Analisis wacana pemberitaan film Fitna karya Geert Wilders di Harian Umum Republika (edisi 29 MAret-04 April 2008)

(1)

ANALISIS WACANA PEMBERITAAN FILM “FITNA”

KARYA GEERT WILDERS DI HARIAN UMUM REPUBLIKA

(EDISI 29 MARET-04 APRIL 2008)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

SOFWAN TAMAMI

NIM: 104051101959

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS WACANA PEMBERITAAN FILM “FITNA” KARYA GEERT WILDERS DI HARIAN UMUM REPUBLIKA

(EDISI 29 MARET-04 APRIL 2008)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhiPersyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

SOFWAN TAMAMI NIM: 104051101959

Di Bawah Bimbingan

Gun Gun Heryanto, M. Si NIP. 150371094

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Mei 2009

Sofwan Tamami

Draft Pertanyaan :

1. Apa Visi dan misi HU Republika?


(4)

3. Apa yang melatarbelakangi penulisan berita tentang Film Fitna karya Geert Wilders?

4. Bagaimana Republika memandang masalah penayangan Film Fitna karya Geert Wilders?

5. Apa yang ingin disampaikan kepada pembaca tentang berita Film Fitna karya Geert Wilders itu dilihat?

6. Lalu bagaimana Republika sendiri menjaga keobjektifan berita yang dibuat?

7. Bagaimana wacana tentang Film Fitna diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat (dibuktikan dengan terbitnya beberapa edisi)

8. Bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial yang melatarbelakangi wacana yang dibentuk Republika tentang Film Fitna tersebut?

9. Sejauh mana Pengetahuan dan pemahaman wartawan tentang Film Fitna tersebut?

10.Sejauh mana Pengetahuan dan pemahaman wartawan tentang Islam?

11.Apa latar belakang (Background) wartawan yang menulis berita tersebut?

12.Seberapa besar berita ini berpengaruh di masyarakat (segi sosial, ekonomi, politik, hukum, dll)?

13.Bagaimana kebijakan redaksi Republika dalam penulisan sebuah berita?


(5)

15.Bagaimana cara Republika mengemas penulisan berita?

16.Bagaimana Republika sendiri dalam mengemas berita fitna seperti pemakaian kata ganti seperti kita, mereka, dan kami?

17.Bagaimana struktur penulisan di Republika?

18.Bagaimana Republika menentukan topik berita fitna seperti dari judul, tema, lead?

19.Bagaimana Rutinitas media di Republika (misal: editing, rapat redaksi, deadline, waktu terbitnya)

20.Apakah ada Sumber resmi dari Reuters, AP (Assocciated Press), AFP, dan UPI. sebagai empat agen berita terbesar?

21.Adakah Tekanan dari pihak luar misalnya dari pengiklan, pemerintah, pembaca, kondisi ekonomi, teknologi?


(6)

ABSTRAK Sofwan Tamami

Analisis Wacana Pemberitaan Film “Fitna” Karya Geert Wilders di Harian Umum Republika (Edisi 29 Maret-04 April 2008).

Film merupakan medium komunikasi yang sangat ampuh dalam menyampaikan pesa-pesan kepada masyarakat seperti yang dilakukan oleh seorang anggota parlemen Belanda bernama Geert Wilders, pemimpin partai sayap kanan Belanda (PVV Partij Voor De Vrijheid/Party For Freedom) yang merilis sebuah film dokumenter berjudul “Fitna”. Film yang dibuat oleh Wilders ini mendapat banyak tanggapan dari berbagai kalangan di dunia, mereka mengecam ulah anggota legislatif ini yang telah menghina dan melecehkan umat Islam. Harian Republika sebagai harian dengan segmentasi pembacanya mayoritas Muslim berusaha mengekspose masalah tersebut.

Untuk mengetahui cara Republlika dalam mengemas pemberitaannya diperlukan perumusan masalah. Adapun perumusan masalahnya adalah: Bagaimana wacana yang dikonstruksi oleh Harian umum Republika edisi 29 Maret sampai 04 April 2008 tentang film Fitna Karya Geert Wilders? Serta bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial yang melatarbelakangi wacana yang dibentuk HU Republika tentang film Fitna karya Geert Wilders tersebut?

Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Wacana (Discourse Analysis) model Teun A Van Dijk. Data-data dalam penelitian ini disesuaikan dengan model yang digunakan Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Teori Yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Hierarki Pengaruh, karya Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Model hierarki ini menjelaskan bahwa terdapat lima lapisan atau level yang mempengaruhi isi media, yakni level individu, level rutinitas media, level organisasi, level luar media, dan level ideologi media.

Secara struktur makro, tema berita Republika dikemas dengan tema kecaman terhadap Geert Wilders dan penolakan terhadap film “Fitna”. Secara superstruktur Republika menulis berita dengan skema aksi penolakan terhadap film “Fitna” disertai dengan kutipan langsung pernyataan dari beberapa tokoh local dan internasional. Secara struktur mikro, Republika tidak menampilkan gaya bahasa dalam setiap berita. Bentuk kalimat yang digunakan adalah bentuk kalimat langsung, sedangkan kata ganti yang digunakan secara umum adalah kata ganti pernyataan dari nara sumber. Kognisi sosial wartawan yang menulis ini sebagai muslim tidak terlepas dari bias keberpihakan terhadap Islam. Konteks sosial berita ini Republika ingin memberitahukan masalah ini kepada masyarakat muslim bahwa diluar sana masih ada orang yang berpandangan berbeda tentang Islam, apa yang harus dilakukan untuk menyikap masalah seperti itu.


(7)

(8)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis sanjungkan kepada nabi Muhamad SAW yang telah membawa risalah kepada manusia melalui ajaran Al-Qur’an dan hadist-Nya.

Karya tulis ini bukan merupakan sebuah karya besar yang patut dibanggakan karena masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki, mengingat kemampuan dan pengetahuan penulis yang serba terbatas.

Dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Murodi, MA.

2. Pembantu Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi bidang Akademik, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA, serta pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Studi Rizal, LK, MA.

3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Drs. Suhaimi, M.Si. 4. Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Rubiyanah, M.Ag.

5. Dosen pembimbing penulis, Bapak Gun Gun Heryanto, M.Si, atas bimbingan, waktu, wawasan serta dorongan motivasi kepada penulis. 6. Bapak serta Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah

memberikan curahan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.


(9)

7. Pimpinan serta staf pegawai perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pimpinan staf pegawai perpustaakan Dakwah dan Komunikasi yang telah melayani dan memberikan fasilitas literatur kepada penulis.

8. Staf serta pegawai Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan pelayanan serta fasilitas kepada penulis.

9. Yeyen Rostiani, Redaktur Desk internasional HU Republika yang telah memberikan waktu luangnya untuk diwawancarai.

10.Orang tua terkasih, ayahanda Abdul Aziz dan Ibunda H. Khoridah Hamidi yang telah menumpahkan segala curahan kasih sayang serta kesempatan pendidikan kepada penulis.

11.Kakek dan Nenek tersayang, (Alm) H. Abdul Hamid dan Hj. Ka’anih, atas semua perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

12.Kakak Syukri Rifai S.Pd.I, serta adik-adikku Nurfaizah dan Zulfi Hamid Fauzi atas pertanyaan gimana skripsinya? Kapan wisudanya? Pertanyaan yang memotivasi dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

13.Teman –teman Jurnalistik angkatan 2004, Neneng Hasanah atas motivasi serta perhatiannya selama ini, serta Amir, Diah, Erma, Erman, Ery, Fadli, Muzakir, Naufal, Oke, Ratna, Rahma, dan Upay. Serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan, namun tidak mengurangi nilai persahabatan dan perjuangan kita.


(10)

Penulis menyadari karya tulis ini jauh dari bentuk sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran konstruktif agar karya tulis ini bermanfaat bagi para civitas akademik di masa yang akan datang.

