Dasar Hukum Wakaf Tunai

16

2.2.2 Dasar Hukum Wakaf Tunai

Wakaf uang atau tunai ini telah mendapat respons positif dari Majelis Ulama Indonesia MUI, sebelumnya pada tahun 2001, Prof. M. A Mannan, Ketua Social Investment Bank Ltd SIBL memberikan seminar di Indonesia mengenai wakaf uang. Akhirnya tanggal 11 Mei 2002 MUI mengeluarkan fatwa tentang di perbolehkannnya wakaf uang waqf al-nuqud, dengan syarat nilai pokok wakaf wajib dijamin kelestariannya. Majelis Ulama Indonesia MUI melalui komisi fatwa mengeluarkan fatwa tentang wakaf uang yang berisi: a. Wakaf uang cash wakafwaqf al-nuqud adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai; b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga; c. Wakaf uang hukumnya jawaz boleh; d. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar‟iy; e. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. Keluarnya fatwa MUI ini, setelah terlebih dahulu mendengarkan pandangan dan pendapat rapat fatwa MUI pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2002, antara lain tentang perlunya dilakukan peninjauan dan penyempurnaan pengembangan definisi wakaf yang telah umum diketahui, dengan memperlihatkan maksud hadist antara lain yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., 17 ia berkata Umar bin Khattab ra. kepada Nabi Muhammad saw., “saya mempunyai seratus sahan tanah, kebun di Khaibar belum pernah saya mendapat harta yang lebih saya kagumi melebihi tanah itu, saya bermaksud menyedekahkannya ”. H.R. al- Nasa‟i. Selanjutnya, pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Sabtu tanggal 11 Mei 2002 tentang perumusan definisi wakaf, yakni: menahan harta yang dapat diimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut misal: menjual, memberikan, atau mewariskannya, untuk disalurkan hasilnya pada sesuatu yang mubah tidak haram. Keluarnya fatwa MUI ini disambut beragam oleh masyarakat. Perjuangan untuk membuat payung hukum kegiatan wakaf dalam bentuk undang-undang terus berlaku Suhrawardi K Lubis, 2010: 107. Akhirnya, pihak pemerintah Indonesia telah pula menetapkan Undang- Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Peraturan perundang-undangan tersebut antara lain mengatur bentuk benda wakaf, yaitu benda tidak bergerak, dan benda bergerak dan uang. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan yang terdapat dalam Pasal 28 s.d 31 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 dan Pasal 22 s.d 27 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006. Wakaf atas benda bergerak berupa uang dilaksanakan oleh wakif secara tertulis kepada pengelola Lembaga Keuangan Syariah LKS. Kemudian diterbitkan sertifikat wakaf uang, selanjutnya sertifikat wakaf uang yang telah diterbitkan itu disampaikan LKS kepada wakif dan nazhir sebagai bukti 18 penyerahan harta benda wakaf Pasal 29 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Selanjutnya Lembaga Keuangan Syariah atas nama nazhir mendaftarkan harta benda wakaf berupa uang kepada Menteri selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja sejak diterbitkannya sertifikat wakaf uang Pasal 30 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 ditegaskan mengenai mekanisme wakaf terhadap benda bergerak berupa uang ini. Dalam peraturan ini ditegaskan bahwa wakaf uang yang diwakafkan adalah mata uang rupiah, jika uang yang akan diwakafkan masih dalam mata uang asing, harus dikonversi terlebih dahulu dalam mata uang rupiah Pasal 22 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006. Dan yang terbaru adalah Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 Tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang, disebutkan bahwa masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas nazhir Pasal 13 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009. Bagi seorang wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk Pasal 22 ayat 3 PeraturanPemerintah No. 42 Tahun 2006: a. Hadir di Lembaga Keuangan Syari‟ah penerima wakaf uang LKS- PWU untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya; b. Menjelaskan kepemilikan dan asal usul yang diwakafkan; c. Menyetor secara tunai sejumlah uang ke LKS-PWU; 19 d. Mengisi form pernyataan kehendak wakif yang berfungsi sebagai Akta Ikrar Wakaf AIW. Di dalam hal wakif tidak hadir ke LKS-PWU maka wakif dapat menunjuk wakil atau kuasanya, dan wakil dari wakif tersebut dapat menyatakan ikrar wakaf benda bergerak berupa uang kepada nazhir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW dan selanjutnya nazhir menyerahkan ikrar wakaf AIW tersebut kepada LKS-PWU Pasal 22 ayat 4 dan 5 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006. Beberapa pasal ketentuan peraturan perundang-undangan di atas memperlihatkan bahwa wakaf uang diakui dalam hukum positif di Indonesia.

2.2.3 Macam-macam Wakaf Tunai