commit to user
d. Pengaturan In Absensia Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Ketidakhadiran terdakwa atau saksi dalam persidangan sangat mengganggu para penegak hukum, terlebih Jaksa sebagai Penuntut Umum
dan eksekutor putusan hakim. Dengan kejadian seperti ini, akan mengakibatkan membengkaknya jumlah tunggakan-tunggakan perkara
pidana termasuk di dalamnya tindak pidana korupsi ataupun denda-denda yang menjadi sumber penghasilan bagi negara. Untuk menghindari hal ini
beberapa kasus atau perkara pidana yang menurut undang-undang yang berlaku, masuk ke pengadilan diselesaikan meskipun tanpa kehadiran
terdakwa di muka sidang. Peradilan in absensia terhadap tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 38 UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu mengenai hal kehadiran terdakwa di dalam persidangan, jika terdakwa telah dipanggil secara sah,
dan tidak hadir di sidang pengadilan tanpa alasan yang sah, maka perkara dapat diperiksa dan diputus tanpa kehadirannya.
2. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Korupsi
a. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana berasal dari istilah dalam Hukum Pidana Belanda yang disebut strafbaar feit, dengan demikian istilah strafbaar feit
juga terdapat dalam Hukum Pidana Indonesia., tetapi tidak ada penjelasan resmi dari istilah strafbaar feit itu. Oleh karena itu para ahli hukum
berusaha untuk memberikan arti dari istilah strafbaar feit, tetapi belum ada keseragaman pemakaian istilah strafbaar feit, ada yang menggunakan
istilah tindak pidana, peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat dihukum, dan
perbuatan pidana.
commit to user
Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam Adami Chazawi, strafbaar feit
diartikan dengan tindak pidana, yaitu suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana Adami Chazawi, 2002: 55.
Sedangkan menurut Moeljatno, strafbaar feit yang di terjemahkan dengan perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. Moeljatno
merupakan penganut aliran dualisme yang mana memisahkan unsur perbuatan dan unsur tanggungjawab dalam strafbaar feit. Alasan
Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana karena Moeljatno, 1983: 54:
1 Bahwa yang dilarang adalah perbuatan manusia, yaitu suatu kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, artinya larangan itu ditujukan
pada perbuatannya, sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orangnya,
2 Antara larangan yang ditujukan pada perbuatan dengan ancaman hukuman yang ditujukan kepada orangnya, ada hubungan yang erat,
oleh karena itu perbuatan dengan orang yang menimbulkan perbuatan tadi ada hubungan yang erat pula,
3 Untuk menyatakan adanya hubungan yang erat tadi maka digunakan istilah perbuatan pidana yang merupakan suatu pengertian abstrak
yang menunjuk pada dua keadaan kongkrit, yaitu adanya kejadian tertentu perbuatan dan adanya orang yang berbuat.
R. Saleh dalam Martiman Prodjohamidjojo, juga menggunakan istilah perbuatan pidana, yaitu perbuatan yang oleh masyarakat dirasakan
sebagai perbuatan yang tidak boleh atau tidak dapat dilakukan Martiman Prodjohamidjojo, 1997: 15-18.
commit to user
Bermacam-macamnya terjemahan dari istilah strafbaar feit, tidak menjadikan adanya suatu permasalahan, asalkan makna dari istilah
strafbaar feit tersebut sama, dan istilah tindak pidana yang dianggap
merupakan istilah resmi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia sebab hampir seluruh peraturan perundang-undangan di
Indonesia menggunakan istilah tindak pidana Andi Hamzah, 1993: 2. Di dalam suatu tindak pidana terdapat unsur-unsur yang melekat
padanya. Sama halnya dalam mengartikan strafbaar feit yang tersebut di atas, tidak ada keseragaman pemakaian arti strafbaar feit, dan mengenai
unsur-unsur tindak pidana, tidak ada keseragaman pendapat oleh para ahli hukum pidana. Unsur-unsur tindak pidana terbagi dua macam, yaitu unsur-
unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat atau berhubungan dengan diri pelaku tindak pidana dan yang termasuk di dalamnya, segala sesuatu
yang terkandung di dalam hatinya. Unsur-unsur subjektif terdiri dari PAF. Lamintang, 1997: 193-194:
a Kesengajaan intentionopzetdolus dan kealpaan culpa. Kesengajaan intentionopzetdolus terdiri atas: kesengajaan sebagai
maksud oogmerk, kesengajaan sebagai sadar kepastian opzet als zekerheidsbewustzijn
, dan kesengajaan sebagai sadar kemungkinan dolus evantualis. Sedangkan kealpaan culpa terdiri atas: kealpaan
yang disadari dan kealpaan yang tidak disadari Leden Marpaung, 2005: 9,
b Adanya maksud atau niat untuk melakukan tindak pidana, c Ada atau tidak adanya perencanaan dalam melakukan tindak pidana,
d Adanya perasaan takut dari pelaku tindak pidana. Unsur-unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan
keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan- tindakan pelaku tindak pidana harus dilakukan unsur-unsur dari luar diri
pelaku tindak pidana. Unsur-unsur objektif terdiri dari: a Sifat perbuatan pelaku tindak pidana yang melanggar hukum,
commit to user
b Keadaan-keadaan tertentu yang menyertai perbuatan pelaku tindak pidana atau kualitas dari pelaku tindak pidana,
c Hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat atau kausalitas.
b. Pengertian Tindak Pidana Korupsi