Jakarta, Mei 2009


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Teori Hierarki Pengaruh ... 17

B. Konsep Berita ... 21

1. Pengertian Berita ... 21

2. Nilai Berita ... 24

3. Jenis dan Konsep Berita ... 26

4. Proses Pencarian dan Teknik Penulisan Berita ... 27

C. Konsep Film ... 30

1. Pengertian Film ... 30

2. Jenis-jenis Film ... 31

3. Film Dokumenter ... 34

D. Wacana Versi Teun A. Van Dijk ... 35

1. Pengertian Wacana ... 35

2. Segi Teks ... 36

3. Segi Kognisi Sosial ... 37


(12)

BAB III GAMBARAN UMUM HU REPUBLIKA DAN SINOPSIS

FILM FITNA ... 39

A. Sejarah Perkembangan Harian Umum Republika ... 39

B. Profil Harian Umum Republika ... 41

1. Visi dan Misi ... 41

2. Produk dan Servis ... 43

3. Profil Pembaca ... 46

4. Pembaca Republika ... 46

5. Mayoritas Pembaca ... 47

6. Daerah Sebaran ... 47

7. Profesi Pembaca ... 48

8. Penghargaan ... 48

9. Riset Pembaca ... 49

10.Billing Status ... 49

11.Struktur Redaksi ... 49

C. Sinopsis film Fitna ... 50

BAB IV TEMUAN ANALISA DATA LAPANGAN ... 53

A. Analisis Teks Pemberitaan Republika film Fitna 29 Maret – 04 April 2008 ... 53

B. Analisis Pemberitaan Republika film Fitna dilihat dari Kognisi Sosial ... 84

C. Analisis Pemberitaan Republika film Fitna dilihat dari Konteks Sosial ... 87

BAB V PENUTUP ... .92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Samuel P. Huntington, sumber fundamental dari konflik dalam dunia baru pada dasarnya tidak lagi ideologi atau ekonomi, melainkan budaya. Budaya akan memilah-milah manusia dan menjadi sumber konflik yang dominan.1 Sedangkan budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat.2 Yakni minat untuk berucap, bertindak, berkarya dan lain sebagainya. Perbedaan kebudayaan setiap bangsa memaksanya untuk saling bergesekan, dengan tujuan budaya mereka semakin berkembang dan diakui oleh bangsa lain sebagai budaya yang kuat hingga akhirnya membuat suatu peradaban.

Konflik antara peradaban ini menjadi fase terakhir dari evolusi konflik dalam dunia modern, konflik-konflik dunia Barat pada umumnya berlangsung antara raja-raja, antara kaisar, antara monarki absolut dan monarki konstitusional yang berusaha memperluas wilayah kekuasaan mereka, memperluas birokrasi, angkatan bersenjata, dan kekuatan ekonomi. Yang dalam prosesnya sejak revolusi Prancis mereka membentuk negara-negara, sehingga garis-garis prinsipil dari konflik itu merambah menjadi konflik antar bangsa-bangsa, bukan lagi antara raja-raja.

Peradaban sendiri adalah suatu entitas budaya, setiap bangsa yang berada di setiap belahan dunia mempunyai peradaban-peradaban. Karena itu,

1

M. Natsir Tamara dan Elza Peldi Taher (ed.), Agama dan Dialog Antar Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1996) h.3

2

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat (ed), Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h. 18


(14)

suatu peradaban adalah pengelompokkan tertinggi dari orang-orang dan tingkat identitas budaya yang paling luas yang dimiliki orang sehingga membedakannya dari spesies lainnya. Ia dibatasi oleh unsur-unsur objektif seperti bahasa, sejarah, agama, adat-istiadat, dan lembaga-lembaga, juga dibatasi oleh unsur subjektif yang berupa identifikasi diri dari orang-orang itu.3

Konflik antara Raja-raja, maupun Bangsa-bangsa dan antara ideologi berlangsung dalam peradaban Barat, ini terjadi pada perang dingin, dua perang dunia, dan peperangan pada abad 17, 18 dan abad 19. Dengan berakhirnya perang dingin, politik internasional melewati fase Baratnya, dan yang mewarnainya sekarang adalah hubungan antara peradaban Barat dan non Barat serta peradaban-peradaban non Barat itu sendiri.4

Barat sekarang berada pada puncak kekuatan yang luar biasa dalam hubungannya dengan peradaban lain. Lawan super powernya telah hilang dari peta dunia. Budaya Barat banyak yang telah menembus dunia, tetapi pada tingkat yang dasar, konsep-konsep Barat berbeda secara mendasar dari konsep-konsep peradaban lainnya. Ide Barat tentang individualisme, liberalisme, konstitusionalisme, hak-hak asasi manusia, kesamaan, kebebasan, pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law), demokrasi, pasar bebas, dan pemisahan negara dari gereja.5 Namun, sekarang sudah banyak konsep-konsep tersebut terserap ke dalam negara-negara Timur.

Josef Van Ess dalam tulisannya berjudul Islam dan Barat dalam Dialog dalam buku Agama dan Dialog Antar Peradaban menyatakan bahwa

3

M. Natsir Tamara, Agama dan Dialog Antar Peradaban, h. 3 4

Ibid., h. 3 5


(15)

Barat cenderung kepada universalisme yang agresif dan sama dalam pengungkapannya, itu sebabnya mengapa dalam politik Barat pemerintahan dan masyarakat non Barat hak asasi manusia biasanya diperlakukan sebagai suatu standar, yang mereka anggap itu memang sudah seharusnya.6

Begitu dominannya supremasi Barat terhadap negara-negara non Barat mengakibatkan timbulnya para pemberontak yang ingin melawan ideologi Barat, berupa melakukan tindakan-tindakan kasar dan tidak lazim dari golongan Islam garis keras, yang akhirnya membuat negara-negara Barat panik karena telah diancam atau telah diteror bom, ruang-ruang publik telah luluh lantak dihancurkan oleh bom, yang akibatnya menimbulkan chaos dan ketakutan di mana-mana.

Tindakan mereka ini pun sangat dikecam oleh semua golongan yang benci terhadap kekerasan tanpa terkecuali oleh orang-orang Islam lainnya. Mereka beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh beberapa golongan itu tidak merepresentasikan umat Islam secara keseluruhan, tindakan mereka sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam yang cinta akan kedamaian dan saling sayang menyayangi.

Akibat dari perseteruan tersebut, terjadilah “perang ideologi” antara Barat dan Timur, kedua blok tersebut melakukan berbagai cara dengan saling mengklaim bahwa ideologi yang mereka yakini adalah yang paling benar. Hal ini ditunjang dengan adanya kecenderungan provokasi lewat media, menurut suatu studi yang disiarkan oleh kelompok British Muslim di London bahwa

6


(16)

Film Barat meningkatkan purwarupa negatif mengenai umat Muslim dengan menggambarkan mereka sebagai antagonis.

Contoh dari provokasi media secara gamblang terlihat melalui film "Raiders of the Lost Ark" pada tahun 1981, mereka menggambarkan tentang seorang perempuan bercadar bergegas melewati pasar untuk menikmati musik, lalu pada tahun 1998, Film "The Siege" yang dibintangi Bruce Willis dan Denzel Wahington, juga menambah kuat purwarupa monolitik mengenai orang Muslim, Palestina, dan orang Arab yang melakukan kekerasan.7

Demikian pula setelah terjadinya ledakan menara kembar pusat WTC (World Trade Center) di New York pada tanggal 11 September 2001 merupakan poin tersendiri dalam meneliti sikap media massa Barat terhadap Islam. Setelah peristiwa teror ini, banyak yang berpandangan bahwa Hollywood menyajikan gambaran bahwa umat Islam yang tanpa logika menyerang wanita, lelaki, dan anak-anak tak berdosa. Juga berulang kali dipertontonkan seorang muslim yang melakukan peledakan bom dan pembunuhan biadab bersamaan dengan suara adzan dan shalat.

Contoh lain yakni Film Executive Decision, film ini menayangkan peristiwa penyanderaan sebuah pesawat yang dilakukan oleh sekelompok orang Arab Palestina. Film ini memperlihatkan para penyandera sebelum dan selepas membunuh para penumpang tidak berdosa, terlebih dahulu menunaikan shalat. Adegan ini jelas sengaja dibuat dengan tujuan menampilkan citra bahwa teror merupakan bagian dari perilaku yang telah ditetapkan dalam Islam.

7


(17)

Lalu munculah, seorang anggota parlemen Belanda Geert Wilders pemimpin partai sayap kanan Belanda (PVV Partij Voor De Vrijheid/ Party For Freedom) pada hari Kamis 27 Maret 2008 mempublikasikan film dokumenter yang berjudul Fitna, sebuah film yang menggambarkan Alquran sebagai kitab yang mendorong kekerasan dan fasis, ia juga menyamakan Alquran dengan Mein Kempt karya Adolf Hitler yang menyuruh pengikutnya untuk membunuh.8

Tindakan Wilders tersebut dipengaruhi latar belakang kultural yang ada padanya. Menurut Jennifer Noesjirwan dalam tulisannya berjudul Pengalaman Lintas Budaya dalam buku Komunikasi Antar Budaya, menyatakan bahwa setiap orang mempunyai sistem pengetahuan dari budayanya berupa realitas yang tak pernah dipersoalkan lagi, realitas ini menyediakan skema interpretatif bagi seseorang untuk menafsirkan tindakannya dan tindakan orang lain.9

Dalam ranah ilmu sosiologi, bahwa para pelaku yang mempunyai kebutuhan dan tujuan-tujuan tertentu, akan mencoba menggunakan sumber- sumber yang ada untuk memuaskan dirinya, dalam suatu “kendala” yang dibangun lingkungan, termasuk norma-norma dan nilai-nilai budaya serta kegiatan-kegiatan para pelaku pencari tujuan yang lain, kebutuhan tujuan itu sendiri terangkat dari sistem-sistem budaya, sosial, psikologis, dan biologis.10

Wilders menggunakan film sebagai medium agar dapat diakses oleh semua orang untuk menyebarluaskan pandangannya. Film yang dibuat oleh

8

“Kaum Kanan di Eropa”, HU Republika, Senin 31 Maret 2008

9

Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya, h. 178-179 10

Roderick Martin, Sosiologi Kekuasaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 45-46


(18)

Wilders ini mendapat banyak tanggapan dari kaum muslimin di dunia, mereka mengecam ulah anggota legislatif ini yang telah menghina dan melecehkan umat Islam.

