan di bagian atasnya menonjol. Bunyi dari talempong juga sesuai dengan tangga nada yang ada. Kesenian yang ada di Kabupaten Tanah Datar sangat potensial sekali jika dikembangkan dan dikemas menjadi objek wisata. Keberadaan kesenian tradisional ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang modern sangatlah menarik untuk dilihat. Saat ini kesenian tradisional ini sangat gencar di perkenalkan kembali kepada masyarakat khususnya para pemuda sebagai penerus generasi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya klub-klub kesenian yang ada di tingkat nagari, tidak hanya itu pelajaran kesenian tradisional minangkabau merupakan salah satu kegiatan ekstra kurikuler yang ada di masing- masing sekolah. c d Gambar 25. Beberapa jenis kesenian dan alat musik di Kabupaten Tanah Datar : a Randai, b Silat, c Saluang dan d Talempong. D. Konsep Pelestarian Budaya Sebagai Identitas Regional Identitas regional merupakan ciri khusus atau kekhasan yang melekat pada suatu daerah. Identitas yang dipilih oleh masyarakat Kabupaten Tanah Datar adalah budaya dalam bentuk kesenian dan upacara adat. Identitas regional yang sudah dipilih ini harus dikenal oleh masyarakat, tidak hanya masyarakat yang tinggal di Kabupaten Tanah Datar akan tetapi masyarakat perantau Tanah Datar dan masyarakat kabupaten, propinsi maupun negara lain. Identitas yang sudah dipilih tersebut harus tetap dipertahankan keberlanjutannya, sehingga siapapun akan mengenal Kabupaten Tanah Datar berdasarkan identitas yang dimilikinya. Selain itu identitas tersebut dapat menunjang pembangunan pariwisata yang bekelanjutan. Sebelum membahas pelestarian terhadap identitas regional, terlebih dahulu harus dibahas pelestarian terhadap budaya dalam bentuk kesenian dan upacara adat yang dipilih masyarakat Tanah Datar sebagai identitas regional kabupatennya. Pelestarian budaya akan tercipta apabila adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebudayaan yang mereka miliki. Budaya mengandung nilai- nilai dan norma-norma yang mengatur kehidupan masyarakat, nilai dan norma ini harus tetap dipertahankan dan dilestarikan. Kelestarian budaya tidak hanya tanggung jawab masyarakat yang ada pada waktu sekarang, akan tetapi juga tanggung jawab generasi berikutnya. Satu generasi harus memberikan, mengajarkan, menunjukkan, mencontohkan dan mentransfer nilai- nilai dan norma-norma yang terkendung dalam kebudayaan untuk generasi selanjutnya. Dalam upaya melestarikan adat dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Tanah Datar khususnya di bidang kesenian dan upacara adat ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu peluang dan hambatan. A. Peluang Kesenian dan upacara adat merupakan elemen budaya yang dipilih oleh masyarakat petani dan masyarakat adat sebagai identitas regional. Kesenian dan upacara adat merupakan bagian budaya yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Saat ini peluang untuk melestarikan kedua elemen ini sangatlah besar, hal tersebut ditunjang oleh kebijakan pemerintah daerah yaitu dengan berubahnya sistem pemerintahan desa menjadi sistem pemerintahan nagari. Dengan menggunakan sistem pemerintahan nagari nilai- nilai adat yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar akan lebih terakomodasi. Nilai- nilai adat yang diekspresikan melalui kesenian dan upacara adat yang selama ini terpendam dalam tatanan kehidupan masyarakat sudah mulai muncul kembali. Penggalakan kembali bidang kesenian tradisional daerah sangat didukung sepenuhnya oleh pemerintah baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah berupa pagelaran kesenian tradisional, selain itu perlombaan kesenian antar nagaripun sering diadakan untuk melestarikan kesenian tradisional yang ada. Kalanga n masyarakat juga sangat mendukung untuk membudayakan kembali kesenian dan upacara adat tradisional yang ada di masyarakat. Dukungan tersebut misalnya terdapat pada upacara perkawinan. Sebelumnya, hiburan yang digunakan pada upacara perkawinan adalah organ atau band, akan tetapi saat ini masyarakat lebih cenderung menggunakan kesenian tradisional seperti saluang, shalawat dulang, randai dan lainnya. B. Hambatan Dalam usaha pelestarian identitas regional yang sudah dipilih masyarakat yaitu kesenian dan upacara adat, juga memiliki hambatan antara lain masih berbenahnya pemerintahan nagari dalam menjalankan pemerintahannya, sehingga kebijakan-kebijakan yang ada untuk mendukung kesenian dan upacara adat belum maksimal. Contohnya, ada nagari yang sudah memiliki peraturan sendiri tentang upacara adat secara tertulis dan menjadi ketetapan masyarakat yang terangkum dalam Kerapatan Adat Nagari KAN namun masih ada juga nagari yang masih belum memiliki peraturan tertulis. Peraturan tertulis dianggap penting untuk menyamakan persepsi dan memberikan kejelasan terhadap pelaksanaan upacara adat dan kesenian yang masih belum dimengerti oleh masyarakat. Hambatan lain yaitu masih minimnya pendanaan untuk menyediakan dan melengkapi peralatan yang dibutuhkan dalam mempelajari dan mengaplikasikan kesenian. Selain itu pengaruh yang besar dari luar juga merupakan faktor penghambat pelestarian kesenian dan upacara adat. Televisi merupakan salah satu alat dalam menyebarluaskan informasi dan hiburan. Lifestyle atau gaya hidup masyarakat metropolitan yang sering ditampilkan di televisi memberikan pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Masih ada masyarakat yang lebih cenderung untuk meniru gaya hidup tersebut daripada menggunakan adat yang ada di daerahnya, karena mereka menganggap dengan mengikuti adat merasa diri ketinggalan “kuno”. Kebiasaan merantau masyarakat Tanah Datar juga memberikan hambatan terhadap pelestarian kesenian dan upacara adat. Biasanya pemuda yang telah lulus dari bangku pendidikan SMA lebih suka untuk sekolah ke luar atau mencari pekerjaan di kota-kota besar. Hal ini menyebabkan adanya pengaruh dari kota tempat mereka tinggal dan bekerja terhadap kampung halamannya, selain itu semakin minimnya generasi muda yang mempelajari kesenian tradisional dan upacara adat di daerahnya. Ada tiga hal yang harus diintegrasikan dalam upaya melestarikan adat dan budaya, khususnya kesenian dan upacara adat. Ketiga hal tersebut adalah bentang budaya, dukungan dari masyarakat, dan pemerintahan lokal local government. Di bawah ini dapat dilihat diagram konsep pelestarian budaya untuk mendukung pelestarian identitas regional di Kabupaten Tanah Datar. Budaya berupa kesenian dan upacara adat Pemerintah lokal Culture Landscape Masyarakat • Memfasilitasi usaha pelestarian budaya • Sebagai kontrol dan membuat regulasi • Sosialisasi dan kampanye • Pendokumentasian budaya • Kesesuaan antara bentang alam, kebudayaan dan religi • Nilai-nilai yang terakandung dalam kesenian dan upacara adat • Sebagai aktor utama dalam usaha pelestarian budaya • Pewarisan kepada generasi berikutnya • Aplikasi dari pelestarian budaya dan penerapan nilai- nilai yang terkandung dalam budaya Identitas Regional Penentu kebijakan daerah dalam meberikan landasan, arah dan pendekatan bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan Gambar 26. Konsep pelestarian budaya untuk mendukung pelestarian identitas regional Pemerintah lokal sebagai pengelo la daerah harus mendukung dan memfalisitasi upaya- upaya yang berhubungan dangan pelestarian budaya lokal, khususnya budaya dalam bidang kesenian dan upacara adat sebagai identitas regional. Contohnya penyediaan sarana dan prasarana pendukung pelestarian budaya seperti buku-buku, pusat kesenian, pakaian kesenian, alat musik tradisional dan yang lainnya. Selain itu upaya pelestarian budaya juga dapat dilakukan dengan cara sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat bahwa Kabupaten Tanah Datar merupakan kabupaten budaya