dan khasiatnya. Fitofarmaka merupakan sediaan obat yang jelas keamanan dan khasiatnya serta sudah teruji secara praklinis, klinis dan pascaklinis. Bahan bakunya
terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku, sehingga sediaan tersebut terjamin keseragaman komponen aktif, keamanan dan
khasiatnya Anonim, 2004. 2.
Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
telah dikeringkan Anonim, 1979. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati merupakan simplisia yang dapat berupa
tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman atau gabungan antara ketiganya, simplisia hewani yaitu simplisia berupa hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan
oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni dan simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni. Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan-tahapan : pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu Gunawan dan Mulyani, 2004.
3. Ekstrak dan ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi syarat baku yang telah ditetapkan Anonim, 1995.
Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula didalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Cairan pelarut
dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan
dari bahan, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan Anonim, 2000.
Salah satu contoh metode penyarian adalah maserasi, maserasi merupakan metode yang sederhana dan banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang
berupa serbuk simplisia yang halus Voigt, 1994. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan
yang diluar sel, maka larutan zat aktif akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan yang berada di
luar dan di dalam sel Anonim, 1986. Pembuatan maserasi kecuali dinyatakan lain dilakukan dengan memasukkan 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam sebuah bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, bejananya ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari yang terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Maserat kemudian diserkai dan ampasnya dicuci dengan cairan penyari secukupnya
hingga diperoleh 100 bagian. Maserat dipindahkan ke dalam bejana tertutup dan dibiarkan ditempat sejuk dengan terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian
dienap tuang atau saring Anonim, 1979. Waktu maserasi berbeda-beda tergantung
dari sifat campuran obat dan menstrum, lama maserasi harus cukup agar dapat menyari semua zat yang mudah disari yaitu sekitar 2-14 hari Ansel, 1989.
Kelemahan penyarian dengan metode maserasi ini pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan penyariannya kurang sempurna Anonim, 1985. Pada
maserasi ini digunakan larutan penyari etanol 70 karena flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70 Harbone, 1987; Voigt, 1994
4. Tanaman Jambu Biji Psidium guajava Linn.