Film merupakan medium komunikasi yang sangat ampuh dalam menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat, karena dengan kelebihan yang dimilikinya, pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah film disajikan secara halus dan menyentuh relung hati tanpa merasa digurui.11

Kasus peluncuran film yang kontroversial ini menjadi berita yang menarik bagi media massa untuk menyebarluaskannya kepada masyarakat, baik negeri yang berpenduduk mayoritas muslim maupun tidak, termasuk di Indonesia, yang penduduk muslimnya terbanyak di dunia.

Salah satu HU nasional yang memberitakan masalah tersebut ialah Harian Umum Republika, HU berskala nasional ini selalu menyajikan masalah tersebut secara intensif. Dan pemberitaan tentang Film Fitna di HU Republika ini layak untuk dikaji lebih jauh dan mendalam.

Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian ini karena wacana pemberitaan tentang film menarik untuk diperbincangkan. Apalagi berkaitan dengan isu SARA (suku, agama, ras dan antar golongan). Karena itulah penelitian ini peneliti beri judul “Analisis Wacana Pemberitaan Film

Fitna Karya Geert Wilders di Harian Umum Republika (Edisi 29

Maret-04 April 2008)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

11

Aep Kusnawan (et.al), Komunikasi dan Penyiaran Islam, Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, (Bandung: Benang Merah Press, 2004) h. 95


(19)

Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa serta kajian selanjutnya, penulis memberikan pembatasan masalah sehingga kajian skripsi ini berfokus pada pandangan HU Republika mengenai Film Fitna karya Geert Wilders.

Peneliti membatasi pemberitaan tentang film Fitna dari Edisi 29 Maret sampai 04 April 2008. Dari edisi ini terdapat beberapa berita mengenai Film Fitna.

Tabel 1.1 Pemberitaan Film Fitna

Edisi Judul

Sabtu, 29 Maret 2008 - “Fitna Menuai Kecaman”

Minggu, 30 Maret 2008 - Wilders 'Fitna' Bisa Diajukan ke Pengadilan - Tegenfilm, Sebuah Balasan untuk Wilders Senin, 31 Maret 2008 - Mahatir: “Boikot Produk Belanda” Selasa, 01 April 2008 - RI Cekal Pembuat Fitna

Rabu, 02 April 2008 - Boikot Produk Belanda Disambut Kamis, 03 April 2008 - Dutch Lady Ikut Kecam Fitna

Jumat, 04 April 2008 - Kebebasan Berekspresi Harus Hormati Agama Lain

- Panen Kecaman dan Boikot

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:


(20)

Edisi 29 Maret sampai 04 April 2008 tentang Film Fitna karya Geert Wilders?

b. Bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial yang melatarbelakangi wacana yang dibentuk HU Republika tentang Film Fitna karya Geert Wilders tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data atau informasi guna diolah dan digunakan untuk mengetahui:

Secara umum: Yaitu memberikan sumbangsih terhadap khazanah ilmu pengetahuan, khususnya bagi perkembangan jurnalistik dan perkembangan media, yang berfungsi sebagai penyampai informasi khususnya media cetak.

Secara khusus: Yaitu untuk mengetahui tanggapan dan alasan pimpinan dan tim redaksional Republika mengenai pemberitaan tentang Film Fitna karya Geert Wilders. Juga ingin memperoleh gambaran, informasi, dan data pemberitaan mengenai masalah ini.


(21)

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Lexy J. Moleong yang mengutip pernyataan Bogdan dan Bilklen menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.12

Guba dan Lincoln mengemukakan bahwa paradigma adalah basic belief system atau sistem keyakinan dasar. Segala sesuatu yang tertanam secara dalam, meliputi kepercayaan, gagasan, pemahaman, dan harapan yang memiliki kekuatan luar biasa dalam mengarahkan sebuah perilaku.13

Dalam studi mengenai bahasa, ada beberapa pandangan dalam analisisnya, yaitu Pandangan Positivisme, Pandangan Konstruktivisme, dan Pandangan Kritis.

Dalam penelitian tentang wacana pemberitaan film ini, peneliti menggunakan Paradigma Konstruktivisme. menurut pandangan ini, bahasa tidak hanya dilihat dari segi gramatikal, tetapi juga melihat apa isi atau makna yang terdapat dalam bahasa itu, sehingga analisis wacana yang disampaikan

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, cetakan kedelapan 1997) h. 30

13

Guba, E.G. & Lincoln, Y.S. Competing Paradigms In Qualitative Research. Chapter 6 in N.K. Denzin & Y.S. Lincoln (Eds) Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, CA: Sage Publications (1994), h. 107


(22)

menurut pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.14

2. Metode penelitian

Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan ini menggunakan metode untuk menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan dapat dipahami.

Penelitian merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang didasarkan karena sifat manusia yang mempunyai hasrat tinggi ingin tahu tentang sesuatu. Penelitian ilmiah merupakan suatu bentuk penelitian dengan mempergunakan cara berpikir yang sistematis, logis, dan obyektif.15

Secara metodologis, berdasarkan cara pendekatannya penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif eksplanatif, yang bertujuan untuk mencari sebab dan alasan ”mengapa”, diantaranya menjelaskan secara akurat mengenai satu bahasan topik, menghubungkan topik-topik yang berbeda namun memiliki kesamaan, dan membangun atau memodifikasi sebuah teori dalam topik baru atau menghasilkan bukti untuk mendukung sebuah penjelasan atau teori.16

14

Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 83

15

Ibid.,h. 2 16


(23)

Eksplanatif tidak hanya sekedar memberikan gambaran (deskriptif) dari sebuah permasalahan yang diteliti saja, melainkan juga berusaha menjelaskan pembahasan yang telah diteliti secara lebih mendalam lagi.17

Menurut Turnomo Rahardjo dalam tulisannya berjudul Triangulasi; Penerapannya Dalam Studi Komunikasi Antar Budaya, menyatakan pendekatan kualitatif memiliki relasi dengan analisis data visual dan data verbal yang mereflesikan pengalaman sehari-hari. dalam pelaksanaannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat non-kuantitatif, seperti menggunakan instrumen wawancara mendalam (indepth interview) dan pengamatan (observation), karena penelitian yang dilakukan berusaha untuk menerangkan realitas sosial sebagaimana yang dialami oleh individu-individu.18

Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu, untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu.19

Menurut Creswell, yang dikutip oleh Turnomo Rahardjo mengemukakan secara ringkas perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian pendekatan kualitatif.

Tabel 1.2 Asumsi-asumsi pendekatan kuantitatif dan kualitatif20 Asumsi

Ontologi

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006, h. 35-36

17

Junaidi, Analisis Framing Film Berbagi Suami karya Nia Dinata, Jakarta: Penelitian UIN Syahid 2007, h. 10

18

M. Antonius Birowo (ed.), Metode penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004) h. 2

19

Lexy, h. 2 20


(24)

Epistemologi

Aksiologi

Retorika

! !

Metodologi

!


(25)

"

!

"

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang telah dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.21

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara:

a. Observasi Teks, observasi atau pengamatan langsung dilakukan kepada teks yang akan diteliti, dalam hal ini peneliti mencari dan menghimpun berita yang dimuat HU Republika dari edisi 29 Maret sampai dengan edisi 04 April 2008, dengan cara mencari di HU atau dengan mendatangi langsung Pusat data Republika.

b. Wawancara, ini dilakukan untuk mengumpulkan dan menguatkan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada dewan redaksi atau wartawan yang menulis pemberitaan tentang Film Fitna

21


(26)

di HU Republika.22

c. Dokumentasi: menyelidiki benda-benda tertulis seperti arsip-arsip berita, buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dan dengan pemanfaatan teknologi informasi, yaitu dengan mengakses situs resmi HU Republika www.republika.co.id.

4. Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis wacana versi Teun A Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.23

Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:24

Struktur Wacana

22

Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), h. 187

23

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001) h. 4

24

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. keempat April 2006) h. 74


(27)

Struktur Makro # #

Superstruktur $ $

Struktur Mikro $ %

Struktur Mikro $ &

Struktur Mikro $ %

Struktur Mikro ' ( )

Setelah menganalisis data, peneliti mengolah data yang telah terkumpul dari edisi 29 Maret sampai dengan edisi 04 April 2008.

