Latar Belakang Batobo Konsi Pada Masyarakat Petani

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris,dengan sebagian besar masyarakat bermukim dipedesaan dan bermatapencaharian disektor pertanian, maka sumberdaya fisik utama yang paling penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan tersebut adalah tanah atau lahan pertanian. Menurut data BPS dalam Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Mei 2012, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 41,20 Juta jiwa atau sekitar 43,4 dari jumlah total penduduk Indonesia. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 4,76 atau sebesar 1,9 juta dibandingkan Agustus 2011. Dengan demikian sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan hasil alam dan sebagai petani, hal ini juga terjadi karena didukung kondisi alam Indonesia yang memiliki lahan pertanian yang luas serta kondisi alam yang baik untuk aktivitas pertanian tersebutData BPS Mei, 2012. Di Indonesia kehidupan masyarakat pedesaan memiliki suatu hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya diluar batas batas wilayahnya. Di dalam kehidupan masyarakat pedesaan Indonesia memiliki system kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan. Sebagian besar warga masyarakat pedesan memiliki mata pencaharian sebagai petani. Universitas Sumatera Utara Pekerjaan-pekerjaan yang di luar pertanian merupakan pekerjaan sambilan yang biasa mengisi waktu luang. Masyarakat pedesaan di Indonesia bersifat homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya. Selain itu, kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia identik dengan sistem ikatan kekerabatan, seperti gotong royong yang merupakan kerja sama atau kerja bakti untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam, yaitu kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbul dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri, dan kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tik dari inisiatif warga masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia juga terdapat beberapa gejala-gejala sosial yang sering di istilahkan dengan konflik pertengkaran, kontraversi pertentangan, kompetisi persiapan, kegiatan pada masyarakat pedesaan, dan sistem nilai budaya di Indonesia. Salah satu wilayah di Sumatera, tepatnya di Sumatera Barat, Kecamatan Sijinjung, Desa Padang Ranah merupakan wilayah pertanian yang luas. Sektor pertanian dan perkebunan merupakan produksi terbesar dari kegiatan perekonomian masyarakat Sijunjung, Sumatera Barat. Mengutip dalam Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Sijunjung menjelaskan bahwa kecamatan Sijunjung merupakan salah satu dari 19 Sembilan belas kabupaten kota di bagian selatan provinsi Sumatera Barat, terletak diantara 00 18’ 43” LS – 10 41’ 46” LS 1010 30’ 52” BT dengan ketinggian dari permukaan laut antara 100 – 1.250 meter. Kabupaten Sijunjung berada dibagian timur provinsi Sumatera Barat, pada jalur utama yang Universitas Sumatera Utara menghubungkan provinsi Riau dan provinsi Jambi. Mengingat letaknya dipersimpangan jalur tersebut, Sijunjung merupakan jalur ekonomi dan jalur pariwisata. Secara administrative wilayah Kecamatan Sijunjung dengan luas 313.080Ha meliputi 8 kecamatan , 61 Nagari dan 1 desa dengan 263 Jorong sumber: Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Sijunjung. Aktivitas bertani merupakan kegiatan utama masyarakat yang dilakukan untuk menjunjang perekonomian keluarga. Mayoritas kehidupan warga Kecamatan Sijunjung sangat tergantung pada hasil-hasil pertanian, sehingga sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan sisanya beraktivitas di bidang perdagangan dan sebagai pegawai. Bahkan ada juga sebagian penduduk yang merupakan pegawai tetapi tetap meluangkan waktunya untuk bertani, karena memilki lahan pertanian sendiri. Adapun jenis pertanian yang dikelola oleh masyarakat Kecamatan Sijunjung antara lain adalah padi, cabai, tomat dan tanaman palawija lainnya. Dalam waktu setahun masyarakat Kecamatan Sijunjung dapat mengelola lahan sawahnya dengan dua jenis musim tanaman, yaitu pada separuh tahun pertama masyarakat akan menanam padi dan separuh tahun berikutnya akan menanam jenis tanaman sayur-sayuran, seperti padi, cabai, tomat dan tanaman palawija lainnya. Dalam proses pengelolaan pertanian, petani Kecamatan Sijunjung bekerja secara gotong royong, mulai dari proses pengolahan lahan pertanian, penanaman bibit, perawatan tanaman, membasmi hama sampai memanen hasil pertanian. Sistem kerja yang dilakukan secara gotong royong antara sesama petani disebut dengan Universitas Sumatera Utara batobo konsi. Pada sistem batobo konsi, para petani akan saling tolong-menolong secara bergantian tanpa harus mengeluarkan biaya ongkos atau upah untuk membayar tenaga yang telah diberikan,jika hari ini ada petani yang mengerjakan lahannya maka petani yang lain akan ikut menolong dan begitu juga sebaliknya ia akan kembali menolongnya pada kesempatan yang lain secara bergantian. Sistem gotong royong ini telah dilakukan oleh para petani terdahulu dari generasi ke generasi atau secara turun- temurun. Faktor keterkaitan hubungan masyarakat pedesaan salah satunya yang cukup dominan adalah dibentuk oleh sistem pertanian itu sendiri. Terbukti, dalam kegiatan pertanian masyarakat pedesaan seringkali melakukan gotong royong. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk saling tolong menolong, saling membantu dan saling melengkapi yang berlaku di daerah pedesaan. Batobo konsi merupakan salah satu bentuk dari sistem ikatan kekerabatan yang sampai saat ini masih dibudayakan oleh masyarakat Sumatera Barat, khususnya di Kecamatan Sijunjung. Mengutip penelitian terdahulu dalam Suwondo 1983: 181 menegaskan bahwa pada perkembangannya sampai sekarang ini secara garis besarnya tidak terdapat perbedaan prinsip antara sistem nilai budaya yang sekarang dianut di Sumatera Barat. Dengan sistem batobo konsi para petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk para pekerja tetapi cukup dengan menyediakan makanan dan minuman bagi para petani yang bekerja di lahan mereka. Sistem ini dapat berlangsung karena pada masyarakat pedesaan dalam hal ini Kecamatan Sijunjung masih memiliki sistem Universitas Sumatera Utara ikatan kekerabatan yang sangat kuat, baik dari segi hubungan sosial maupun dalam bentuk interaksi sosial antara sesama warga masyarakat. Maka untuk memudahkan masyarakat dalam pelaksanaan sistem batobo konsi, masyarakat KecamatanSijunjug biasanya membentuk suatu kelompok tani yang dapat dijadikan sebagai wadah bagi para petani untuk berkumpul.Kelompok ini juga menjadi tempat para petani saling berinteraksi untuk membentuk suatu pola ikatan sosial atau solidaritas sosial sehingga hal tersebut menjadi suatu modal sosial untuk bekerja sama menghadapi masalah- masalah dalam proses pengelolaanpertanian maupun masalah lainnya diluar aktifitas pertanian. Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sistem ikatan kekerabatanyang ada antara sesama petanidalam mengelolapertanian. Maka penelitian ini akan diberi judul “Batobo Konsipada masyarakat petani”.

1.2 Rumusan Masalah