Hubungan Motivasi Perawat dengan Kinerja Perawat

mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap ini akan menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Pendapat lain menyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh keberhasilan pegawai dan kelompok pegawai Fanthoni, 2006. Pendapat ini mempunyai konsekuensi adanya suatu tuntutan kepada organisasi untuk lebih memperhatikan aspek-aspek kritis yang merupakan faktor penentu keberhasilan kinerja pegawai sehingga pegawai melaksanakan semua tanggung jawabnya dan memperoleh kepuasan kerja. Pendapat lain juga mengemukakan bahwa kepuasan bawahan dipengaruhi oleh keterbukaan komunikasi dalam kelompok, dan kinerja pimpinan itu sendiri Ruky, 2004.

5.4. Hubungan Motivasi Perawat dengan Kinerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi p-value 0,937 0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna, dengan tingkat kekuatan hubungan lemah r= 0.007, Ho= ditolak dan Ha= diterima, yang maknanya adanya faktor- faktor lain yang mempengaruhi motivasi perawat dalam bekerja, jadi kinerja perawat dalam bekerja dipengaruhi faktor lain. Menurut Maslow dalam buku Swanburg tahun 2001 bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi dalam bekerja, diantaranya yaitu 1 Kebutuhan dasarfisiologis yaitu perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan-kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan dan perumahan. Berbagai kebutuhan fisiologis itu berkaitan dengan status manusia sebagai insan ekonomi. Kebutuhan itu bersifat universal, tidak mengenal batas Universitas Sumatera Utara geografis, tingkat pendidikan, status sosial, profesi, dan faktor lainya yang menunjukan keberadaan seseorang. Meningkatnya kemampuan seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhan tersebut cenderung mengakibatkan terjadinya pergeseran pendekatan pemuasannya dari pendekatan yang sifatnya kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif. Manager dalam organisasi perlu menyadari hal tersebut. Artinya merupakan hal yang wajar apabila para pekerja berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada gilirannya memungkinkanya memuaskan berbagai kebutuhan fisiologisnya dengan menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sekaligus. 2 Kebutuhan keamanan kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dalam arti keamanan fisik, meskipun hal ini aspek yang sangat penting, akan tetapi juga keamanan yang bersifat psikologis, termasuk perlakuan adil dalam pekerjaan seseorang. Perlakuan yang adil dan manusiawi akan memelihara keseimbangan kejiwaan seseorang. Peran ikatan pekerja atau profesi sangat diharapkan agar membantu mencapai perlakuan yang adil. Keamanan juga menyangkut security of tenure, artinya terdapat jaminan masa kerja, bahwa seseorang tidak akan mengalami pemutusan hubungan kerja selama yang bersangkutan menunjukan prestasi kerja yang memuaskan dan tidak melakukan berbagai tindakan yang sangat merugikan organisasi. 3 Kebutuhan sosial, karena manusia adalah mahluk sosial, kebutuhan afiliasi timbul secara naluri karena sifatnya yang naluriah, kebutuhan ini timbul sejak seseorang dilahirkan yang terus bertumbuh dan berkembang dalam pelajaran hidupnya. Juga karena sifatnya yang naluriah, keinginan memuaskanya pun berada pada intensitas yang tinggi karena itulah Universitas Sumatera Utara terdapat kecendrungan orang untuk memasuki berbagai kelompok yang diharapkan dapat digunakan sebagai wahana pemuasannya. 4 Kebutuhan penghargaan salah satu ciri manusia ialah bahwa ia mempunyai harga diri. Karena itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Keberadan dan setatus sesering mungkin biasanya tercermin dari berbagai lambang baik gelar jabatan, yang penggunaanya sering di pandang sebagai hak seseorang di dalam dan di luar organisasi. 