Edisi Judul

Sabtu, 29 Maret 2008 “Fitna Menuai Kecaman”

Minggu, 30 Maret 2008 - Wilders 'Fitna' Bisa Diajukan ke Pengadilan

- Tegenfilm, Sebuah Balasan Untuk Wilders


(28)

Edisi Judul

Senin, 31 Maret 2008 Mahatir: “Boikot Produk Belanda” Selasa, 01 April 2008 RI Cekal Pembuat Fitna

Rabu, 02 April 2008 Boikot Produk Belanda Disambut Kamis, 03 April 2008 Dutch Lady Ikut Kecam Fitna

Jumat, 04 April 2008 - Kebebasan Berekspresi Harus Hormati Agama Lain

- Panen Kecaman dan Boikot

E. Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulisan skripsi ini dibagi menjadi menjadi lima bab, Setiap bab terdiri atas sub-sub bab yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta metodologi penelitian yang akan diuraikan point per point.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : Bab ini menjelaskan tentang Pengertian Berita, Nilai Berita, Jenis Berita dan Konsep Berita, Proses Pencarian Berita dan Teknik Penulisan Berita, Definisi Film, Jenis-jenis Film, Unsur-unsur Film, dan Film Dokumenter.

BAB III GAMBARAN UMUM : Dalam bab tiga penelitian ini akan menjelaskan tentang Sejarah dan perkembangan HU Republika, visi dan


(29)

misi, serta konsep-konsep umum pada harian umum Republika yang ditemukan peneliti dalam sumber-sumber pendukung.

BAB IV HASIL PENELITIAN : Bab empat dalam laporan penelitian ini berisi mengenai penjelasan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya.

BAB V PENUTUP : Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh penulis dalam skripsi ini.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Teori Hierarki Pengaruh

Media massa merupakan gambaran sederhana dari sebuah dunia dan sekitarnya, jika kita menyaksikan sendiri sebuah kejadian lalu membaca atau melihat sebuah cerita itu dalam sebuah berita. Banyak kesamaan yang akan kita temukan antara apa yang telah kita lihat dengan apa yang media laporkan. Secara langsung itu adalah hasil dari sebuah proses sederhana tentang isi media massa.

Antara berita dan hiburan keduanya dibentuk, dilindungi dan dipaksa oleh kekuatan beberapa orang. Sebuah kenyataan yang ditayangkan oleh sebuah media di dunia kadang-kadang sangat berbeda. Kadang-kadang dua media menayangkan satu kejadian pada versi yang sama, namun sewaktu-waktu berbeda.

Misalnya sebuah laporan tentang konflik kejadian menunjukan kepada khalayak bahwa bagaimana sebuah isi media diproduksi, menunjukan tentang sebuah kekuatan isi media massa yang dapat memberikan tekanan, peringatan, dan “pukulan” kepada semua orang.

Sebuah teks atau gambar merupakan wajah dari karakteristik sebuah media, informasi-informasi yang didapat oleh wartawan tersebut mengalami sebuah proses penggodokan hingga akhirnya menjadi sebuah berita yang siap


(31)

untuk dikonsumsi oleh pembaca. Banyak faktor yang menentukan hingga terjadinya sebuah berita.

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese membuat lima bagian yang mempengaruhi isi media. Lihat gambar di bawah:

Gambar 1 Media Content in Hierarchical Model25

ModelHierarki ini menjelaskan bahwa terdapat lima lapisan atau level yang mempengaruhi isi sebuah media, yakni level individu, level rutinitas media, level organisasi, level luar media dan terakhir level ideologi media.

Faktor pertama, level individu. Adalah pengaruh individu-individu pekerja media, sebuah informasi tentu sangat dipengaruhi oleh individu-individu yang berperan di dalamnya, background personal maupun profesional. Latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, kebudayaan, jenis kelamin, umur maupun ideologi keyakinannya mempengaruhi sudut pandang pemberitaan dalam menyajikan sebuah berita. Sebagai contoh realitasnya adalah wartawan yang beragama Islam tentu berbeda pandangan dengan

25

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, (New York, Longman Publisher USA, Second Edition 1996, h. 64


(32)

wartawan yahudi mengenai peliputan berita tentang Film Fitna dan sebagainya.

Level kedua, level rutinitas media. Selain faktor individu, apa yang dihasilkan oleh sebuah media dipengaruh oleh kegiatan-kegiatan rutinitas media tersebut. Berupa rapat redaksi, waktu deadline, keterbatasan tempat, maupun struktur penulisan dan lain sebagainya.

Istilah routine sendiri merujuk kepada praktek-praktek dan bentuk-bentuk terpola, serta berulang-ulang secara teratur yang digunakan oleh pekerja media untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka, rutinitas dalam media diperlukan untuk memastikan bahwa sistem media akan bertindak dalam cara-cara predictable dan tidak mudah dilanggar.26

Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya.

Level ketiga, pengaruh organisasi. Kebijakan-kebijakan perusahaan tentu memiliki peran penting terhadap isi yang dihasilkan media. Dalam organisasi media massa terdapat bagian direksi, bagian redaksi, bagian manajemen, iklan dan pemasaran, sirkulasi, bagian umum dan lain sebagainya.

Pengertian organisasi pengolahan media massa sendiri adalah sekumpulan orang yang bertekad untuk bekerja sama guna mencapai satu

26


(33)

tujuan yang telah disetujui bersama yakni meyajikan informasi secara periodik melalui media massa.27 Pengolahan yang dilakukan secara bersama-sama ini menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk kepentingan bersama.

Kehadiran HU Republika tidak terlepas dari campur tangan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), karena itu kalangan muslim sangat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham perorang.

Level keempat, level luar media. Yaitu media saingan, setiap media selalu memperhatikan media lain untuk membandingkan berita-berita apa saja yang diterbitkan media tersebut. Hal ini berkaitan dengan saingan pasar dan pemberitaan yang diangkat dalam sebuah media juga berpengaruh terhadap situasi yang terjadi di luar.

Termasuk pengaruh dari luar organisasi media, ini mencakup lobi dari kelompok penting terhadap isi media. Kelompok penyaing tersebut berasal dari praktisi public relations dan pihak pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.

Dalam level ini, terdapat faktor yang erat kaitannya dengan isi berita, yakni sumber informasi. Seperti kelompok minat tertentu, kampanye hubungan masyarakat dan organisasi itu sendiri, sumber penghasilan seperti iklan dan audiens, institusi sosial lainnya seperti bisnis dan pemerintahan serta kondisi ekonomi dan teknologi.

27

JB Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik; Pengetahuan Praktis Bidang Kewartawanan, Surat Kabar, Majalah, Radio Dan Televisi (Bandung: Alumni, 1991) h. 55


(34)

Munculnya kasus Film Fitna yang bersinggungan dengan Islam, HU Republika sebagai “Koran Muslim” berada di garis terdepan secara intens dalam menyampaikan informasi ke masyarakat dibandingkan dengan media nasional lainnya, bahkan maslah ini juga menyeret kepentingan politik dan lintas Negara, HU Republika menginformasikan pendapat dari Pemerintah Indonesia maupun dari Pemerintah Belanda.

Level kelima, pengaruh ideologi media. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat.

Ideologi dalam suatu media maksudnya adalah apa saja yang diyakini oleh kelompok tertentu atau nilai-nilai yang dianut oleh media massa dalam memposisikan dirinya. Lebih jauh lagi, Althusser melihat bahwa ideologi terkadang menekankan bagaimana kekuasaan kelompok dominan dalam mengontrol kelompok lain. Ideologi adalah hasil rumusan dari individu-individu tertentu mengenai suatu hal. Maka tak heran jika makna tersirat dari isi suatu media merupakan nilai dasar dari media tersebut.

Sikap umum dari HU Republika yang menekankan visi Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar serta membela, melindungi dan melayani kepentingan umat, terlihat jelas dari isi berita yang bias keberpihakan terhadap Islam.

B.Konsep Berita 1. Pengertian Berita


(35)

Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita atau informasi yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita.

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu “curiosity’ segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan negara sosialis. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective organizer, a collective agitator, a collective propagandist.”28

Sedangkan pers Barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe bahwa “News is anything out of ordinary” (Berita adalah segala sesuatu yang tidak biasa).29

Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful Muhtadi mengutip Bruce D. Itule mendefinisikan berita dengan mengungkap contoh, berita adalah “man bites dog”, dengan kata lain berita merupakan

28

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda, 2005), h. 32

29


(36)

sesuatu yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya.30

Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.31

Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate yang dikutip oleh AS Haris Sumadiria, menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.32

Pada leksikon komunikasi, berita didefinisikan sebagai berikut33: *

+ , - %

Kustadi Suhendang memandang berita sebagai laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak.34

30

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik; Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos, 1999) h. 108

31

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005) h. 55 32

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. kedua 2006) h. 64

33

Harimukti Kridaksana, (ed), Leksikon Komunikasi, (Jakarta: PT Pradya Paramita, 1984), h. 20

34


(37)

Robert Park membatasi berita sebagai laporan tentang peristiwa yang luar biasa atau tidak terduga. Dennis McQuail mengatakan ”semua peristiwa yang dilaporkan sebagai berita yang bersifat luar biasa atau paling sedikit tak terduga sebagai syarat yang lebih penting ketimbang ’signifikan nyata’ berita sendiri.35

Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta adalah berita.36 Ada faktor-faktor tertentu mengapa berita ini layak dipublikasikan sedangkan berita itu tidak, berita memiliki beberapa kriteria nilai apa saja yang lazim dipakai dalam memilih berita.

