35 yang walau hidup dalam keadaan kemiskinan tapi tidak membuatnnya berprilaku
agresif, karena dia telah menerima keadaan  dirinya. b
Anoniomitas Terlalu  banyak  rangsangan  indra  dan  kognitif  membuat  dunia  menjadi
sangat  impersonal,  artinya  antara  satu  anak  dengan  anak  yang    lain  tidak  lagi saling  mengenal.  Lebih  jauh  lagi,  setiap  individu  cenderung  menjadi  anonim
tidak  mempunyai  identitas  diri.  Jika  seseorang  merasa  anonim  ia  cenderung berperilaku  semaunya  sendiri,  karena  ia  merasa  tidak  terikat  dengan  norma
masyarakat  dan  kurang  bersimpati  dengan  orang  lain.  Fisher,  dalam  Sarlito, 1992: 120
c Media massa
Media  masa  baik  elekronik  maupun  gambar  sangat  berpengaruh  besar dalam  membentuk  perilaku  agresi  anak,  karena  media  sekarang  dengan  vulgar
mengekspos  berita-berita  tentang  kekerasan,  pembunuhan,  perkelahian    yang diberitakan  dengan  gambar  yang  besar  sehingga  dengan  mudah  anak  dapat
melihat  berita  yang  terdapat  dalam  surat  kabar  elektronik  tersebut,  sehingga dengan  mudah  anak  mengikutinya.  Hal  tersebut  disebabkan  karena  anak  masih
memiliki  sifat  yang  mudah  meniru  dari  sesuatu  yang  dia  lihat  dan  belum  bisa membedakan apakah itu benar atau salah.
d Pola Asuh Orang tua
Sekarang  ini  banyak  sekali  orang  tua  yang  dalam      pendidikannya  atau pengasuhannya  diberikan  kepada  orang  lain,  sehingga  hal  itu  membuat  perilaku
anak akan cenderung lebih agresi.
36 Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  perilaku  agresi  bisa  terjadi
karena  beberapa  faktor  yaitu  faktor  genetik  dan  faktor  lingkungan,  baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya.
2.3.4 Dampak Perilaku Agresi
Dampak  utama  perilaku  agresi  ini  adalah  anak  tidak  mampu  berteman dengan  anak  lain  atau  tidak  bisa  bermain  dengan  teman-temannya.  Keadaan  ini
menciptakan  lingkaran  setan,  semakin  anak  tidak  diterima  oleh  teman-temanya, maka semakin menjadilah perilaku agresif yang dilakukannya.
Perilaku  agresif  biasanya  ditunjukkan  untuk  menyerang,  menyakiti  atau melawan  orang  lain,  baik  secara  fisik  maupun  verbal.  Hal  itu  bisa  berbentuk
pukulan,  tendangan,  dan  perilaku  fisik  lainya,  atau  berbentuk  cercaan,  makian, ejekan,  bantahan  dan  semacamnya.  Purwanto  2000:  110  menyatakan  bahwa
Perilaku  agresif  dianggap  sebagai  suatu  gangguan  perilaku  bila  memenuhi persayaratan sebagai berikut:
1 Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya berbeda sedikit dari perilaku yang
biasa. Misalnya, memukul itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan memukul, maka perilaku tersebut dapat
diindikasikan  sebagai  perilaku  agresif  atau  bila  memukulnya  menggunakan  alat yang tidak wajar, misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum.
2 Masalah ini bersifat kronis, artinya perilaku ini bersifat menetap, terus-
menerus, tidak menghilang dengan sendirinya.
37 3
Perilaku tidak dapat diterima, karena tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya
Perilaku Agresif dapat ditampilkan oleh anak individu agresif tipe soliter maupun  secara  berkelompok  agresif  tipe  group.  Pada  perilaku  agresif  yang
dilakukan berkelompokgrup, biasanya ada anak yang merupakan ketua kelompok dan  memerintahkan  teman-teman  sekelompoknya  untuk  melakukan  perbuatan-
perbuatan tertentu. Pada tipe ini, biasanya anak-anak yang bergabung mempunyai masalah  yang  hampir  sama  lalu  memberikan  kesampatan  yang  sama  lalu
memberikan  kesempatan  pada  salah  satu  anak  untuk  menjadi  ketua  kelompok. Pada  tipe  ini  sering  terjadi  perilaku  agresif  dalam  bentuk  fisik.  Tipe  soliter,
perilaku  agresif  dapat  berupa  fisik  maupun  verbal,  dimulai  oleh  seseorang  yang bukan  bagian  dari  tindakan  kelompok.  Tidak  ada  usaha  si  anak  untuk
menyembunyikan perilaku tersebut. Anak tipe ini sering kali menjauhkan diri dari orang lain sehingga lingkungan juga menolak keberadaannya. Tidak jarang anak-
anak ini, baik secara individual atau berkelompok, membuat anak lain mengikuti kemauan  mereka  dengan  cara-cara  yang  agresif.  Akibatnya,  ada  anak  atau
sekelompok  anak  yang  menjadi  korban  dari  anak  lain  yang  berperilaku  agresi. Pandangan  tradisional,  mengartikan  perilaku  agresi  adalah  sesuatu  yang
menyakitkan, dan merupakan penyakit masyarakat. Tetapi perlu dipahami bahwa perilaku  agresi  adalah  bagian  dari  suatu  perilaku  sosial  yang  salah,  karena
perilaku  agresi  dianggap  sebagai  bukti  dari  terjadinya  perubahan  perilaku  sosial yang mengarah ke hal yang negatif.