Karakteristik Siswa SD Kerangka Teori

28 bertanggungjawab ini mempunyai maksud bahwa guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang tidak mengikat ekspresi siswa dalam berekspresi, namun tetap pada kkondisi yang tertib. Dapat disimpulkan, metode ekspresi bebas adalah metode yang membelajarkan cara mengungkapkan ide maupun perasaan ke dalam karya seni rupa dengan menerapkan kebebasan namun tetap dibentengi bimbingan guru agar tetap pada kondisi yang bebas bertanggungjawab.

2.1.11 Karakteristik Siswa SD

Sinolungan 1997 Kurnia 2007: 1.4, mengemukakan manusia termasuk siswa adalah makhluk totalitas artinya siswa merupakan 1 makhluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya. 2 makhluk individual yang memiliki keunikan, ciri khas, kelebihan kekurangan, sifat dan kepribadian yang membedakannya dari individu lain. 3 makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam interaksi dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia. Jadi, ketika pembelajaran hendaknya siswa diperlakukan secara utuh. Guru harus mampu melihat mereka sebagai satu kesatuan yang unik, yang terkait satu sama lain. Artinya semua aspek yang ada pada diri siswa harus diperhatikan secara seimbang tanpa ada salah satu yang mendominasi. Membahas karakteristik siswa usia SD keberadaannya dalam pembelajaran menggambar ekspresi maka sebagai guru harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut dalam membelajarkan menggambar ekspresi: 1 menerima apa adanya keberadaan ungkapan 29 gambar siswa baik yang cenderung bertipe visual, haptik atau campuran, sebagai potensi kesenirupaan siswa yang bersifat individual, unik dan kreatif, 2 dalam memberikan latihan dan bimbingan hendaknya juga memperlakukan sama kepada semua siswa baik secara klasikal atau individual, 3 tidak memandang kelainan-kelainan yang terdapat pada gambar siswa sebagai kekurangan atau kesalahan, 4 tidak menyalahkan gambar buatan siswa, khususnya yang bertipe haptik, dimana ada kecenderungan gambar yang dibuat tidak didasarkan begaimana kelihatannya suatu objekbenda tetapi lebih didasarkan pada ungkapan perasaannya yang bersifat spontan dan individual, Sumanto, 2006: 30. Berdasarkan hasil penelitian terhadap karya gambar anak yang dilakukan oleh para ahli antara lain Kerchensteiner, Cyril Burt, Victor Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-masa perkembangan menggambar. Menurut Victor Lowenfeld, periodisasi menggambar anak dibedakan yaitu: 1 masa goresan sekitar usia 2-4 tahun, 2 masa prabagan sekitar usia 4-7 tahun, 3 masa bagan sekitar umur 7-9 tahun, 4 masa permulaan realis umur 9-11 tahun dan 5 masa realisme semu umur 11-13 tahun, Sumanto, 2006:30. 1 Karya Seni Rupa Anak Usia 2- 4 Tahun Masa Goresan Pada masa ini pertama kali anak mencoba menggoreskan alat tulis pensil pada kertas bertujuan untuk meniru perbuatan orang yang lebih tua dari mereka. Goresan belum membentuk suatu ungkapan objek, tetapi lebih merupakan ekspresi spontan, yang berfungsi sebagai latihan koordinasi antara 30 motorik halus, otot tangan dan lengan dengan gerak mata. Goresan yang terbentuk biasanya garis-garis mendatar, tegak dan melingkar- lingkar serta belum bervariasi. 2 Karya Seni Rupa Anak Usia 4- 7 tahun Masa Pra- bagan Pengalaman anak dalam menarik goresan-goresan garis mendatar, tegak dan melingkar selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan ungkapan yang dapat dikaitkan bentuk atau objek tertentu. Goresan- goresan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan peralihan dari masa mencorenggoresan ke masa bentuk baganskematis, sehingga dikenal dengan perkembangan menggambar pra- bagan. 3 Karya Seni Rupa Anak Usia 7- 9 Tahun Masa Bagan Ciri pada masa ini antara lain tampilnya bentuk bagan yang lebih sempurna, bagian-bagian objek gambar lebih lengkap dan menggunakan bentuk-bentuk garis yang lebih bervariasi. Sejak saat ini anak secara sengaja sudah dapat membuat bentuk-bentuk bagan benda dalam lingkungannya. Pada masa ini gambar yang dibuat sudah mulai menampilkan kesan ruang perebahan, transparan bening atau datar. 4 Karya Seni Rupa Anak Usia 9- 11 Tahun Masa Realisme Pada masa ini anak sudah mampu membuat gambar dengan memperlihatkan konsep yang lebih jelas. Sikap kritis dan realistis sudah mempengaruhi objek gambar-gambar yang mereka buat ke arah bentuk- bentuk yang mendekati kenyataan. Pada tahap ini kewajaran dan spontanitas 31 anak-anak untuk berekspresi mulai menurun karena pertimbangan akal sudah mulai menguasai dunia ciptaan mereka. 5 Karya Seni Rupa Usia Anak Usia 11- 13 Tahun Masa Naturalisme Semu Pada masa naturalisme semu anak berusaha menyesuaikan bentuk gambar yang mereka buat dengan bentuk alam. Objek gambar dibuat lebih detail, bentuk keseluruhannya sudah mendekati keadaan sesungguhnya. Masa ini merupakan titik akhir cara-cara menggambar kanak-kanak, menuju cara- cara yang lebih umum seperti yang dilakukan orang dewasa. Pada masa ini umumnya kreativitas dan ekspresi anak akan merosot, karena kewajaran dan spontanitas kegiatan menggambar terganggu oleh pertimbangan akal, dimana akal mempengaruhi cara anak menciptakan gambar yang mereka buat. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II yang usianya masuk dalam masa bagan. Hasil karya yang dihasilkan siswa nantinya akan menampilkan ciri-ciri yang sesuai dengan karakteristik pada masa bagan, yaitu gambar sudah menampilkan kesan ruang perebahan, transparan atau datar.

2.2 Kajian Empiris

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI METODE KELOMPOK BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 PANTIANOM KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN

0 27 165

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI GERAK TARI KREATIF MELALUI METODE EKSPLORASIPADA SISWA KELAS I SD NEGERI 02 WANAMULYA PEMALANG

4 23 250

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENDENGARKAN DONGENG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 PENAKIR PEMALANG

2 28 227

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENIRUKAN DIALOG DRAMA ANAK MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 04 PESUCEN KABUPATEN PEMALANG

0 5 190

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENULIS PENGUMUMAN MELALUI MEDIA CETAK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 PEGUYANGAN PEMALANG

0 14 235

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS 5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Problem Solving pada siswa kelas 5 SD Negeri Cepokosawit II Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODELJIGSAW PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CEPOKOSAWIT II Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Modeljigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cepokosawit II Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 JATIKUWUNG Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Metode Snowball Throwing Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jatikuwung Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Tah

0 1 10

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN OUT DOOR STUDY BAGI SISWA KELAS II Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Metode Pembelajaran Out Door Study Pada Siswa Kelas II SD Negeri 02 Guwokajen Sawit Boyolali

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI CTL PADA KELAS II SD NEGERI 02 NGABEYAN KECAMATAN Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi CTL Pada Kelas II SD Negeri 02 Ngabeyan Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 15