Menurut Downie JR dan Kaiser yang dikutip Septiawan Santana K, nilai berita merupakan istilah yang tidak mudah untuk didefinisikan. Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikongkretkan. Nilai berita juga menjadi rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep berita.37

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat menjelaskan nilai-nilai berita sebagai berikut38:

a. Aktualitas (Timeliness), bagi sebuah surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. Saat ini ada surat kabar menerapkan kebijakan untuk dua kali terbit dalam sehari pagi dan sore, seperti yang dilakukan oleh Koran Seputar Indonesia dan Kompas.

Etik, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 103 35

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 190

36

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, h. 63 37

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005) h. 17

38

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, h. 61


(38)

b. Kedekatan (Proximity), peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Unsur kedekatan ini tidak harus dalam pengertian fisik, tapi juga bisa kedekatan emosional, misalnya, penderitaan kaum muslim di palestina akan menggugah kaum muslim di Indonesia meski secara fisik letak kedua Negara sangat jauh. Semakin dekat lingkaran itu ke tempat jatuhnya batu, semakin kuat pula lingkaran gelombangnya, kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita itu. Oleh karena itu saat ini semakin menjamurnya Koran-koran yang berskala lokal di beberapa daerah.

c. Keterkenalan (Prominence), kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent names) memang akan banyak menarik pembaca, ”personages make news” dan ”news about prominent persons make copy” (“tokoh membuat berita” dan ”tokoh-tokoh terkenal membuat naskah berita”). Misalnya presiden Soesilo Bambang Yudhoyono terjatuh ketika bermain Sepak Bola, bisa menjadi berita, tetapi kalau hal serupa dialami oleh seorang sipil meski bernama sama, tak banyak orang yang menghiraukannya.

Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja, tapi bisa juga tempat-tempat terkenal, peristiwa-peristiwa terkenal, tanggal-tanggal terkenal dan situasi-situasi terkenal memiliki pula nilai berita yang tinggi.

! , .

/

e. Human interest, dalam berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati, atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya. Tidak ada satu pun berita bisa dimuat dalam surat kabar kecuali berita itu memiliki unsur human interest.

Sedangkan menurut Luwi Ishwara, peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita yakni39:

a) Konflik, kebanyakan konflik adalah berita. Konflik fisik seperti perang adalah layak berita karena adanya kerugian dan korban. Kekerasan itu sendiri membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Asep Saeful Muhtadi menyatakan sesuatu pergolakan memang selalu menimbulkan perhatian masyarakat.40

b)Kemajuan dan bencana, menurutnya dari konflik biasanya muncul pihak yang menang dan pihak yang kalah. Demikian pula berita bencana alam

39

Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2005) h. 53 40


(39)

seperti tsunami di Aceh, banjir yang melanda perkotaan maupun pedesaan, dan lain-lain.

c) Konsekuensi, semua peristiwa yang layak menjadi berita mempunyai konsekuensi, suatu peristiwa yang mengakibatkan timbulnya suatu rangkaian peristiwa yang mempengaruhi orang banyak adalah layak berita. d)Kemasyhuran dan terkemuka, bahwa suatu nama bisa membuat berita dan

nama besar membuat berita lebih besar.

e) Saat yang tepat dan kedekatan, sebagai ukuran yang diterapkan pada semua peristiwa dalam membedakan berita dari yang bukan berita.

f) Kegan jilan, yakni kejadian atau peristiwa yang tidak biasa. g) Human interest

h) Seks, faktor ini umum untuk dipertimbangkan oleh para editor sebagai nilai berita, bila dihubungkan dengan orang terkenal. Misalnya kisah skandal seks mantan presiden AS Bill Clinton.

Berbagai elemen nilai berita tersebut harus dipaparkan dengan bahasa dan pelaporan berita. Yang tata cara penulisannya tidak sama dengan penulisan makalah, atau laporan pertanggungjawaban.

Karena itu Berita dibagi ke beberapa kategori, berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news).41 Berita berat menunjuk pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian dan harus disampaikan secepat mungkin seperti banjir, gempa, tsunami, dan lain-lain. Sedangkan berita ringan menunjuk kepada peristiwa unsur-unsur kemanusiaan, seperti pernikahan seorang waria, kehidupan korban bencana, dan lain sebagainya.

Menurut AS Haris Sumadiria berita dapat di kelompokkan kepada berbagai jenis tertentu sesuai dengan tingkatannya42:

1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya sebuah peliputan langsung tentang kematian mantan presiden Soeharto setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.

2. Depth news report, laporan langsung suatu peristiwa secara mendalam, wartawan mencari fakta-fakta lebih mengenai peristiwa itu

41

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, h. 66 42


(40)

sebagai informasi tambahan. Tentang kematian mantan presiden Soeharto, reporter akan memasukan berita tentang kesehatan Soeharto selama dirawat sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya.

3. Comprehensive news merupakan laporan tentang suatu peristiwa secara menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Comprehensive news mencoba menggabungkan berbagai serpihan berita Straight news dalam bangunan cerita peristiwa.

4. Interpretative report, berita ini biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.

5. Feature story, ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan).43 Wartawan mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya, penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experiences) yang lebih bergantung pada gaya penulisan dari pada pentingnya informasi yang disajikan.

6. Depth reporting, pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. 7. Investigative reporting, wartawan melakukan penyelidikan untuk

memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan.

8. Editorial writing, adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendpat umum, editorial menyajikan berita fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.

Terdapat empat konsep yang harus dipenuhi oleh sebuah berita yang layak dipublikasikan.44 Yaitu:

* 0 + 1

" - ,

2 (

Proses kerja redaksional menentukan apakah suatu peristiwa memiliki nilai berita sesungguhnya atau tidak, seorang redaktur menentukan apa yang

43

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 20 44


(41)

harus diliputi, sementara seorang reporter menentukan bagaimana cara meliputnya dengan tahap pencarian dan penggarapan berita, setelah seluruh materi terkumpul, maka tahap selanjutnya ialah melakukan penulisan dan penyuntingan (editing).

Sebelum seorang reporter turun ke lapangan, ia harus lebih dahulu mendengarkan dari redakturnya tentang hasil rapat redaksi di pagi hari. Rapat pagi biasanya dipimpin oleh pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana untuk menentukan berita-berita apa saja yang harus diliput.

Luwi Ishwara mengutip pernyataan mantan wartawan Wall Street Journal Ronald Buel mengatakan bahwa proses jurnalisme mempunyai lima lapisan keputusan45:

1. Penugasan (data assignment), yang menentukan apa yang layak diliput dan mengapa?

2. Pengumpulan (data Collecting), yang menentukan bila informasi itu yang telah dikumpulkan itu cukup?

3. Evaluasi (data evaluation), yang menentukan apa yang penting untuk dimasukkan dalam berita?

4. Penulisan (data writing), yang menentukan kata-kata apa yang perlu digunakan?

5. Penyuntingan (data editing), yang menentukan berita mana yang perlu diberikan judul yang besar dan dimuat di halaman muka, tulisan mana yang perlu dipotong, cerita mana yang perlu diubah.

Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu46:

* + &

/ 3

3

45

Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, h. 91-92 46

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), h. 47-48


(42)

Dalam sebuah karya jurnalistik, gaya atau teknik penulisan perlu diperhatikan sebab dalam pekerjaan jurnalistik unsur kecepatan dan ketepatan mutlak dijadikan patokan. Hal ini sesuai dengan unsur layak berita. Berbeda dengan sebuah penulisan novel atau drama atau semua penulisan yang bukan berita, yang memulai jalan ceritanya dengan latar belakang jalannya berita yang terus berkembang menuju klimaks.

Berbeda halnya dengan penulisan berita yang dimulai dengan klimaks dalam alinea pertama atau biasa disebut lead, kemudian berkembang menjadi rincian berita yang berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap saja yang lazim disebut dengan tubuh berita.

Teknik melaporkan atau menulis berita merujuk kepada pola piramida terbalik, model menulis yang mengikuti bentuk segitiga yang terbalik, bagian atasnya lebar, bagian bawahnya menyempit. Inti berita ditekankan di bagian awal, selanjutnya semakin ke bawah, menuju bagian akhir semakin tidak penting, hanya sisipan-sisipan keterangan.47

Tulisan gaya ini mengacu kepada unsur 5W+1H yakni apa (What), siapa (Who), kapan (When), di mana (Where), mengapa (Why), dan bagaimana (How). Keenam unsur ini harus dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas, dan menarik, sehingga pembaca tinggal ”melahapnya” saja. Jika mempunyai banyak waktu bisa membaca paragraf-paragraf lainnya dari yang penting hingga sama sekali tidak penting.

