87 melihatnya secara objektif, independen dari orang ini atau itu.
Bahasa komunitas akan bertahan dalam individu yang masih hidup terakhir bahkan ketika seluruh masyarakat binasa. Manusia menjadi
dasar kaitannya dengan bahasa yang dinyatakan dalam semantik. Semantik terdiri dalam totalitas pengalaman yang bervariasi dalam
sebuah masyarakat. Sejumlah dari pengalaman ini, sehingga untuk mengatakan, beku ke dalam bahasa system semantik. Potensi-
potensi masa lalu, sekarang dan bahkan masa depan suatu masyarakat mendapatkan dicantumkan
E. Keterampilan Mikro dalam Memahami Apa Yang Di
Dengar : Mengingat unsur bahasa yang di dengar dengan ingatan jangka
pendek short-term memory Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target. Menyadari adanya
bentuk-bentuk tekanan dan nada,warna suara dan intonasi ; menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata. Membedakan dan
memahami arti kata-kata yang didengar.Mengenal bentuk-bentuk kata khusus
• Mengenal makna dari konteks
• Mengenal kelas-kelas kata
• Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis
• Mengenal perangkat-perangkat kohesif
Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti ; subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.
Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa
Berhubung pendekatan sintetik gramatikal atau pendekatan yang lebih mengarah ke penguasaan kaidah-kaidah linguistik
seperti sintaksis, morfologi, dan kosa kata yang selama ini digunakan dipandang gagal dalam pengajaran bahasa, maka mulai
kurikulum 1984 hingga KBK dan KTSP yang saat ini berlaku
88 dianjurkan
agar dalam
pengajaran bahasa
menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan ini mengacu pada asumsi
bahwa penguasaan bahasa sangat dipengaruhi oleh faktor budaya dan pola pikir masyarakat penggunanya dan bukan kaidah
linguistik sebagai dasar utamanya. Asumsi ini mengacu pada pendapat Douglas Brown 1987 dalam bukunya,
“Principles of Language teaching”
yang mengatakan bahwa terdapat saling keterkaitan antara bahasa, budaya dan pola pikir pemakai bahasa.
Ia mengatakan ketidaktahuan pembicara tentang budaya dan pola pikir lawan bicara akan menyebabkan kesalahpahaman dan
berakibat terputusnya komunikasi bahasa. Kenyataan inilah sehingga para ahli pendidikan pengajaran bahasa mencoba
memikirkan pendekatan bahasa yang lebih tepat dan pendekatan itu adalah pendekatan komunikatif.
Landasan teoritis
“pendekatan komunikatif”
didasarkan pada pendapat beberapa ahli, di antaranya, Savignon dalam tulisannya
“Teaching for Communication “ 1982
mengemukakan bahwa penguasaan sistem bunyi dan pola struktur dasar tidak berarti
penguasaan bagaimana menggunakan bahasa atau kemampuan komunikatif.
Menurutnya kemampuan
komunikatif adalah
kemampuan berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Broughton 1980 mendefinisikan, bahwa kemampuan komunikatif
sebagai kemampuan untuk berekspresiberkomunikasi secara tepat dalam situasi dan tempat yang tepat.
Widdowson 1981 mengatakan bahwa mempelajari suatu bahasa bukan hanya
menyangkut kemampuan menyusun kalimat atau bagian kalimat yang cocok dalam konteks tertentu, tetapi selanjutnya mampu
menggunakan bentuk-bentuk tadi dalam situasi dan tempat yang tepat.
Widdowson menjelaskan
perbedaan tadi
dengan menggunakan istilah
“usage”
dan
“use”
atau istilah yang digunakan
de Saussure “langue”
dan
“parole”
dan Chomsky
89 menyebutnya dengan istilah
Competence and performance”.
Jadi dalam
proses komunikasi
kemampuan linguistik
dan komunikatif digunakan secara bersama-sama. Kerangka berpikir
seperti di ataslah yang menjadi acuan
“Pendekatan Komunikatif”
di dalam interaksi belajar mengajar bahasa. Teknik yang dikembangkan dalam pendekatan komunikatif didasarkan atas
keaktifan siswa lewat pengalaman belajarnya, dan bukan atas penyajian guru experiential and discovery learning teachniques.
Dalam pendekatan komunikatif ini peranan guru lebih banyak memberi dorongan kepada siswa untuk mengkomunikasikan
pikiran dan perasaannya sendiri tanpa rasa takut berbuat kesalahan, dan kalau terdapat kesalahan maka hal tersebut harus diterima
sebagai gejala yang wajar yang sukar dihindari. Jadi guru dalam ini hanya berfungsi sebagai pengelola kelas atau bertindak
sebagai
fasilitator, motivator dan evaluator saja.
Dengan memperhatikan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa dan sastra
lebih dititikberatkan pada kemampuan komunikatif siswa dalam siatuasi yang sebenarnya atau pada tempat yang tepat. Kemampuan
komunikatif
di sini
menyangkut kemampuan
negosiasi, komprehensi,
dan ekspresi.
Dengan demikian pendekatan
komunikatif juga dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan yang mengetengahkan
teknik-teknik interaksi yang mengutamakan
negosiasi, komprehensi, dan ekspresi.
F. Teleologis Bahasa Alami Bahwa bahasa ini adalah kegiatan yang bertujuan telah