41
2.7. Penelitian Terdahulu
Yanto 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Developing Student’s
Competencies Using Astin’s I-E-O Model: An Identification of Key Education Inputs Based on Indonesian Student Prespectives berhasil membuktikan bahwa
berdasarkan model Astin I-E-O, input motivasi, abilitas siswa sebelumnya, kapasistas kelas, fasilitas belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
environment student engagement. Student engagement selanjutnya secara signifikan juga mempengaruhi outcomes Kompetensi Mahasiswa Akuntansi.
Ani 2013 melakukan penelitian dengan judul Model Pengembangan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Negeri Se-Kabupaten Demak. Penelitian ini
menguji model I-E-O untuk mengetahui pengaruh input pendidikan yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat terhadap environment yang
diukur dengan student engagement maupun pengaruh input pendidikan terhadap outcome pendidikan kewirausahaan berupa sikap kewirausahaan siswa. Hasil dari
penelitian ini bahwa terdapat pengaruh antara lingkungan keluarga terhadap student engagement dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Tidak terdapat
pengaruh antara lingkungan keluarga terhadap sikap kewirausahaan siswa. Terdapat pengaruh tidak langsung antara lingkungan keluarga terhadap sikap
kewirausahaan melalui student engagement dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Terdapat pengaruh antara lingkungan masyarakat terhadap student
engagement dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Terdapat pengaruh tidak langsung antara lingkungan keluarga terhadap sikap kewirausahaan melalui
42
student engagement. Terdapat pengaruh antara student engagement dalam kegiatan pembelajaran di sekolah terhadap kewirausahaan siswa.
Willms 2003 dalam penelitiannya yang berjudul Student Engagement at School: A Sense of Belonging and Participation menempatkan faktor lingkungan
keluarga sebagai variabel yang signifikan dalam mempengaruhi rasa memiliki yang akhirnya juga mempengaruhi keterlibatan siswa student engagement. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa latar belakang sosio ekonomi keluarga mempengaruhi prestasi yang ada di sekolah. Keluarga dengan latar belakang sosio
ekonomi yang tinggi cenderung mempunyai prestasi yang tinggi pula. AUSSE dalam publikasi laporan hasil penelitian berjudul “Student
engagement in New Zealand’s universities” menemukan bahwa lingkungan keluarga yang mendukung dalam segi material akan membuat mahasiswa tenang
dan berprestasi dibandingkan dengan mahasiswa yang bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun akademiknya. Sebanyak 28 mahasiswa
yang memilih bekerja paruh waktu mengalami drop out pada tahun pertama, mahasiswa paruh waktu juga membutuhkan waktu lebih lama untuk
menyelesaikan studinya yaitu 8 tahun AUSSE, 2011. The College Board National Officer for School Counselor Advocacy
2010 mempublikasikan delapan komponen dari kesiapam kerja untuk secara sistematis dapat diimplementasikan oleh konselor di tiap sekolah. Dalam publikasi
tersebut, faktor keterlibatan siswa student engagement dalam ekstrakulikuler maupun di sekolah merupakan salah satu komponen dari delapan komponen yang
berpengaruh dalam kesiapan kerja. Keterlibatan siswa di dalam ekstrakulikuler
43
dapat memperkaya siswa dalam membangun kepemimpinan, bakat dan minat, serta keterlibatan dalam sekolah.
The Pew Forum on Religion and Public Life 2013 meneliti kehidupan beragama, potilik maupun kehidupan kemasyarakatan orang yang beragama Islam
di Timur Tengah dan Afrika Utara. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa di Lebanon sebanyak 44 Musllim melaksanakan hadits dan sunnah
dengan memperhatikan
persepsi di
lingkungan masyarakat.
Hal ini
mengindikasikan bahwa
pelaksanaan ibadah
orang Islam
masih mempertimbangan keadaan yang ada di masyarakatnya. Lingkungan masyarakat
yang terdiri dari mayoritas Muslim akan lebih taat dalam pelaksanaan ibadah sesuai Al-
Qur’an dan hadits.
AUSSE dalam laporan hasil penelitiannya berjudul Student engagement in New Zealand’s universities menemukan bahwa lingkungan keluarga yang
mendukung dalam segi material akan membuat mahasiswa tenang dan berprestasi dibandingkan dengan mahasiswa yang bekerja paruh waktu untuk memenuhi
kebutuhan hidup maupun akademiknya. 28 mahasiswa yang memilih bekerja paruh waktu mengalami drop out pada tahun pertama, mahasiswa paruh waktu
juga membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan studinya yaitu 8 tahun.
44
2.8. Kerangka Pemikiran Teoritis