47


(43)

Pada Straight news pembukaan atau lead ditempatkan pada awal berita, yang isinya berupa fokus peristiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi.48 Lead atau teras berita harus mencerminkan keseluruhan isi berita. Karena ia berada pada paragraf pertama yang bertujuan untuk memancing khalayak pembaca untuk tertarik membaca informasi-informasi lainnya yang berada di paragraf-paragraf selanjutnya (tubuh berita). Friedlander dan Lee menyatakan informasi di puncak piramid (lead) merupakan informasi yang sangat penting.49

Selain itu, ada teknik penulisan berita yang disebut piramida terbalik bertumpuk, maksudnya tidak semua unsur penting dalam berita ditempatkan di bagian lead, tetapi disebar dalam semua bagian berita itu. Jadi, dalam setiap alinea berita ada unsur penting, sehingga khalayak tertarik mengikuti seluruh isi berita itu dan bukan hanya leadnya.50

!

" !

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat positif (yang akan dimainkan di Bioskop).51 Sedangkan secara etimologi, film adalah susunan gambar yang ada dalam seluloid, kemudian diputar dengan mempergunakan teknologi proyektor yang

48

Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, h. 117 49

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 23 50

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 60 51


(44)

sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, dan bisa ditafsirkan dalam berbagai makna.52

Sedangkan menurut Aep Kusnawan, film adalah bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan.53

Sedangkan menurut UU no. 8 tahun 1992 pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan-bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi, mekanik, elektronik dan/atau lainnya.54

Kata film digunakan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan media massa film dari produksi hasilnya dan tempat pertunjukannya sampai kepada kegiatan sosial kultural, artistik dan industri yang berhubungan dengan film, film adalah teknologi hiburan massa dan untuk

52

Gatot Prakoso, Film Pinggiran Antologi Film Pendek, Eksperimental dan Dokumenter, FFTV-IKJ dengan YLP, (Jakarta: Fatma Press, 1997) h. 22

53

Aep Kusnawan, et.al, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, (Bandung: Benang Merah Press, 2004) h. 95

54

M. Jufri, Penggunaan Media dan Penelitian Isi Pesan Film Oleh Khalayak Penonton :

Study Tentang Tingkat Apresiasi Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Terhadap Film Indonesia dan Film Amerika, Tesis Program Studi Ilmu Komunikasi Pasca Sarjana Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Perpustakaan FISIP UI, 1997) h. 1


(45)

menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dan skala luas di samping pers, radio, dan televisi.55

Juga menurutnya film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetika yang kompleks. Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi kata-kata dan musik. Jadi, film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks.56

2. Jenis-Jenis Film

Menurut Aep Kusnawan terdapat Jenis-jenis film yaitu: /

' "

,

4 !

55

Sean Mc Bride, Komunikasi Dan Masyarakat Sekarang Dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, UNESCO, 1983) h. 120

56


(46)

! $

( 5

67

8 . )

/ 69

Film memiliki beberapa unsur, unsur-unsur film yaitu: *

+ ,

!

- #

2 :

6 ;

< ,

4

57

Aep Kusnawan, et.al, Komunikasi dan Penyiaran Islam….h. 101 58

Ojong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) h. 214


(47)

7 $ !

9 !

= $

*> **

6=

Sedangkan struktur-struktur sebuah film yaitu:

* ,

+ ,

- ?

2 , !

6 4

< " #

/ !

7 4

9 $ ! ! !

59


(48)

!

! <>

3. Film Dokumenter

Istilah Documentary dimulai oleh seorang sutradara Inggris, John Grierson, untuk menggambarkan suatu jenis khusus film yng dipelopori oleh seorang Amerika bernama Robert Flaherty. Film dokumenternya itu didefinisikan oleh Grierson sebagai ”karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”.61

Film buatan Flaherly merupakan interpretasi yang puitis yang bersifat pribadi dari kenyataan-kenyataan. Film pertamanya adalah Nanook of The North (1922), yang menggambarkan perjuangan sehari-hari dari sebuah keluarga Eskimo untuk mempertahankan hidupnya di kutub Utara. Pada tahun 1929 John Grierson membuat film Drifters yang dianggap sebagai film dokumenter pertama di Inggris, film tersebut menggambarkan kehidupan para nelayan Skotlandia.62

Dokumenter adalah dokumentasi dalam bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan.63

Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita (news value) untuk dihidangkan kepada penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedang

60

Ibid,.h. 103 61

Ojong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, h. 214 62

Ibid….h. 214 63


(49)

untuk membuat film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang.

Menurut UU no. 8 tahun 1992 pasal (1) menyatakan bahwa film dokumenter adalah film yang tidak termasuk untuk diserahkan atau disimpan di arsip nasional berdasarkan UU kearsipan dalam arti informasinya tidak berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah dan kehidupan berbangsa dan bernegara.64

D. Pengertian Wacana versi Teun A. Van Dijk 1. Pengertian Wacana

Dalam buku Eriyanto, banyak yang mendefinisikan pengertian wacana. Di antaranya:

"

0 0 )

/ *=99

"

5 *==+

@ @

' *=77 <6

64

Dina Istiyanti, Pelestarian Film Nasional, Tesis Pasca Sarjana UI, 1999, h. 56 65

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, ((Yogyakarta: LKiS, 2001) h. 2


(50)

Sedangkan menurut Ismail Marahimin yang dikutip oleh Alex Sobur mengartikan wacana sebagai ”kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya”, dan ”komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur”.66

Wacana oleh Teun Van A Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.67

" #

Menurut Barthes yang dikutip oleh Alex Shobur, teks adalah sebuah objek kenikmatan.68 Sebuah kenikmatan kala sedang menyelusuri halaman demi halaman objek yang dibaca. Van Dijk melihat melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, Struktur Makro, ini merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.69

Kedua, Superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, Struktur Mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.70

66

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. Ke empat April 2006) h. 10

67

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 224 68

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 52 69

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 226 70


(51)

#

Tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, Van Dijk juga memperhatikan bagaimana suatu teks diproduksi. Yang ia sebut Kognisi Sosial, kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut.71

Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan kontek sosial, pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa.72

#

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis imtertekstual dengan mneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.73

Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:74

# $ $ (

# #

$ $ $

71

Ibid,.h. 260 72

Ibid,.h. 260 73

Ibid,.h. 270 74


(52)

$ ( $ %

$ ( $ &

$ ( $ %

$ ( ' (


(53)

BAB III

GAMBARAN UMUM HARIAN UMUM REPUBLIKA DAN SINOPSIS FILM FITNA

A. Sejarah Perkembangan Harian Umum Republika

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas Muslim bagi publik di Indonesia.75 Menurut Yeyen Rostiani “Republika adalah sebuah media untuk komunitas muslim, mayoritas pembaca Republika adalah muslim tapi tidak seratus persen karena ada juga yang non muslim.” 76

Penerbitan koran ini merupakan puncak dari upaya panjang umat, khususnya para wartawan profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muda Indonesia (ICMI) yang dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993.

Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehdiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham perorang. PT Abdi Bangsa Tbk, sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik.

75

www.republika.co.id 76

Wawancara dengan Yeyen Rostiani (Redaktur Desk Internasional HU Republika), Pada Tanggal 10 Juli 2008


(54)

Mengelola usaha penerbitan Koran bukan perkara sederhana. Selain sarat dengan modal dan sarat SDM, bisnis ini pun sarat teknologi. Keberhasilan Republika menapaki usia 10 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu.

Pada tanggal 17 Agustus 1995, beberapa hari menjelang Microsoft meluncurkan Internet Explorer. Republika membuka situs website (www.republika.co.id) di internet. Republika menjadi yang pertama mengoperasikan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) pada 17 Mei 1997 di Solo. Pendekatan juga dilakukan kepada komunitas pembaca lokal. Republika menjadi salah satu koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Selalu dekat dengan publik pembaca adalah komitmen Republika untuk maju.77

Secara institusi, PT Abdi Bangsa Tbk, juga terus berkembang seiring dengan perjalanan waktu. Yayasan Abdi Bangsa, yang semula menjadi pemegang saham sekaligus pengembali media ini, terus merangkul semua pihak dengan konsekuensi persentase sahamnya terus menurun, serta tidaklagi menjadi pengendali utama. Hal ini dilakukan untuk memenuhi komitmen bahwa Republika memang milik semua kalangan, bukan salah satu pihak tertentu, dari lingkungan komunitas umat.

Komposisi saham perusahaan mengalami perubahan signifikan pada November 2000, setelah kelompok usaha Indopac Media, masuk mengambil

77


(55)

40% saham. Pada tahun 2002, posisi media ini sebagai perusahaan publik ditegaskan dengan tercatat dalam papan jual-beli saham di Bursa Efek Jakarta.

Mulai tahun 2004, Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT Abdi Bangsa naik menjadi perusahaan induk (Holding Company). Di bawah naungan PT RMM, Republika terus menjadi inovasi penyajian untuk kepuasan pelanggan. Segala kreativitas dicurahkan untuk sedapat mungkin membuat Republika selalu dekat dan meladeni keinginan publik.