5 Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan titik akumulasi dari keseluruhan tingkat kebutuhan manusia. Aktualisasi diri berhubungan dengan konsep diri. Pengaruhnya, aktualisasi diri adalah motivasi seseorang untuk mentransformasikan persepsi dirinya kedalam realita. Pendapat yang dewasa ini dan dikalangan para ilmuwan yang mendapat teori motivasi mengatakan bahwa berbagai kebutuhan manusia ini merupakan rangkaian, bukan hirarki. Artinya dengan sekali lagi menggunakan klasifikasi Maslow, sambil memuaskan kebutuhan fisiologis, seseorang butuh keamanan, ingin dikasihi oleh orang lain, mau dihormati dan akan sangat gembira apabila potensi yang masih terpendam dalam dirinya dikembangkan Swanburg, 2001. Kegiatan motivasi perawat yang dilakukan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam yaitu; 1 Melakukan morning briefing secara rutin, 2 Melakukan spritual corner sebelum beraktifitas menurut agama masing-masing, 3 Melakukan repetitive magic power budaya kerja dan keyakinan dasar dibacakan, 4 Punishment insentif negatif, 5 Reward insentif positif, 6 Share informasi dan kepada sesama perawat dengan materi terbaru mengenai tindakan keperawatan yang disiapkan, 7 Melakukan klarifikasi apa yang telah Universitas Sumatera Utara disampaikan kepada kepala ruangan atas tindakan yang tidak sesuai, 8 Saling memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan, 9 Bersama-sama dengan sesama perawat dan kepala ruangan mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat ditempuh, 10 Saling memberi motivasi kepada sesama perawat, 11 Komunikasi yang baik dan saling mendukung harus selalu dibangun antara kepala ruangan dan sesama perawat, dan 12 saling memberikan pujian atas setiap hasil kinerja yang baik oleh kepala ruangan. Budaya kerja yang memotivasi perawat dalam bekerja oleh perawat itu sendiri, sesama perawat dan kepala ruangan sudah dilakukan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, dari faktor intrinsik keberhasilanprestasi, pengakuanpenghargaan, pekerjaan itu sendiri , tanggung jawab, pengembangan potensi individu dan dari faktor ekstrinsik kebijaksanaan dan administrasi, hubungan antar pribadi kondisi kerja sudah melingkupi semuanya, namun beban kerja yang banyak, dengan jumlah perawat yang tidak sesuai dengan jumlah pasien sehingga membuat motivasi perawat kurang baik, sehingga kebutuhan-kebutuhan mendasar yang dapat menjadi motivasi yang baik bagi perawat Herzberg Teory, 1966. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roseanne 2006 di salah satu rumah sakit di Amerika Serikat, motivasi merupakan faktor penting di dalam melaksanakan pekerjaan. Faktor-faktor yang memotivasi perawat dalam bekerja lima kebutuhan mendasar menurut Maslow Swanburg, 2001. Prilaku dalam bekerja yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang mendasari apabila sudah terpenuhi secara seimbang, hal ini menjelaskan apabila ada perawat bekerja keras mempunyai kinerja yang baik sedangkan yang lain mempunyai kinerja buruk. Universitas Sumatera Utara Dalam manajemen keperawatan, seorang perawat harus termotivasi untuk memiliki dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan bagi pasien, untuk mengembangkan efisiensi staf dalam bekerja. Penelitian menurut Hoonakker 2013 di Inggris, bahwa motivasi yang ada di dalam diri perawat saat bekerja ketika kebutuhannya sebagai seorang manusia sudah sebagian terpenuhi maka bukan hanya kinerja saja yang baik, melainkan kepuasan dalam bekerja juga dapat terjadi, membuat lebih semangat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai standar rumah sakit. Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan motivasi perawat dengan kinerja perawat peneliti beramsumsi motivasi yang maksimal dihubungkan dengan kinerja yang baik. Sebaliknya, motivasi yang kurang dihubungkan dengan kinerja yang buruk. Kinerja seseorang kadang-kadang tidak berhubungan dengan kompetensi yang dimiliki, karena terdapat faktor diri dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kinerja. Kinerja yang maksimal adalah fungsi dan interaksi antara kompetensi dan peluang sumber daya pendukung

5.5. Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat