32
4.2 Sejarah Organisasi Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah atau 18 November 1912 oleh seorang yang bernama
Muhammad Darwis, atau yang dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan
.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW., sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang K.H. Ahmad Dahlan memilih nama
Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada celah
untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Keinginan dari K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangnan dan dakwah untuk menegakan amar
ma‟ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur‟an, surat Al-Imran 3 : 104 dan surat Al-M
a‟un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.
Ketidak-murnian ajaran Islam yang di pahami oleh sebagian umat Islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi Islam dan tradisi
lokal nusantara dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat Islam di Indonesia memperlihatkan hal-hal yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, terutama yang berhubungan
33 dengan prinsip aqidah Islam yang menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid,
bid‟ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat Islam Indonesia.
Keterbelakangan umat Islam Indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar dari
keterbelakangan. Keterbelakangan umat Islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya
dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda Islam yang berfikir modern. Kesejahteraan umat Islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan
jika kebodohan masih melengkupi umat Islam Indonesia. Maraknya kristenisasi di Indonesia sebagai efek domino dari imperalisme
Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama Islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperialisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain
keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk hasil revolusi industri yang melanda Eropa.
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk menyampaikan
“ajaran Jesus” untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk
“mengikuti” ajaran Jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda Eropa. Modernisasi yang terhembus melalui
model pendidikan barat Belanda di Indonesia mengusung paham-paham yang melahirkan modernisasi Eropa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme
dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru Islam yang rasional tetapi liberal dan sekuler.
34 Adapun Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang
berlandaskan al-Qu r‟an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya
senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma‟ruf
nahyi munkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan lil „alamin bagi umat,
bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini. Misi
Muhammadiyah adalah: 1.
Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT., yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi
Muhammad SAW. 2.
Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan yang bersifat duniawi. 3.
Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur‟an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto.
Selanjutnya, perkembangan Muhammadiyah di Sumatera Utara di awali dengan perantau-perantau dari Minangkabau, Jawa dan Mandailing, mereka
dahulu dikampung halamannya sudah menerima paham gerakan pembaharuan Islam, disebut Muhammadiyah. Terutama di Minangkabau yang sudah berdiri
Muhammadiyah sejak tahun 1925 di Sungai Batang Maninjau dan perantau Jawa
35 Yogyakarta sudah berdiri Muhammadiyah sejak 18 November 1912. Walaupun
mereka bukan kategori mubaligh yang terampil dan sengaja dikirim, tetapi mereka simpatisan
Muhammadiyah yang
tersentuh hatinya
dengan gerakan
Muhammadiyah di Medan. Dan mulai menghimpun kawan-kawan yang sepaham, ditandai ketika
muzakarah, dan yang shalat disekitar pajak pekan bundar kini sudah di bongkar. Disanalah bertemu St. Juin, Mas Pono, Sutan Marajo, Kari Suib dan
kawan-kawan lain dari Tapanuli, mereka sepakat mendirikan Muhammadiyah, gerakan awal ini dirintis sejak tahun 1923, terutama Mas Pono yang datang dari
Yogyakarta, maka didekatilah HR. Muhammad Said yang pernah menjadi Ketua Syarikat Islam di Pematang Siantar, sebagai tenaga baru kekuatan
Muhammadiyah. Dengan demikian, sejak 1 Juli 1928 dibentuklah Muhammadiyah secara
resmi yang diamanahkan ketua pertama kepada HR Muhammad Said dan Mas Pono sebagai sekretaris serta dilengkapi oleh St. Juin dan Kari Suib, sebagai
anggota mereka aktif menjadi orang kepercayaan kerjasama dengan pimpinan pusat dan lembaga-lembaga lainnya.
Frekuensi gerakan dakwah Muhammadiyah semakin ditingkatkan, dengan mendatangkan penceramah dari Sumatera Barat dan penceramah lainnya, yang
terfokus pada masalah usholli, meluruskan arah kiblat, shalat pakai dasi, kenduri kematian. Ziarah kubur kuburan keramat, shalat Hari Raya dilapangan terbuka
dan shalat lain 11 rakaat, terutama bulan Ramadhan.
36 Gerakan Muhammadiyah perkotaan ini, meluas sampai kekota pesisir
lainnya, mulai muncul gerombolan kecil Muhammadiyah sekarang pimpinan Ranting Muhammadiyah. Hampir rata-rata pada tahun 1930-an itu berdiri
ranting Muhammadiyah di Sumatera Utara, baik didasari oleh ilmu agama yang memadai, tetapi ada juga yang berani-beranian saja. Diantara Cabang
Muhammadiyah yang didirikan tahunan 1930-an itu antara lain: 1.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan Kota, 25 November 1927 2.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pancurbatu, 18 Januari 1928 3.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pematang Tanah Jawa, 27 April 1920 4.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tebing Tinggi, 1 Mei 1929 5.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kisaran, 23 Desember 1929 6.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pematang Siantar, 27 Januari 1930 7.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kerasaan, 5 Maret 1930 8.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Glugur, 1 Juli 1930 9.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tanjung Balai, 12 Oktober 1930 10.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Binjai, 20 November 1930 11.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Perdagangan, 7 Desember 1930 12.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Indra Pura, 16 Juni 1931 Pada tahun 1953, struktur Pemerintah RI membentuk Provinsi Sumatera
Utara, terdiri dari daerah Tapanuli, Sumatera Timur dan Aceh, maka Muhammadiyah menyesuaikan diri dengan struktur pemerintahan tersebut.
Sehingga PP Muhammadiyah mengamanahkan kepada H. M. Bustami Ibrahim, H. Affan dan A. Abdullah Manaf, sebagai Koordinator pimpinan Muhammadiyah
37 Wilayah Sumatera Utara. Sedangkan ketua Muhammadiyah Sumatera Timur
diamanahkan kepada Bachtiar Yunus yang dijabatnya sampai tahun 1955. Untuk periode 1956-1959, dalam pemilihan pimpinan terpilih Abdul Muthi, tetapi
karena pergolakan politik peristiwa Nainggolan, periode tidak sempat sampai selesai perubahan struktur organisasi dimana setiap kabupatenkodya menjadi
daerah website: http:sumut.muhammadiyah.or.idcontent-3-sdet-sejarah.html, akses 1 Maret 2014.
Adapun 11
Program Per-Bidang
pada Program
Umum PW
Muhammadiyah Sumatera Utara adalah sebagai berikut: 1.
Program Bidang Tarjih Tajdid, dan Pemikiran Islam 2.
Program Bidang Tabligh. 3.
Program Bidang Pendidikan, Iptek, dan Litbang. 4.
Program Bidang Perkaderan. 5.
Program Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat. 6.
Program Bidang Wakaf. 7.
Program Bidang Ekonomi dan ZIS Zakat, Infaq, Shadaqah. 8.
Program Bidang Pemberdayaan Masyarakat. 9.
Program Bidang Lingkungan Hidup. 10.
Program Bidang Seni Budaya dan Olah Raga. 11.
Program Bidang Pustaka dan Informasi. 12.
Program Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia. 13.
Program Bidang Hikmah dan Kebijakan Publik
38
4.3 Sejarah Singkat LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara berdiri berdasarkan SK. PW.
Muhammadiyah S.U. Nomor: 03KEPII.0D2009 pada tanggal 13 Februari 2009.
LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara termasuk dalam jejaring LAZISMU
PP. Muhammadiyah, SK Menteri Agama Nomor: 457 pada tanggal 21 November 2002. Adapun visi dan misi dari LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara
adalah sebagai berikut:
a. Visi