Metode-metode: Sebuah Obsesi Berumur Satu Abad

12 dalam kelas. Meskipun ada definisi-definisi tersebut dan juga usaha pendefinisian ulang lainya lihat Pennycook, 1989, kita secara umum masih merujuk terhadap metode dalam istilah pemahaman Antony diawal tadi. Bagi sebagian besar peneliti dan guru yang berpraktik, sebuah metode adalah serangkaian teknik yang secara teoritis disatukan di ruang kelas yang dianggap bisa digenerlaisasikan terhadap beragam kontek dan pendengarpemirsa. Maka, sebagai contoh kita berbicara tentang Metode Audiolingual, Metode Langsung, dan Cara Diam atau Siggestopedia, semuanya adalah sebagai metode.

B. Metode-metode: Sebuah Obsesi Berumur Satu Abad

Ironisnya, keseluruhan konsep atas metode-metode terpisah bukan lagi pokok permasalahan utama dalam praktik pengajaran bahasa. Sesungguhnya, di pertengahan 1980-an, H.H. Stern 1985, hal.251 mengeluhkan “obsesi seabad” kita, kemapanan dengan metode-metode yang diperpanjang yang semakin tidak produktif dan s alah arah” kita, ketika kita secara sia -sia mencari metode penghabisan yang akan berfungsi sebagai jawaban akhir. Pencarian tersebut bisa dikatakan dimulai dari sekitar 1880 dengan publikasi Francois Gouin berjudul Seni Mengajar dan Pembelajaran Bahasa Asing 1880, dimana Metode Seri Francois Gouin didukung. Ini kemudian dipergantian abad berubah ke Metode Langsung oleh Charles Berlitz. Metode Audiolingual diakhir 1940-an dan metode yang disebut dengan Metode Pembelajaran Kode-Kognitif diawal 1960-an. Kemudian, munculnya inovasi-inovasi baru, yakni yang saya sebut sebagai “semangat tujuhpuluhan”, memberi kita istilah yang oleh David Nunan 1989 disebut sebagai metode- metode “perancang”: seperti Pembelajaran Bahasa Komunitas, Cara Diam, Suggetopedia, Respon Fisik Total, dan lain-lain. Hal-hal terakhir ini tak seperti periode awal dalam bidang psikoterapi yang tumbuh berkembang 13 dengan banyaknya terapi “metode”; beberapa istilah “perancang” di era tersebut adalah kelompok T, kelompok pertemuan, analitik, Gestalt, kelompok maraton, keluarga gabungan, guncangan, berpusat-klien, dan terapi narcosis, elektro-narkosis, biokemoterapi, dan psikobiologi analitik. Mengapa metode-metode tak lagi menjadi batu loncatan utama perjalanan pengajaran bahasa kita melewati waktu? Empat hal berikut mungkin menjadi sebab kematiannya: 1. metode-metode bersifat terlalu preskriptif seperti resep, berasumsi terlalu banyak tentang suatu kontek sebelum kontek tersebut dikenali. Oleh karena itu metode-metode tersebut terlalu digeneralisasikan potensi terapannya ke situasi-situasi praktis. 2. secara umum, metode-metode pada awalnya cukup berbeda ditahapan-tahapan awal bahasa dan cenderung tak bisa dibedakan satu sama lain di tahapan-tahapan akhir. Di hari- hari awal kelas Pembelajaran Bahasa Komunitas misalnya, para siswa menyaksikan satu set unik pengalaman di lingkaran-lingkaran kecil mereka terhadap bahasa yang diterjemahkan yang dibidikkan ke dalam telinga mereka. Namun, dalam hitungan minggu, kelas-kelas seperti itu bisa seperti kurikulum yang-berpusat-pembelajar lainnya. 3. pernah dianggap bahwa metode-metode bisa secara empiris diuji dengan pengukuran ilmiah untuk menentukan mana yang “terbaik”. Sekarang kita menemukan bahwa sesuatu yang bersifat seni dan intuitif seperti pedagogi bahasa tak pernah bisa secara jelas diverifikasi dengan validasi empiris. 4. metode-metode penuh dengan hal yang oleh Pennycook 1989 disebut sebagai “pengetahuan yang berkepentingan” agenda-agenda dagang dan kuasi-politik dari para 14 pendukungnya. Karya terkini dalam kekuasaan dan politik pengajaran bahasa Inggris lihat Pennycook, 1994; Tollefson, 1995, dan Holliday, 1994 telah menunjukkan bahwa metode-metode, yang seringkali merupakan ciptaan- ciptaan dari “pusat” yang kuat, menjadi kendaraan “imperialisme linguistik” Phillipson, 1992 yang menargetkan pencabutan lingkaran kekuasaan. David Nunan 1991, hal 228 meringkasnya dengan bagus bahwa disadari bahwa belum pernah ada dan mungkin tak kan pernah ada suatu metode untuk semua hal, dan fokusnya di tahun- tahun sekarang adalah pengembangan tugas dan aktifitas dalam kelas yang sesuai dengan hal yang kita ketahui tentang pemerolehan bahasa kedua, dan perkembangan yang juga menjaga dinamika dalam kelas itu sendiri.

C. Prinsip-prinsip Pendekatan