konsi maka ibu-ibu anggota pkk ikut berpartisipasi dalam melancarkan kegiatan kegiatan tersebut.
4.3.5Perwiritan
Perwiritan adalah acara pengajian ibu ibu yang dipimpin oleh seorang ustadz di lingkungan desa padang ranah. Biasanya diadakan setiap jum’at malam.
Acaranya dilakukan secara bergilir dari rumah kerumah. Jumlah anggota perwiritan didesa padang ranah berjumlah 30 orang, jumlah ini bisa bertambah bisa juga
berkurang. Acaranya dimulai dengan shalat magrib berjama’ah, dilanjutkan dengan pengajian dan ceramah. Acara diakhiri dengan makan malam yang telah disiapkan
tuan rumah.
4.3.6 Remaja Surau
remaja surau didesa padang ranah diisi oleh laki laki remaja. Karena didesa ini anak yang sudah beranjak remaja akan dikirim oleh orang tuanya kesurau
untuk mengaji dan shalat.
4.3.7 Batobo Konsi
Jika dilihat dari hasil wawancara dengan para informan, batobokonsi terbentuk dimulai sejak berkembangnya aktifitas bertani di desa ini, para petani
merasa tidak sanggup mengerjakan lahan masing-masingsendiri sehingga merekamengadakan sistem tolong-menolong yang berawal dari gotong royong atau
tolong-menolong antara sesama petani yang masih memiliki ikatan keluarga. Dengan tolong-menolong tersebut para petani menganggap dapat meringankan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
mereka dalam mengelola pertanian, karena para petani merasakan manfaat yang besar dari batobokonsi ini maka diadakan musyawarah untuk membentuk sistem
batobokonsi yang lebih luas bukan hanya antara petani yang memiliki ikatan keluarga namun juga diadakan antara sesama petani di desa padang ranah, sijunjung
sumatera barat. Hal ini seperti yang dikatakan salah satu informan yang merupakan salah satu
petani yang telah lama menetap di Desa padang ranah. “batobokonsi terbentuk karena saya tidak sanggup kerja
sendiri saya butuh bantuan petani lain, begitu juga sebaliknya petani lain juga butuh bantuan saya. waktu itu
saya dan petani lain mupakatmusyawarah, bagaimana caranya supaya kerja lebih ringan dan kami sepakat
menggunakan sistem batobokonsi. Sebelumnya sistem batobokonsi begini...mmm jika petani lain menolong
pekerjaan saya di kebun atau di sawah, dalam satu hari saya harus menyediakam makan siang untuk para petani
yang ikut batobokonsi tersebut. “ Syafaruddin
Begitu juga berdasarkan penuturan Bapak bahwa : “Sistem batobokonsi dari dulu memang sudah ada. Dulu
orang tua saya juga ikut batobokonsi dengan petani lainya, kami
sekarang mengikutinya
berawal dari
ketidaksanggupkan kami bekerja sendiri, bekerja rame- rame mengurangi beban. Waktu itu kami mulai dari
Universitas Sumatera Utara
keluarga sendiri. Saya dan adik saya maupun saudara yang lain sering saling membantu. Kami mulai terbiasa dengan
cara kerja secara bersama-sama, lebih cepat siap lagi kerjanya, kerja sendiri lama. Kalo mau kerja secara bayar,
kami tidak ada uang untuk bayar orang. Lama-lama batobokonsi berlaku bagi semua petani di desa ini karena
batobokonsi ini sangat membantu selain itu juga mengakibatkan sesama petani menjadi lebih akrab dan
dekat.” Hendri
Hal senada juga disampaikan salah satu informan yang telah lama bermata pencaharian sebagai petani :
“batobokonsi telah menjadi sistem kerja secara turun- temurun di desa ini, berawal dari kurangnya modal yang
saya miliki untuk membayar ongkos petani lain yang bekerja di kebun saya. Sehingga kami sering batobokonsi
sesama keluagra sendiri hingga akhirnya ada kesepakatan bersama menggunakan sistem batobokonsi dengan petani-
petani lainnya. Pengaruh pertama akibat adanya batobokonsi bagi petani adalah kehidupan sosial sesama
petani menjadi sangat tinggi dan erat, selain itu batobokonsi juga kegiatan yang membantu sesama yang
merupakan bentuk kepedulian sesama petani.” Nasril
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, terdapat kesamaan jawaban yang menyatakan bahwa awal terbentuknya kegiatan batobokonsi di desa
Universitas Sumatera Utara
padang ranah berawal dari aktifitas yang sudah dilakaukan oleh petani-petani terdahulu. Para petani mengadakan musyawarah untuk mengadakan sistem
batobokonsi disebabkan karena para petani tidak sanggup mengerjakan kebun atau sawah masing-masing, sedangkan aktifitas batobokonsi yang sebelumnya hanya
dilakukan sebatas sesama keluarga dirasakan akan memberikan manfaat yang besar bagi aktifitas pertanian karena dilakukan secara gotong royong sehingga tidak
mengeluarkan biaya yang cukup besar. Selain itu faktor kekurangan modal juga menjadi salah satu faktor pendorong terbentuknya kegiatan batobokonsitersebut,
biasanya bagi para petani desa padang ranah akan membutuhkan modal yang cukup besar ketika mulai menanam bibit karena banyak dan kualitas bibit yang baik akan
sangat berpengaruh pada hasil panen. Dalam perawatan tanaman juga membutuhkan modal yang besar untuk pembelian pupuk dan membayar ongkos orang yang akan
mengerjakan lahan tersebut sehingga dengan adanya batobokonsi akan mengurangi biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar ongkos orang kerja karena lahan
dikerjakan dengan cara bergotong royong.
4.4 Proses PelaksanaanBatobokonsi dan Tahapan-Tahapannya