Tahap-tahap Interaksi Sosial Interaksi Sosial dan Bimbingan Sosial 1. Bidang Layanan Bimbingan Sosial
terhadap stimulus yang diterimanya ataupun sebaliknya. Kerja sama ini dapat dilihat dari turut sertanya individu dalam kegiatan kelompok. Bentuk-bentuk
kerjasama adalah kerukunan gotong royong, Barganing perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa, kooptasi proses penerimaan unsure-insur baru
untuk menghindari terjadinya kegoncangan pada suatu organisasi, koalisi kombinasi dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama, join venture
kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu.
Kerja sama dilakukan individu karena individu membutuhkan bantuan dari individu lain. Dengan adanya kerja sama tersebut, diharapkan bahwa tujuan
bersama dapat
tercapai secara
optimal. Cooley
Soekanto,2007:213 menggambarkan pentingnya kerja sama yakni:
“kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka menyadari mereka memiliki kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta- fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna”
Akomodasi merupakan suatu keadaan dimana adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara individu atau kelompok seinteraksi dengan norma-norma sosia
atau nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Dengan adanya akomodasi maka individu belajar untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan disekitarnya.
Selain hal itu akomodasi juga dilakukan untuk mengurangi pertentangan agar tercipta kerja sama dalam suatu kelompok.
Bentuk proses asosiatif yang ke tiga adalah asimilasi. Asimilasi ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha- usaha mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Dalam asimilasi, individu tidak lagi memikirkan kepentingan dirinya sendiri, melainkan individu memikirkan
kepentingan kelompok. Bentuk asimilasi ini ditandai adanya pengembangan sikap yang sama dengan kelompok dalam mencapai suatu tujuan.
Bentuk proses disosiatif adalah persaingan dan pertentangan. Persaingan diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok yang bersaing
mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam
prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman. Persaingan dilakukan oleh individu untuk mendapatkan sesuatu. Persaingan tidak
selalu bersifat negatif. Misalnya, di dalam kelas seorang siswa untuk mendapatkan peringkat kelas siswa perlu bersaing dengan teman-teman yang
lainnya. Untuk mendapatkan peringkat kelas itu siswa perlu melakukan suatu usaha. Dan usaha tersebut adalah belajar dengan giat. Contoh tersebut
menjelaskan bahwa persaingan tidak selalu bernilai negatif.
Selanjutnya bentuk proses disosiatif yang kedua adalah pertentangan. Berbeda halnya dengan persaingan, dalam pertentangan individu telah melakukan
kekerasan dalam mempertahankan pendapat dan keinginannya.
Pertentangan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok berusaha mempengaruhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan dengan ancaman dan kekerasan. Pertentangan ini diakatakan sebagai bentuk interaksi sosial dikarenakan dalam pertentangan ini individu atau
kelompok mencoba untuk mempengaruhi pihak lain untuk memiliki pendapat yang sama dengan individu atau kelompok tersebut.