Produktivitas larva chironomida Tahapan Penelitian

48 mgL adalah 59,33 mgL pada hari ke-18 dan untuk perlakuan tanpa penambahan bahan organik adalah 20,67 mgL pada hari ke-7. Perbedaan nilai COD ini disebabkan oleh perbedaan kadar bahan organik yang ditambahkan pada masing- masing wadah perlakuan. Nilai COD pada perlakuan B.O 1 mgL lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan tanpa penambahan bahan organik B.O 0 mgL P0,05; Lampiran 4. Kandungan oksigen terlarut Dissolved Oxygen mempengaruhi aktivitas metabolisme biota air termasuk larva chironomida. Kandungan oksigen terlarut digunakan untuk respirasi bagi mahluk hidup heterotrof. Nilai oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti aktivitas fotosintesis organisme autotrof, difusi udara, maupun pemanfaatan biota heterotrof. Pada penelitian kali ini tidak ada penambahan kadar oksigen yang dilakukan secara sengaja. Fotosintesis yang berlebihan pun secara tidak langsung dihindari dengan cara penempatan wadah di ruang tertutup. Cara ini dilakukan untuk menghindari tumbuhnya perifiton yang diperkirakan akan mengganggu pertumbuhan larva chironomida itu sendiri. Gambar 13 menunjukkan variasi nilai oksigen terlarut yang cenderung mengalami penurunan. Variabilitas nilai oksigen terlarut untuk setiap perlakuan berbeda. Perlakuan tanpa penambahan bahan organik menunjukkan kisaran nilai yang lebih tinggi dari dua perlakuan yang lain. Nilai oksigen terlarut untuk perlakuan ini berkisar antara 6,9 –8,0 mgL. Penambahan bahan organik 0,5 mgL memiliki kisaran nilai antara 4,7 –6,7 mgL. Pada perlakuan dengan bahan organik 1,0 mgL diperoleh nilai oksigen terlarut antara 3,8 –5,3 mgL. Nilai kandungan oksigen terlarut berbeda antar perlakuan bahan organik. Nilai oksigen terlarut pada perlakuan tanpa penambahan bahan organik B.O 0 mgL lebih tinggi dibading perlakuan B.O 0,5 mgL dan 1,0 mgL P0,05; Lampiran 5. Suhu yang tercatat berkisar antara 26,1-27,4 °C. Kisaran nilai pH berada pada rentang 6,9-7,7. Variasi nilai pH kecil dan masih memenuhi syarat hidup untuk biota perairan, yakni 6-9. Hasil pengukuran suhu dan pH pada masing- masing wadah pemeliharaan tidak memperlihatkan kenaikan maupun penurunan suhu yang nyata Lampiran 6. 49 Hari ke- 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 K an du ng an ok si ge n te rl ar ut m g l 2 4 6 8 Bahan organik 0 mgl Bahan organik 0,5 mgl Bahan organik 1,0 mgl Gambar 13. Nilai kandungan oksigen terlarut mgL di wadah pemeliharaan Chironomus dari hari ke-3 sampai dengan hari ke-18. Larva chironomida yang telah menetas diamati dengan mengukur dimensi kapsul kepala panjang dan lebar dan dimensi tubuh panjang total dan lebar ruas ke-5. Kapsul kepala merupakan bagian tubuh yang memiliki ukuran tetap dalam satu instar yang sama. Untuk melihat perkembangan dari larva chironomida yang dipelihara di laboratorium dibuat grafik yang menghubungkan antara lebar kapsul kepala dengan panjang total tubuh. Gambar 14 menunjukkan grafik yang menghubungkan antara lebar kapsul kepala dengan panjang total tubuh. Berdasarkan pengelompokan koordinat titik yang terlihat di grafik, telah dibuat penentuan kelompok instar sesuai dengan ukuran lebar kapsul kepala. Gambar 14 a menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian, untuk wadah dengan perlakuan tanpa penambahan bahan organik hanya terdapat satu kelompok instar larva chironomida, yakni instar I. Lebar kapsul kepala Chironomus berkisar antara 0,0125-0,0914 mm untuk instar I tersebut. Adapun panjang total tubuh berkisar antara 0,0478-3,9751 mm. Keterbatasan bahan organik adalah faktor yang mempengaruhi terhambatnya pertumbuhan larva Chironomus sp. Pada perlakuan tanpa penambahan bahan organik, kurangnya bahan organik sebagai sumber makanan dan bahan pembuatan berumbung tubes bagi larva chironomida menyebabkan terganggunya pertumbuhan larva. Gambar 14 b menunjukkan grafik pengelompokan instar untuk wadah perlakuan dengan penambahan bahan organik dengan kadar 0,5 mgL. Perlakuan