PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok Pengelolaan Lingkun

(1)

(2)

ii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi

Pokok Pengelolaan Lingkungan) Oleh

FRANSISKA VITRIA KRISTANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TPS dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain pretes postes kelompok ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII G dan VII H yang dipilih dari populasi secara random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dengan bantuan SPSS 17. Data kualitatif berupa deskripsi aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pada aktivitas belajar siswa yang rata-rata berkriteria tinggi. Pada aspek bertanya bernilai sebesar 85,0 %, aspek menjawab pertanyaan sebesar 95,0 %, dan aspek mengemukakan ide/pendapat sebesar 88,3 %. Hasil belajar juga mengalami peningkatan, dengan


(3)

iii

rata-rata nilai pretes sebesar 46,50, nilai postes sebesar 77,0 dan N-gain sebesar 57,27. Selain itu peningkatan hasil belajar juga terjadi pada indikator aspek kognitif yaitu C1, C2, C3 dan C4. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar oleh siswa.

Kata kunci : aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pengelolaan lingkunga, TPS


(4)

(5)

(6)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 10

B. Model Pembelajaran TPS ... 15

C. Hasil Belajar Siswa ... 17

D. Aktivitas Belajar Siswa ... 19

III.METODE PENELITIAN A. WaktuTempat Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21

C. Desain Penelitian ... 21

D. Prosedur Penelitian... 22

E. Jenis data ... 28

F. Teknik Pengambilan Data ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 32

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36


(7)

xiv

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN 1. Silabus ... 55

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

3. Lembar Kerja Siswa ... 81

4. Kisi-kisi Pretes dan Postes ... 105

5. Soal Pretes dan Postes ... 114

6. Data Hasil Penelitian ... 120

7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 136


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan yang paling utama dalam dunia pendidikan sekolah adalah terjadinya proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan

melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial (Sudjana dan Rivai, 2010:1).

Sedangkan pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar secara optimal sehingga hasil belajarnya pun dapat tercapai secara maksimal. Dimana tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni, 2007: 11).

Salah satu materi Biologi yang diajarkan dalam sekolah adalah materi Pengelolaan Lingkungan. Materi ini merupakan materi yang diajarkan pada SMP kelas VII semester genap. Didalam materi ini peserta didik diajak untuk


(9)

memahami akan pentingnya keberadaan lingkungan bagi semua makhluk hidup. (Wajar, 2009:94)

Untuk dapat menguasai konsep materi ini siswa harus mampu memahami materi, bukan hanya mengenal dan menghafalnya sehingga nantinya hasil belajar peserta didik akan maksimal dan memuaskan. Kualitas peserta didik yang dihasilkan menunjukan keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Keberhasilan dalam proses belajar salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa.

Hasil observasi awal dan diskusi dengan guru bidang studi Biologi pada bulan Januari 2013 di SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah, diketahui bahwa hasil belajar dan aktivitas peserta didik pada saat materi Pengelolaan Lingkungan kurang memuaskan atau masih tergolong rendah.Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kelas VII semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 pada materi Pengelolaan Lingkungan baru mencapai 60,57. Nilai ulangan siswa menunjukkan hanya 43,74% siswa kelas VII yang memperoleh nilai ≥ 70. Hasil ulangan tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan

belajar yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 70.Dan aktivitas yang dilakukan

siswa adalah sibuk dengan dirinya sendiri. Sebagian siswa asyik mengobrol, ada juga yang melamun dan yang paling banyak dilakukan siswa adalah sibuk

dengan alat komunikasinya yaitu handphone. Sehingga diduga dengan rendahnya kegiatan siswa di dalam kelas yang seperti itu menyebabkan hasil belajar siswa juga rendah.


(10)

Selain itu rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa ini seringkali disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat pada guru yaitu ceramah, sehingga peserta didik cenderung hanya menerima materi dari guru, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar mandiri. Selain itu media yang

digunakan guru hanya berupa LKS dari buku ajar, jadi ini membuat para peserta didik kurang tertarik untuk mengerjakan LKS tersebut. Hal-hal ini

mengakibatkan peserta didik cepat lupa terhadap materi yang telah disampaikan.

Oleh sebab itu dalam melakukan proses pembelajaran, guru harus dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran. Pemilihan suatu model pembelajaran perlu memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, dan kebutuhan siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar sehingga peningkatan hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik. Dengan melihat kenyataan permasalahan yang ada di SMP Negeri 1 Kalirejo itu yaitu rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran biologi yaitu materi Pengelolaan Lingkungan, maka peneliti akan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

Menurut Ibrahim, 2000:26 pembelajaran kooperative tipe TPS akan menciptakan kondisi lingkungan di dalam kelas yang saling mendukung melalui belajar secara cooperative dalam kelompok kecil, serta diskusi kelompok dalam kelas. Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman sebaya


(11)

(pasangannya). Dengan berfikir berpasangan maka siswa akan terdorong untuk menemukan dan memahami konsep apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya.

TPS jugamerupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan model klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik TPS ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2005:57). Hal ini didukung pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari (2010:43) menemukan bahwa pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative tipe TPS dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem pernapasan pada manusia. Selain itu Ariansyah (2009:35) juga menuliskan dalam hasil penelitiannya bahwa penggunaan animasi multimedia yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi Sistem Reproduksi Manusia oleh siswa.

Melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS, diharapkan dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pembelajarandan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.


(12)

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh dari model pembelajaran kooperatif

tipe TPS terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan ?

