commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah
lembaga pendidikan
formal yang
bertanggungjawab atas pendidikan siswa. Salah satu komponen sentral sekolah adalah guru.Guru mempunyai tugas diantaranya mendidik dan
mengajar siswa Guru dalam tugas mendidik dan mengajar kepada siswa harus mengacu kepada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional
menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab. Tujuan pendidikan tersebut perlu dijabarkan lebih khusus pada tiap lembaga yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan
tertentu. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya sembilan 9 tahun yang
diselenggarakan selama enam 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP, atau satuan pendidikan yang sederajat.
Menurut UU RI No.2 Tahun 1989 Tentang Sisdiknas Pendidikan Dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta
didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Depdikbud, 1994:54. Sedangkan pendidikan dasar yang diselenggarakan di SD bertujuan
memberikan bekal kemampuan dasar “baca,tulis,hitung” pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa dengan tingkat perkembangan
serta mempersiapkan mereka mengikuti pendidikan di SLTP Depdikbud, 1999:16
commit to user
2
Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dikembangkan di SD, yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
untuk berkomunikasi dengan menggunakan bilangan-bilangan dan simbol- simbol, serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih khusus tujuan mata pelajaran matematika di SD sebagaimana dalam Depdikbud
1994:3 yaitu: 1. Menumbuhkan
dan mengembangkan
ketrampilan berhitung
menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan matematika. 3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut di SLTP. 4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.
Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit momok bagi sebagian siswa SD. Sehingga sebagian besar
siswa SD enggan, malas, dan sungkan untuk belajar matematika. Menurut Lerner dalam Abdurrahman 2003:299 ada beberapa karakteristik anak
berkesulitan belajar matematika yaitu:Adanya gangguan dalam hubungan keruangan; Abnormalitas persepsi visual; Asosiasi visual motor;perseverasi;
Kesulitan mengenal dan memahami simbol; Gangguan penghayatan tubuh; kesulitan dalam bahasa dan performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor
verba IQ. Selain beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika
tersebut, matematika dianggap sulit oleh anak mungkin karena metode pembelajaran yang monoton metode ceramah dan tugas, kurang adanya
media pembelajaran, penyampaian yang kurang menarik, dan kurang pemahamannya tentang konsep matematika. Sehingga menyebabkan hasil
belajar siswa pada ulangan harian, rata-rata semester serta ulangan Ujian
commit to user
3
Akhir Nasional rata-rata nilai yang dicapai terendah adalah nilai mata pelajaran matematika dibandingkan mata pelajaran yang lain. Hal ini terbukti
dari hasil belajar di bawah KKM, yakni dari jumlah murid 31 siswa nilai yang diperoleh sebagai berikut : perolehan nilai tidak tuntas 17 siswa
54,84 dan tuntas 14 siswa 45,16. Kondisi inilah yang menyebabkan peneliti ingin memperbaiki pembelajaran matematika dengan metode kerja
kelompok, sehingga dapat meningkatkan motivasi hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang
mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dimana mereka saling berinteraksi, saling membantu,, menerima
aturan bersama, kerja bersama sehingga memperoleh hasil kerja kelompok yang layak dan mmperoleh perubahan tingkah laku yang positif serta
berkembangnya hubungan sosial. Penerapan metode kerja kelompok menuntut guru untuk dapat mengelompokkan peserta didik secara arif dan
proporsional. Pengelompokkan peserta didik dalam satu kelompok dapat didasarkan pada : Fasilitas yang tersedia,perbedaan individual dalam minat
belajar dan kemampuan belajar,jenis pekerjaan yang diberikan, wilayah tempat tinggal peserta didik, jenis kelamin, memperbesar partisipasi peserta
didik dalam kelompok, berdasarkan pada lotre atau random. Selanjutnya, pambagian kelompok sebaiknya heterogen baik dari
segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dimana kegiatan belajar yang lebih baik dan kelompok tidak terkesan berat sebelah yaitu ada
kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah. Model pembelajaran kerja kelompok adalah model pembelajaran yang dilakukan secara kelompok
yang heterogen, dengan bekerjasama yang aktif diantara anggota untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Ada banyak nilai pembelajaran kerja kelompok diantaranya adalah meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, memungkinkan para
siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan, memudahkan siswa melakukan penyesuaian
commit to user
4
sosial, memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois,
membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memulihkan hubungan
saling membutuhkan dapat dianjurkan dan dipraktekkan, meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, meningkatkan kemampuan
memandang masalah, dan situasi dari berbagai perspektif, meningkatkan kesetiaan. Dengan penerapan metode kerja kelompok diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa terutama mata pelajaran matematika. Menurut H. Hadari Mawawi mendefinisikan motivasi sebagai
suatu keadaan yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. Motivasi
pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Menurut Hamzah B. Uno
motivasi memiliki beberapa peranan penting yaitu : 1. Peranan motivasi dalam menentukan penguatan belajar. Motivasi dapat
berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya
dapat dipecahkan berkat bantuan hal–hal yang pernah dilalui. 2. Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya
dengan kebermaknaan belajar. Anak akan tertarik belajar sesuatu jika yang dipelajari sedikitnya sudah dapat diketahui dan dinikmati
manfaatnya bagi anak. 3. Motivasi menentukan ketekunan. Seorang anak yang telah termotivasi
untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu
tampak bahwa motivasi belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila seseorang kurangtidak memiliki motivasi untuk
belajar, maka dia tidak tahan belajar. Dia mudah tergoda mengerjakan hal
commit to user
5
lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh dalam ketahanan dan ketekunan belajar.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan motivasi belajar adalah untuk menentukan penguatan belajar, membesarkan
semangat belajar, menentukan ketekunan siswa, dan memperjelas tujuan belajar yang erat hubungannya dengan kebermaknaan belajar. Melihat dan
memperhatikan hasil yang dicapai mata pelajaran matematika rendah, maka peneliti akan berusaha meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
menggunakan metode kerja kelompok.dalam mata pelajaran matematika tentang operasi bilangan pecahan. Dengan harapan dengan metode kerja
kelompok akan menciptakan kerjasama antara anak yang satu dengan yang lainnya dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam mengerjakan
mata pelajaran matematika. Dengan metode kerja kelompok diharapkan anak yang tidak mampu dan malu bertanya akan termotivasi dan mulai senang
belajar matematika. Dengan latar belakang tersebut di atas dan fakta-fakta yang ada di
SDN 1 Kunden maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Matematika Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VI SDN 1 Kunden Karanganom, Klaten Tahun Ajaran 20102011”.
B. Perumusan Masalah