6. Komposisi susu a. Protein susu
Penentuan kadar protein susu dilakukan dengan menggunakan kit komersial bermerk Tottal produksi Belgia. Dilakukan di Laboratorium Kesehatan
Hewan, Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet di Cikole Lembang.
b. Lemak susu
Penentuan kadar lemak susu dilakukan dengan menggunakan metode Babcock. Penentuan dilakukan di Laboratorium Pemeriksaan Susu Balai
Peningkatan Produksi Ternak Perah di Cikole Lembang.
c. Bahan Kering Tanpa Lemak
Kadar bahan kering tanpa lemak diperoleh melalui penggunaan rumus Fleischmann.
BJ 1
BJ 100
2,738 L
1,311 BK
− ×
÷ ×
=
Keterangan : L
= kadar lemak susu BJ = berat jenis susu pada 27,5
o
C
7. Bobot jenis susu
Penentuan bobot jenis susu dilakukan dengan cara pengukuran langsung dan dilakukan dua minggu sekali.
Pengukuran bobot jenis susu dilakukan dengan menggunakan alat laktodensimeter. Sebanyak 500 mL susu dituangkan ke dalam gelas ukur
volume 500 mL. Setelah itu, laktodensimeter dicelupkan ke dalam susu. Bobot jenis dan susu yang tertera pada laktodensimeter dibaca. Bobot jenis distandarkan
pada suhu 27,5ºC Sudono et al.1999.
8. Bobot tubuh
Pengukuran bobot tubuh dilakukan dengan mempergunakan pita ukur yang secara langsung dikonversi ke dalam kilogram. Pengukuran dilakukan satu
bulan sekali meliputi bobot tubuh pada awal penelitian, rataan bobot tubuh selama
perlakuan, dan bobot tubuh pada akhir penelitian.
9. Konsumsi pakan dan konsumsi bahan kering pakan
Pakan yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua macam pakan, yaitu pakan Balai P
1
, yaitu pakan yang biasa diberikan oleh BPPTP Cikole, dan pakan Balai ditambah 25 konsentrat P
2
. Konsumsi pakan dihitung berdasarkan jumlah hijauan dan konsentrat yang diberikan dikurangi pakan sisa
dari setiap pemberian. Konsumsi bahan kering dihitung dengan mengalikan jumlah bahan kering yang dikonsumsi dengan kadar bahan kering pakan.
10. Efisiensi Produksi Susu EPS
Pengukuran efisiensi produksi susu dilakukan dengan menggunakan rumus Varga 1984.
100 x
kg tubuh
bobot kg
kering bahan
msi kgkonsu
FCM 4
produksi EPS
=
11. Nilai Kondisi Ternak NKT
Nilai kondisi ternak ditentukan dengan menggunakan metode Wildman et al
.1982 yang dilakukan dengan mengamati tubuh sapi bagian punggung back, badan waist, paha haunch, pangkal ekor roof of tail, tulang punggung
hip bone, pangkal paha waist horn, dan tulang rusuk rib sebagai titik poin. Nilai untuk sapi perah berkisar dari 1 sampai 5. Nilai 1 menunjukkan sapi sangat
kurus atau tidak ada perlemakan, sedangkan nilai 5 untuk sapi yang sangat gemuk.
Analisis Statistik
Data yang dikumpulkan dari semua peubah yang diamati, yaitu status faali, hematologi, metabolit darah, hormon metabolisme produksi susu, produksi
4 FCM, komposisi susu, konsumsi pakan, bobot tubuh, konsumsi bahan kering, efisiensi produksi susu, dan nilai kondisi ternak diuji dengan menggunakan
rancangan acak kelompok pola faktorial 3 x 2. Model persamaan matematik yang digunakan adalah :
Yijk = µ + Kk + Ai + Bj + ABij + Єijk
keterangan : Yijk : Nilai Pengamatan respons yang diamati
µ : Nilai Tengah Umum