88
3. Proses Komunikasi
Implementasi Kebijakan
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999 Tentang perluasan wilayah Kota
Bukittinggi dan Kabupaten Agam melalui konsistensi Penyampaian informasi
Kebijakan pemerintah dalam mengelola negara didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan. Program kebijakan pemerintah sangat menentukan tercapainya
tujuan yang
ditetapkan. Upaya-upaya
pemerintah melalui
berbagai kebijakannya harus dilaksanakan dengan baik oleh implementator agar tujuan
yang ditetapkan dapat terwujud. Pelaksanaan kebijakan yang dilakukan harus didasari kepada peraturan-peraturan yang ditentukan. Peraturan akan menjadi
pedoman bagi pelaksanan dalam bertindak guna mewujudkan tujuan yang ditetapkan.
Polemik mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 84 tahun 1999 Tentang perubahan batas wilayah kota bukittinggi dan kabupaten agam merupakan salah
satu konsistensi penyampaian informasi yang buruk. Pemerintahan Kabupaten agam dan Kota Bukittinggi belum mampu mencari kesepakatan untuk
melaksakan kebijakan tersebut. Di satu sini pemerintahan kota bukittinggi sangat berharap untuk terlaksanakannnya peraturan tersebut, di sisi lain Pemerintah
Kabupaten Agam menolak terlaksanakanya peraturan pemerintah itu. Ini melihatkan tidak adanya kerja sama yang antara ke dua pemerintahan tersebut
sebagai pelaksana dari kebijakan itu. Dalam masalah penyampaian informasi tentang pelaksanaan kebijakan ini
peneliti menyimpulkan bahwa sikap pemerintahan Kabupaten Agam yang tidak konsisten dalam memberi penyampaian informasi tentang pelaksanaan kebijakan
89 ini sangat mempengaruhi masyarakat yang menjadi sasaran kebijakan. Apa yang
menjadi acuan dan arahan dari bentuk dasar pelaksanaan Peraturan pemerintah ini malah kian membingungkan masyarakat. Hal ini terbukti dari kuatnya bentuk
penolakan dari DPRD Agam yang semesti menjadi salah satu pelaksana kebijakan ini walau sebenarnya sikap pro dan kontra di tengah
– tengah masyarakat tentang peraturan pemerintah ini sendiri sudah ada sebelumnya.
Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan salah mantan satu anggota DPRD Kota Bukittinggi Periode 1997 - 2002 Yang bernama Bapak Haji
Nazzarudin yang sewaktu itu berperan aktif dalam menyuarakan terlaksananya Peraturan pemerintah ini menjelaskan dalam kutipan pembicaraannya dengan
peneliti bahwa: “ Sudah rahasia umum apa sebenarnya yang menjadikan PP 84 1999 ini
gagal di laksanakan, ada segelintir elit politik yang mendorong wacana tentang peraturan ini kian terkesan rumit, sepertinya masyarakat kedua
daerah tidak begitu mempermasalahkan, kebijakan ini lahirnya dari keinginan masyarakat itu sendiri, jadi tidak ada kepentingan pemerintah
Agam untuk menolaknya karena sudah menjadi sebuah kebijakan yang sudah resmi
60
” Berdasarkan uraian diatas konsistensi dalam komunikasi pada pelaksanaan
peraturan pemerintah ini yang terjadi pada pemerintah Agam dan Kota
Bukittinggi di nilai sangat kurang baik, tidak member penyelesaian malah kian memperburuk sikap pro dan kontra di tengah masyarakat yang menjadi sasaran
dari peraturan pemerintah tersebut. Semestinya kalau itu sudah merupakan sebuah kebijakan harus di laksanakan dengan arahan dan tujuan kebijakan itu sendiri,
60
Wawancara dengan bapak Haji Nazzarudin mantan anggota DPRD kota Bukittinggi, di rumahnya, Tanggal 22 maret 2009
90 sangat di perlukan kerja sama untuk menjalankan peraturan pemerintah itu supaya
masyarakat paham akan apa yang di maksudkan.
B. Aspek Sumberdaya Dalam Pelaksanaan PP No. 84 Tahun 1999 Tentang Perluasan Batas Wilayah Kota Bukittinggi Dan Kabupaten Agam
Tujuan dari implementasi tersebut
tentunyai harus
dibarengi oleh
keberadaan sumber
daya yang sesuai dengan kebutuhan. Sumber daya merupakan unsur penting dalam pelaksanaan kebijakan. Keberadaan sumber daya
menjadi kebutuhan mutlak agar tujuan kebijakan pemerintah dapat terealisasikan. Pencapaian tujuan akan ditentukan oleh kualitas dari sumber daya itu sendiri.
Menurut George Edward III tahun 1990 menyatakan bahwa : sumber daya bisa menjadi faktor kritis di dalam mengimplementasikan kebijakan publik.
Sumberdaya penting meliputi staf dengan jumlah yang cukup, dan dengan keterampilan untuk melakukan tugasnya serta informasinya, otoritas dan
fasilitas yang perlu untu menerjemahkan proposal pada makalah ke dalam pemberian pelayanan publik. Akibat tidak tersedianya sumber daya yang tidak
memadai, maka akan mendatangkan rintangan terhadap implementasi kebijakan. Dalam penelitian ini ada 3 indikator yang kemudian peneliti gabungkan
menjadi 2 substansi pembahasan, yang mempengaruhi terhadap proses pengimplitasian Peraturan Pemerintah No. 84 tahun 1999 ini, dari 4 indikator
yang di turunkan oleh teori Edward tersebut dengan alasannya Peraturan pemerintah ini belum memasuki pada rencana anggaran atau fasilitas yang di
91 perlukan untuk merealisasikan kebijakan tersebut. Adapun indicator yang lebih
mencolok adalah, Satu, sumber daya manusia atau pelaksana kebijakan dalam proses implementasi peraturan pemerintah nomor 84 tahun 1999. Kedua, Sumber
daya informasi dan kewenangan dalam implementasi peraturan pemerintah nomor 84 tahun 1999.
1. Sumber Daya