Manajemen juga terus dikembangkan unuk menjawab perkembangan keadaan. Kerja keras manajemen tidak sia-sia. Secara pasti, tingkat bisnis perusahaan ini terus tumbuh. Pada Mei 2001, Republika mencatat sejarah setelah perolehan dari iklan melampaui nilai penjualan koran. Banyak perusahaan penting telah mempercayakan Republika sebagai tempat mempromosikan produknya. Hal tersebut dapat dipahami lantaran komunitas muslim terbukti merupakan sasaran yang potensial seperti terlihat pada fenomena merebaknya ibadah umrah dan lain-lain.

B. Profil Harian Umum Republika

1. Visi dan Misi Harian Umum Republika Visi

Sikap umum :

1. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar

2. Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat 3. Mengkritisi tanpa menyakiti


(56)

4. Mencerdaskan, mendidik, dan mencerahkan 5. Berwawasan kebangsaan

Misi

Politik :

1. Mengembangkan demokrasi

2. Optimalisasi peran lembaga-lembaga negara

3. Mendorong partisipasi politik semua lapisan masyarakat 4. Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik 5. Penghargaan terhadap hak-hak sipil

6. Mendorong terbentuknya pemerintahan yang bersih

Ekonomi :

1. Mendukung keterbukaan dan demokrasi ekonomi 2. Mempromosikan profesionalisme

3. Berpihak pada kepentingan ekonomi domestik dari pengaruh globalisasi

4. Pemerataan sumber-sumber daya ekonomi 5. Mempromosikan etika dan moral dalam berbisnis 6. Mengembangkan ekonomi syariah

7. Berpihak pada usaha menengah, kecil, mikro, dan koperasi (UMKMK)

Budaya :

1. Kritis-apresiatif terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang berkembang di masyarakat.


(57)

2. Mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, dan mempertajam kepekaan nurani

3. Menolak bentuk-bentuk kebudayaan/kesenian yang merusak moral, akidah, dan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan

4. Menolak pornografi dan pornoaksi Agama :

1. Mensyiarkan Islam

2. Mempromosikan semangat toleransi

3. Mewujudkan “islam rahmatan lil alamin”dalam segala bidang kehidupan

4. Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat. Hukum :

1. Mendorong terwujudnya masyarakat sadar hukum 2. Menjunjung tinggi supremasi hokum

3. Mengembangkan mekanisme checks and balance pemerintah-masyarakat

4. Menjunjung tinggi HAM

5. Mendorong pemberantasan KKN secara tuntas.

2. Produk dan Servis78 b) Harian Republika

78


(58)

Republika adalah harian berbahasa Indonesia yang memiliki pangsa pasar yang khas, yakni komunitas Islam. Dengan motto “pegangan kebenaran” menunjukan semangat baru ntuk mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki era baru yaitu era perubahan di segala aspek.

a. Rubrik Jack &Suzy Welch

Rubrik ini merupakan kerja sama Republika dengan The New York Times, pembaca bisa mengirimkan pertanyaan seputar bisnis dan manajemen, untuk diseleksi dan dijawab langsung oleh Jack Welch mantan CEO General Electric dan Suzy Welch mantan editor Harvard Business Review.

b. Rubrik Walt Disney

Merupakan rubrik yang bekerjasama dengan Walt Disney company, perusahaan yang sangat terkenal dalam dunia hiburan untuk anak-anak.

c. Suplemen Harian

Suplemen ini terbit mulai Senin hingga Sabtu. a) Senin: suplemen pendidikan

b) Selasa: Suplemen Medika c) Rabu: suplemen Tren Teknologi d) Kamis: suplemen otomotif e) Jumat: suplemen property

f) Sabtu: suplemen akhir pekan, mengulas seputar berita positif tentang artis/public figure, TV/radio Guide, DVD info, objek-objek wisata dan lain-lain.

d. Minggu (edisi Ahad): menampilkan rubrik unggulan, seperti: 1. Laporan utama, isu aktual dalam perspektif keluarga Indonesia. 2. Kiriman anda, liputan peristiwa dan foto kiriman pembaca

3. Foto nostalgia, foto zaman dahulu beserta penjelasannya, kiriman dari pembaca.

4. Korcil (Koran cilik)

e. Majalah Olahraga Bulanan (gratis untuk pembaca) f. Tabloid Mingguan (gratis untuk pembaca):


(59)

a) Dialog Jumat, menginformasikan ulasan yang lebih mendalamseputar perkembangan dunia Islam baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri.

b) Arena, majalah olah raga dan lifestyle modern, full colour, 100 halaman, terbit setiap Sabtu akhir bulan, menyajikan peristiwa penting dunia olahraga, serta ulasan gaya hidup terkini.

g. Liputan Khusus (Lipsus) dan Edisi Khusus

setiap bulannya akan diterbitkan liputan khusus dan edisi khusus tentang pemberitaan yang lebih lengkap dan rinci dari berbagai industri. Juga liputan khusus PEMDA, merupakan layanan terbaru Republika untuk melayani pemberitaan perkembangan pembangunan dan lain sebagainya, khusus pengelola PEMDA di seluruh Indonesia melalui media informasi pembaca.

h. Majalah edisi tahunan i. Kerjasama halaman

Sejak desember 2005, Republika merupakan satu-satunya koran nasional yang bekerja sama dengan koran luar negeri yaitu New Straits Time dan Berita Harian dari Malaysia dalam bentuk pertukaran halaman guna memperkaya wawasan pembaca di kedua negara. Berita New Straits Time terbit setiap hari Senin 1 halaman, sedangkan Berita Harian terbit setiap hari Rabu 1 halaman dan sebaliknya.

b. Brand Activation

Unit yang membatu dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung brand Republika dalam bentuk event-event yang diselenggarakan setiap tahunnya.

c. Corporate Social Responsibility

Merupakan wujud kepedulian sosial perusahaan, melalui program “Republika Peduli” sebuah program untuk membangun kecerdasan bangsa, dengan tema “Bagimu Guru Kupersembahkan”, merupakan program pelatihan guru yang didukung oleh Telkom untuk mengadakan pelatihan antara lain: komunikasi efektif, kepribadian menarik, penulisan popular, trend IT, proses kreatif dan motivasi. Tahap awal program fokus kepada pengembangan sumber daya untuk 500 guru di Indonesia.


(60)

d. Dompet Dhuafa Republika

Sebuah organisasi nirlaba yang didirikan untuk menggalang dana dari masyarakat yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi sosial dan kemanusiaan.

e. Republika on-line (website)

Suatu tampilan informasi dengan menggunakan situs internet yang dapat diakses oleh masyarakat umum.

f. Penerbit Buku Republika

Merupakan unit yang mengelola penerbitan buku dengan nara sumber yang pada awalnya berasal dari tulisan atau ringkasan cerita yang pernah dimuat di harian Republika.

g. Republika mobile service (dalam persiapan) 3. Profile Pembaca

a. Komunitas muslim

b. Berpendidikan dan professional c. Toleran dan inklusif

d. Peduli keluarga dan loyal e. Masyarakat perkotaan

f. SES : AB (menengah ke atas) 4. Pembaca Republika

Muda, dewasa dan berpendidikan Tabel 1

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%

Pria wani ta

< 20 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun > 50 tahun


(61)

5. Mayoritas Pembaca

Tabel 2

6. Daerah Sebaran


(62)

7. Profesi Pembaca

Tabel 4

8. Penghargaan

Tabel 5

No Description Date Award

Grantor 1. The Best Article for Trizone

Technology

27 June 2005

Castrol 2. The Best Article for Syariah

Economics October 2005 Bank Muamalat Indonesia 3. The Best Article for LG

Product

October 2005

LG 4. The 3rd, Printed Mass Media

with the Best Indonesia language

17 October 2005

Center of Language Development -National Education Department 5. The Best In Journalist

Competition of Health Service For The Poor Community December 2005 Indonesia Department of Health 6. The Best Newspaper 2005 15 August

2006

Dewan Pers/Pers


(63)

Council 7. The Best National Newspaper 29 March

2007

Cakram Award

9. Riset pembaca

Readership: National Newspaper Source: AC Nielsen 2006 Target audience: All

Cities: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar.

Population: 40.042.000

MEDIA Wave 1

(Jan-March)

Wave 2 (Apr-Jun)

Growth %

Reach % Reach %

KOMPAS 3.98 3.97 -0.4%

MEDIA INDONESIA

0.96 0.76 -20.4%

REPUBLIKA 0.61 0.66 7.7%

KORAN TEMPO

0.58 0.37 -36.3%

BISNIS INDONESIA

0.26 0.27 2.9%

10. Billing Status

Perolehan billing iklan dan sirkulasi tahun 2006 berbanding perolehan tahun 2005.

Billing %

Iklan 35%

Sirkulasi 5%

11. Struktur Redaksi

Pemimpin Redaksi : Ikhwanul Kiram Mashuri Wakil Pemimpin Redaksi : Nasihin Masha


(64)

Redaktur Senior : Anif Punto Utomo

Wakil Redaktur Pelaksana : Agung Pragitya Vazza, Selamat Ginting, S Kumara Dewatasari.

Asisten Redaktur Pelaksana : Endro Cahyono, Subroto, Nona Chairani Ibrahim, Rakhmat Hadi Sucipto

Sekretaris Redaksi : Fachrul Razi

C. Sinopsis Film Fitna Judul Film : Fitna

Produser : Scarlat Pimpernel Penulis : Geert Wilders

Tanggal Rilis : 27 maret 2008 Durasi 16:48

Negara : Belanda

Bahasa : Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa

Persia.

Menurut kantor berita BBC, Fitna adalah film karya politikus Belanda, Geert Wilders. Wilders merupakan pemimpin Partij Voor de Vrijheid (PVV) yaitu merupakan salah satu partai di Negara Belanda. Film ini berisi tentang pandangan Wilders mengenai Islam dan Alquran.79

Film ini disebarkan melalui media internet sebagaimana diumumkan dalam situs resmi partai PVV, kemudian ditautkan ke situs liveleak.com pada Jumat pagi (28/03/08) waktu Indonesia. Menurut The Wahid Istitute, keputusan Wilders untuk mempublikasikan karyanya ini mendahului sidang

79


(65)

gugatan sela di pengadilan Rotterdam yang diajukan oleh organisasi muslim di Belanda yang akan digelar pada hari Jumat siang.80

Film Fitna dimulai dengan gambar kitab suci Al Quran dan karikatur nabi Muhamad mengenakan tulban dan bom yang dipublikasikan oleh salah satu media Koran dari Denmark. Sesudah itu terlihat gambar serangan berdarah terhadap New York, London dan Madrid, yang diiringi dengan pembacaan ayat-ayat suci AlQuran. Selain itu, diperlihatkan persiapan eksekusi oleh kalangan muslim radikal.81

Kemudian munculah tayangan panjang Kepala Berita pelbagai surat kabar, tidak hanya mengenai pembunuhan sineas Belanda Theo Van Gogh oleh penganut Islam radikal Mohamad Bouyari, tetapi juga ancaman terhadap penulis Inggris keturunan India Salman Rushdie, menyusul terbitnya buku ayat-ayat setan. Sementara itu ditampilkan juga beberapa orang imam yang mengeluarkan ucapan-ucapan radikal terhadap orang Yahudi dan kalangan homosexual. Terlihat pula gambar seorang anak perempuan kecil yang dalam bahasa Arab menyamakan prang Yahudi dengan simbol “kera dan Babi” serta rujukannya pada kitab suci Alquran.

Film Fitna kemudian menyoroti apa yang disebutnya bahaya Islam terhadap Negeri Belanda. Gambar-gambar Masjid disusul dengan tulisan “Salam dari Belanda”. Ditampilkan pula angka-angka meningkatnya jumlah orang muslim di Belanda.

Akhirnya terlihat gambar tangan yang membuka halaman kitan suci Alquran, lalu tidak terlihat apa-apa, hanya gambar hitam tapi terdengar suara

80

The Wahid Istitute, Monthly Report on Religius Issues, edisi VIII, Maret 2008. 81


(1)

semua jurusan. yang diutamakan adalah pengetahuannya, tidak terlalu relevan dengan pendidikan, , kita lebih pada wawasan. Teori penuisan berita ada pelatihan jurnalistik tapi tidak seperti yang dikuliahan. Pelatihan dasar ada. Menyangkut konteks, Kita banyak membaca dari kantor berita AP dan AFP. Kita juga browsing di internet untuk kelengkapan data. Hal ini merupakan sebuah keharusan. Karena akan terlihat penulis yang tidak menguasai sepenuhnya permasalahan akan mempengaruhi berita yang akan ditulis. Terutama di desk Internasional, karena kita rewrite (menuliskan kembali), mungkin satu file bahan berita bisa lima atau lebih, padahal mungkin beritanya kecil.”

Tanya: Bagaimana kebijakan redaksi Republika dalam penulisan sebuah berita?

Jawab: “Kita per desk, kita bertanggung jawab terhadap masing-masing desk, dibagi-bagi dalam desk. yang menulis Fitna itu adalah desk internasional, bertanggunng jawab terhadap semua isu-isu yang berkaitan dengan isu internasional. kalau menyangkut Islam, juga bisa diangkat dalam Rubrik Dialog Jumat. Bisa juga di angkat dalam halaman lainnya tentang tanggapan dari pengurus Nahdhatul Ulama, Muhamadiayah dll, Rubrik wawancara khusus dengan dubes Belanda. Untuk Fitna Ini lebih terfokus ke desk internasional.”

Tanya: Bagaimana struktur penulisan di Republika?

Jawab: “Kita standar jurnalistik, ada paparan dan segala macam standar penulisan jurnalistik, yang membedakan adalah gaya bahasa, gaya bahasa


(2)

kita antara baku dan cair, tidak telalu baku, takutnya pembaca bosen akhirnya tidak menjalin komunikasi dengan pembaca.”

Tanya: Bagaimana Republika sendiri dalam mengemas berita Fitna seperti pemakaian kata ganti seperti kita, mereka, dan kami?

Jawab: “Pengemasan juga standar, baik feature, maupun straight news itu sama saja. Hannya beda gaya saja. Dalam penulisan berit,. kami menghindari sekali penulisan kalimat yang panjang, semaksimal mungkin kita tidak menggunakan kalimat yang panjang. Karena Dalam pelatihan penulisan kita diajarkan untuk menghindari hal seperti itu, dimaksudkan untuk menghindari makna ganda juga.”

Tanya: Bagaimana Republika menentukan topik berita Fitna seperti dari judul, tema, lead?

Jawab: “tentang judul tentu berpihak ke Islam, karena bias tidak bisa terlepas. Koran muslim dengan garis keberpihakan yang jelas, tapi kita tetap berusaha menjunjung tinggi kode etik jurnalistik, balance, kalau ada pihak yang salah kita harus angkat juga, kalau Pemilihan judul, heading, segala macam, itu kita lihat dari sudut panjang muslim, kepentingan kita apa, apa yang menarik bagi pembaca ingat pembaca kita muslim, banyak angel tapi kita mengambil angel dari pandangan Islam.”

Tanya: Bagaimana Rutinitas media di Republika (misal: editing, rapat redaksi, deadline, waktu terbitnya)

Jawab: “Di Republika ada rapat redaksi pertama antar redaktur pada jam 1 siang, yakni me-listing berita-berita yang ada hari itu. Masing-masing


(3)

redaktur melaporkan pantauannya. Kemudian rapat kedua pada jam 4, karena biasanya pada jam itu sudah ada perkembangan, mungkin ada perubahan segala macam apa yang akan diangkat dan ditulis di harian Republika. Jadi setelah kita tentukan menu yang akan ditulis, menyuruh reporter untuk menulis, kemudian diedit oleh redaktur dan dimasukan ke bagian produksi untuk menentukan halaman dan tata letak (desain), oleh produksi diolah kembali (edit), misalnya judul terlalu panjang, dan harus diganti, setelah selesai, kita print out kecil, untuk diteliti kembali. Pemotongan kata sudah tepat atau belum (editing ketiga), setelah viks semua dikirim ke percetakan. Deadline tiap halaman berbeda, proses pencetakan juga beda, tiap desk beda, untuk desk internasional terakhir, pada 9 malam. Kalau berita terakhir datangnya jam Sembilan, itu yang kita terbitkan. Lewat dari jam Sembilan tidak akan terbit, jika kita menunggu sampai jam Sembilan lewat, itu akan mengganggu semuanya. Tidak akan tercetak. Kecuali berita khusus waktunya agak longgar kita tunggu sampai jam 12, seperti berita tentang Benazir Bhutto.

Tanya: Adakah Tekanan dari pihak luar misalnya dari Pemasang iklan, Pemerintah, Pembaca, kondisi ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya?

Jawab: “Sejauh ini Fitna tidak, kebetulan pemerintah satu suara dengan kita, karena bagaimanapun pelecehan terhadap agama tidak dibolehkan, kita juga tidak mendapat tekanan dari pemasang iklan, biasanya pemasang iklan sudah paham. Pembaca juga sudah mengetahui topik ini sesuai dengan kepentingan mereka, Pemerintah Belanda juga satu suara dalam menentang Fitna. menurutnya Fitna ini dibuat untuk kepentingan politik.”


(4)

Tanya: Apakah ada respon dari pihak luar?

Jawab: Respon ada, seperti menulis opini tentang Fitna, orang akan memilih Republika, karena ini sejalan dengan ideologi mereka, kalau dalam ilmu sosial, jika tidak ada berita A maka akan memilih berita B. untuk dampak/pengaruh, belum ada penelitian resmi.

Tanya: Apakah ada Sumber resmi dari Reuters, AP (Assocciated Press), AFP, dan UPI. sebagai empat agen berita terbesar?

Jawab: “Republika bekerjasama dengan AP dan AFP, jadi sumber resmi kita dari sana, kemudian kita kroscek dengan browsing di internet. Dalam satu hari tentang Fitna ada dua bahkan tiga release berita. Sumber-sumber yang sudah diakui kapablitas medianya.”


(5)

(6)