Student Involvement Theory Grand Theory

13

BAB II TELAAH TEORI

2.1. Grand Theory

2.1.1 Student Involvement Theory

Student involvement theory diperkenalkan pertama kali oleh Alexander Astin pada tahun 1985. Teori ini menjelaskan bagaimana mengembangkan outcome dari pendidikan tinggi dilihat dari bagaimana mahasiswa terlibat dalam pembelajaran. Student involvement theory Teori Keterlibatan menurut Hoffman 1996: 5 kurang berfokus pada apa yang dilakukan oleh pendidik namun lebih pada apa yang dilakukan siswa, menyebabkan siswa menjadi peserta aktif dalam pembelajaran. Pengeluaran energi fisik dan psikologis siswa harus didorong baik di dalam maupun di luar kelas. Proses pembelajaran adalah masalah penting bagi institusi pendidikan dan pelajar, karena itu institusi harus menyediakan sarana dan insentif untuk staf pengajar dan siswa terlibat dalam hubungan yang bermakna. Student involvement theory memiliki lima asumsi dasar, yaitu: 1. Keterlibatan mengacu pada investasi energi fisik dan psikologis dalam berbagai “obyek”. Dalam hal ini, obyek dapat berupa pengalaman siswa ataupun pengalaman yang sangat spesifik, misalnya mempersiapkan praktek Kimia. 14 2. Apapun obyeknya, keterlibatan siswa terjadi di sepanjang kontinum. Siswa yang berbeda menunjukkan tingkatan keterlibatan berbeda pada obyek tersebut dan siswa yang sama mewujudkan tingkatan keterlibatan berbeda pada obyek yang berbeda di waktu yang berbeda. 3. Keterlibatan memiliki fitur kuantitatif dan kualitatif. Taraf keterlibatan siswa dalam pekerjaan akademik dapat diukur secara kuantitatif berapa jam waktu yang dibutuhkan siswa untuk belajar dan kualitatif apakah siswa menelaah dan memahami tugas membaca, atau apakah siswa hanya menatap buku dan melamun. 4. Jumlah pembelajaran siswa dan pengembangan pribadi terkait dengan setiap program pendidikan berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dalam program tersebut. 5. Efektivitas dari setiap kebijakan pendidikan atau praktek berkaitan langsung dengan kapasitas kebijakan atau praktek tersebut untuk meningkatkan keterlibatan siswa. Konsep inti dari teori ini terdiri dari tiga unsur, yaitu input, environment dan outcome. Input dalam teori ini terdiri dari unsur yang berasal dari diri siswa seperti demografi siswa, latar belakang siswa, dan pengalaman belajar sebelumnya. Yang kedua ialah environment lingkungan yang merupakan seluruh pengalaman siswa selama ada di sekolah. Terakhir outcome yang meliputi karakteristik siswa, pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang didapatkan setelah siswa menyelesaikan sekolahnya. 15 Gambar 2.1, memperlihatkan hubungan antar komponen di dalam teori Astin I-E-O. Di dalam gambar ini terlihat bahwa outcome siswa ditentukan oleh input dan environment; pada waktu yang sama, input dan environment juga mempengaruhi outcome. Astin juga menjelaskan bahwa hubungan antara environment dan outcomes tidak dapat dipisahkan pengaruhnya dari input. Student involvement theory berbeda dengan Teori Proses yang tidak memperhatikan hubungan antara input dengan outputs. Gambar 2.1 Model Astin I-E-O Sumber: Astin 1993 Dalam hubungannya dengan environment, penelitian ini menggunakan student engagement Ani: 2013 yang merupakan proxi dari proses pembelajaran di sekolah. Sedangkan outcomes dihitung dengan kesiapan kerja lulusan SMK Jurusan Perbankan Syariah. Penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa input pendidikan yang mungkin mempengaruhi environment dan outcomes.

2.2. Lingkungan Masyarakat