yang memiliki kesenian dan upacara adat sebagai identitas regional. Untuk dapat mengembangkan potensi yang menjadi identitas regional, masyarakat harus menyadari bahwa apa yang mereka miliki merupakan suatu aset yang sangat berharga dan bukan sekedar hal yang biasa. Selain itu pemerintah daerah juga berfungsi sebagai pembuat peraturan ataupun sebagai pengontrol terhadap terjadinya degradasi budaya di bidang kesenian dan upacara adat yang ada di masyarakat. Masyarakat merupakan aktor utama dalam upaya pelestarian budaya, artinya masyarakat memegang peran yang sangat penting dalam upaya melestarikan kesenian dan upacara adat di Kabupaten Tanah Datar. Salah satu bentuk pelestarian budaya di masyarakat adalah dengan cara mewariskan kepada generasi muda atau anak cucu mereka. Masyarakat yang akan mewariskan nilai- nilai, makna dan filosofi yang terkandung dalam kesenian dan upacara adat memahami benar keunggulan dari nilai budaya yang dimilikinya. Keunggulan dari nilai budaya ini merupakan sesuatu yang patut dipahami, dimaknai dan diimplementasikan dalam bentuk keteladanan dalam kehidupan sehari- hari. Namun dalam prakteknya harus didukung dengan pelaksanaan hukum yang berlaku di masyarakat, hal ini dimaksudkan untuk menghindari degradasi budaya. Bentuk usaha pelestarian di bidang kesenian adalah dengan memperkenalkan, mengajarkan dan melibatkan generasi muda berperan aktif dalam bidang tersebut. Tidak hanya itu, pengkajian terhadap makna, nilai- nilai, norma serta filosofi yang terkandung dalam kesenian harus diajarkan, sehingga hal tersebut dapat disampaikan lagi ke generasi berikutnya. Penyampaian makna, nilai- nilai, norma dan filosofi dari satu generasi ke genarasi biasanya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan penyampaian ini akan menyebabkan adanya bagaian-bagian informasi tertentu yang hilang. Untuk mengatasi hal tesebut diperlukan adanya pendokumentasian yang jelas. Bentuk usaha pelestarian di bidang upacara adat yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan pemuka-pemuka adat untuk mengajarkan kepada masyarakat tentang tata cara dalam upacara adat. Kegiatan ini diharapkan mampu menjaga keutuhan dan ketradisionalan dalam pelaksanaan upacara tersebut. Selain pemerintah dan masyarakat, hal pendukung pelestarian budaya adalah adanya bentang budaya yang terdiri dari bentang alam, budaya dan religi. Kesesuaian antara bentang alam, budaya dan religi masyarakat dapat menciptakan situasi yang kondusif di masyarakat sehingga usaha pelestarian budaya akan sedikit lebih mudah. Di Kabupaten Tanah Datar antara bentang alam, budaya dan religi cukup mendukung hal ini digambarkan dalam falsafah hidup masyarakat antara lain ”adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah, syara’ mangato adat mamakai” dan ” Alam takambang jadi guru” Integrasi secara menyelur uh tiga komponen di atas yaitu pemerintah, masyarakat dan bentang budaya dalam upaya melestarikan budaya khususnya kesenian dan upacara adat secara langsung dapat menunjang pelestarian terhadap identitas regional Kabupaten Tanah Datar. Agar identitas regional dapat berkelanjutan maka harus ada pengakuan terhadap identitas regional dari semua pihak dan semua kalangan. Salah satu kegiatan yang dapat mendorong cepatnya pengakuan terhadap identitas regional tersebut adalah dengan membuat imej yang dituangkan melalui promosi-promosi identitas yang dikemas dalam bidang pariwisata. Dalam circuit of culture dikatakan bahwa sebuah identitas dapat mewakili suatu daerah, dan identitas dapat menimbulkan citra pariwisata apabila dikemas secara baik khususnya melalui promosi. Dari identitas regional Kabupaten Tanah Datar yaitu kesenian dan upacara adat dapat meberikan landasan, arah dan pendekatan bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan di kabupaten ini.

E. Konsep Pengembangan Identitas Regional guna menunjang