34
Y
ijkl
= µ + α
i
+
j
+ α
ij
+
ijk
+ ω
l
+
kl
+ αω
il
+ ω
jl
+ α ω
ijl
+
ijkl
3 Keterangan :
Y
ijkl
: nilai respon bahan organik pada lokasi taraf ke-i, kedalaman substrat taraf ke-j, ulangan ke-k dan waktu pengamatan ke-l
µ
: Rataan umum
α
i
: pengaruh lokasi, taraf ke-i
j
: pengaruh kedalaman substrat, taraf ke-j
α
ij
: pengaruh interaksi antara lokasi dengan kedalaman substrat
ijk
: komponen acak perlakuan
ω
l
: pengaruh waktu pengamatan ke-l
kl
: komponen acak waktu pengamatan
αω
il
: pengaruh interaksi waktu dengan lokasi, taraf ke-i, ulangan ke-l
ω
jl
: pengaruh interaksi waktu dengan kedalaman substrat, taraf ke-j, ulangan ke-l
α ω
ijl
: pengaruh interaksi lokasi taraf ke-i, kedalaman substrat taraf ke-j, ulangan ke-l dengan waktu
ijkl
: komponen acak dari interaksi waktu dengan perlakuan Dari model tersebut didapat tiga komponen acak, yaitu komponen acak
untuk perlakuan
ijk
, waktu
ω
l
dan interaksi waktu dengan dengan perlakuan
ijkl
.
3.6.4. Analisis perkembangan dan pertumbuhan larva chironomida
Berdasarkan data panjang dan lebar kapsul kepala dibuat grafik yang dapat memberi gambaran berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi setiap instar larva.
Perubahan ukuran kapsul kepala yang terlihat pada grafik merupakan batas dari masing-masing instar.
Larva chironomida dalam pertumbuhannya terbagi ke dalam empat tahapan atau biasa disebut dengan instar. Larva chironomida mengalami molting pada
setiap fase pertumbuhan menuju tahapan instar berikutnya. Moltng ini terjadi karena adanya pertumbuhan yang terhambat oleh bagian tubuh yang dilindungi
kitin. Dengan demikian, pada tahap ini yang digunakan sebagai tolok ukur dalam menduga pertumbuhan dari tahapan instar ialah ukuran kapsul kepala karena
kapsul kepala ini berukuran tetap dalam satu fase instar. Berdasarkan data panjang dan lebar kapsul kepala dibuat grafik yang dapat
memberi gambaran berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi setiap instar larva.
35 Perubahan ukuran kapsul kepala yang terlihat pada grafik merupakan batas dari
masing-masing instar. Ukuran kapsul kepala yang digunakan untuk menduga pertumbuhan ialah
lebar kapsul kepala bagian tengah yang memiliki lebar maksimum yang diukur secara melintang dan panjang kapsul kepala dari anterior hingga posterior
bagian kapsul kepala larva Dettinger-Klemm 2003. Data panjang dan lebar kapsul kepala diplotkan ke dalam sebuah grafik scatter untuk menduga kelompok
instar. Pendugaan kelompok instar menggunakan pendekatan dari hasil penelitian Dettinger-Klemm 2003 Tabel 2 sebagai centroid dan dilakukan uji cluster
analysis K-means menggunakan program Minitab 14 untuk menentukan ukuran
panjang dan lebar kapsul kepala setiap tahapan instar. Data ukuran panjang dan lebar kapsul kepala kemudian dipisahkan berdasarkan ukuran setiap tahapan instar
untuk diplotkan pada grafik scatter. Data ukuran tersebut diplotkan pada grafik scatter menggunakan program Sigma plot dengan ukuran panjang kapsul kepala
sebagai axis sumbu x dan lebar kapsul kepala sebagai ordinat sumbu y. Dengan demikian akan tergambar pola pertumbuhan dari instar pertama hingga
instar ke empat. Tabel 2. Karakteristik ukuran larva Chironomus sp. berdasarkan instar
Sumber: Dettinger-Klemm 2003.
Instar Head L
µm Head W
µm Body L
mm Body W
µm I
105-108; 123 ± 10.9 101-184; 112 ± 11.2 0.7-2.0
40-201 II
182-224; 199 ± 10.7 159-208; 190 ± 9.9
1.7-3.8 102-347
III 270-405; 355 ± 29.7 245-356; 311 ± 22.3
3.0-7.5 161-564
IV 494-649; 585 ± 40.3 409-592; 510 ± 37.1
4.7-12.8 353-1128
Setelah dilakukan uji cluster, data ukuran setiap instar tersebut diolah menggunakan metode Discriminant Analysis pada program SPSS 16 dengan
tujuan untuk mendapatkan kepastian ukuran instar. Pengolahan data berdasarkan Discriminant Analysis
dilakukan dengan cara membandingkan ukuran antara instar I dan II, instar II dan III, instar III dan IV, dengan tujuan untuk
mendapatkan persamaan linear antar instar tersebut, sehingga akan lebih pasti dalam menentukan ukuran instar. Fungsi persamaan linear tersebut ialah untuk
36 menentukan bahwa ukuran yang didapat termasuk ke dalam tahapan instar
tertentu dengan melihat nilai D diskriminan berdasarkan persamaan berikut. D = v
1
X
1
+ v
2
X
2
+ v
3
X
3
+ … + v
i
X
i
+ a 4 Keterangan :
D : Fungsi diskriminan
v : Koefisien diskriminan untuk variabel ke- i
X : Nilai variabel ke- i
a : Konstanta
i : Jumlah variabel
Berdasarkan persamaan tersebut, jika nilai D 0, maka suatu kelompok ukuran termasuk instar di bawahnya, sedangkan nilai D 0, maka termasuk tahap
instar berikutnya sesuai dengan instar yang dibandingkan. Sebagai contoh, jika model Discriminant Analysis tersebut dilakukan pada instar I dan instar II, dan
diperoleh nilai D 0, maka suatu kelompok ukuran termasuk instar I, jika nilai D 0, maka termasuk tahap instar II, jika nilai D = 0, maka termasuk pada masa
transisi ke tahap instar yang lebih besar. Pengujian statistik untuk melihat perbedaan ukuran tubuh tahapan instar
tertentu pada lokasi berbeda dilakukan dengan menggunakan Uji-t dari dua contoh independen bebas. Hai ini digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari dua
populasi yang bersifat independen, sementara peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Maksud dari independen adalah bahwa populasi yang
satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan populasi yang lain Matjik 2002. Kemungkinan kondisi bahwa peneliti tidak memiliki informasi mengenai
ragam populasi adalah kondisi yang paling sering dijumpai di kehidupan nyata. Perhitungan uji-t ini dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2007.
Hipotesis yang digunakan adalah: Ho : Ukuran tubuh larva chironomida pada instar tertentu sama
H1 : Ukuran tubuh larva chironomida pada instar tertentu tidak sama Perhitungan uji statistik berdasarkan Matjik 2002 adalah:
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
√
5