2. Bagaimanakah pengaruh dari model pembelajaran kooperatif

tipe TPS terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap

hasil belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

2. Mengetahui pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi peneliti: penelitian ini dapat menjadi suatu pengalaman belajar yang menjadi bekal untuk menjadi calon guru yang profesional.

2. Bagi guru: memberikan suatu alternatif dalam memilih metode mengajar yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


(13)

3. Bagi siswa:memberikan pengalaman belajar biologi yang tidak menjenuhkan dengan penerapan model Cooperative tipe TPS .

4. Bagi Sekolah: yaitu dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMP.

5. Selain itu dapat menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa yang tertarik ingin meneliti tentang topik penelitian yang sama.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menjaga agar masalah ini lebih terarah dan lebih jelas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah semester genap TP 2012/2013 yaitu kelas dan .

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki tiga langkah utama yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)

3. Materi yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini adalah Pengelolaan Lingkungan.

4. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek kognitif siswa yang berupa pretest dan postest pada materi Pengelolaan Lingkungan.


(14)

5. Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah

a. bertanya mengenai instruksi guru yang belum dipahami, b. menuliskan ide/gagasan,

c. mengumpulkan data/informasi, d. melakukan analisis, dan

e. menuliskan kesimpulan

F. Kerangka Pikir

Salah satu keuntungan guru menggunakan pembelajaran kooperatif ialah dapat menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan model pembelajaran secara konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab. Model tersebut ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan digunakannva model cooperative, maka tampak suasana kelas menjadi lebih hidup dan lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu

mengembangkan sosial skill siswa. Pembelajaran kooperatif ini bertujuan untuk mengarahkan kepada keterampilan-keterampilan kerjasama sebagai suatu tim. Salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatifnya yaitu TPS.

TPS merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Selain itu TPS dapat meningkatkan kemampuan siswa (hasil belajar) dalam mengingat suatu


(15)

informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. TPS juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi

kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. TPS sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu think, pair, dan share. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini diharapkan proses

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa karena siswa dituntut melibatkan diri secara aktif baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh kelas. Siswa juga akan lebih memahami konsep materi sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah Model pembelajaran kooperatif tipe TPS disertai media serta variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada materi Pengelolaan Lingkungan.


(16)

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalamdiagram dibawah ini :

Keterangan : X = Model pembelajaran kooperatif tipe TPS;

Y = Hasil Belajar Siswa pada materi Pengelolaan Lingkungan Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

2. Ada pengaruh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap aktivitas belajar siswa pada materi Pengelolaan Lingkungan.

Y

X


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu siswa dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Maka pendekatan kontruktivisme dalam pelajaran yang biasa terdapat yaitu dilakukan melalui pembelajaran cooperative (Depdiknas, 2002:124). Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2007: 41).

Pembelajaran kooperatif juga merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan


(18)

bersama. Hal ini berarti pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari oleh falsafah homo socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Djamarah dan Zain, 1996 : 63). Dalam hal ini kegiatan belajar mengajar siswa dalam kelas kooperatif adalah belajar bersama dalam kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif ini siswa akan belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar maksimal.

Model cooperative adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri atau menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented)

sehingga siswa dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap anggota saling memunculkan pemecahan masalah dengan selektif dalam masing-masing kelompok, selain itu siswa juga saling mangajar sesama siswa lainnya. Dan dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling

membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Jadi dalam pembalajaran cooperative siswa berperan ganda sebagai siswa ataupun sebagai guru.Sedangkan peran guru dalam pembelajaran kooperatif terlihat jelas sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator .

Sharan (dalam Isjoni, 2010:23) menyebutkan bahwa siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang


(19)

tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk

mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya. Dalam

pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengar pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam bentuk tulisan. Tugas–tugas orang lain akan memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki. Ada tiga tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Prestasi akademik

Pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa

berkemampuan tinggi maupun rendah. Khususnya bagi siswa berkemampuan tinggi, secara akademik akan mendapat keuntungan karena pengetahuan semakin mendalam.

b. Penerimaan terhadap keanekaragaman

Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan

mengarahkan siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada antara dirinya dan orang lain.


(20)

Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan kepada keterampilan-keterampilan kerjasama sebagai suatu tim agar tercapai hasil belajar yang maksimal.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur model Cooperative yang harus diterapkan (Roger dan David dalam Lie, 2004:57) yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri dan saling bekerja sama dalam kelompok.

2.Tanggung jawab perseorangan

Seorang guru dalam pembelajaran cooperative perlu membuat tugas sedemikian rupa agar setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar dan mengembangkan keterampilan mereka masing-masing sebagai sumbang saran dalam kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama. 3.Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi, sehingga mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi antar pribadi.

4.Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan keterampilan berkomunikasi.


(21)

5.Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif.

Ibrahim (dalam Trianto 2007 : 49) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dilakukan melalui enam langkah/fase, seperti yang terlihat dalam tabel 1. Tabel 1. Enam fase dalam model pembelajaran kooperatif

Langkah/Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


(22)

Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan-keterampilan-keterampilan Tanya-jawab (Ibrahim dalam Trianto, 2007 : 45).Selanjutnya Ahmadi (2005 : 63) menuliskankan bahwa :

Keunggulan kooperatif adalah: (1) Melatih keterampilan intelektual, (2) Siswa terlibat secara langsung, (3) Saling tukar menukar informasi, (4) Melatih komunikasi dan keterampilan kerjasama. Kelemahan metode kooperatif (1) Latar belakang pengetahuan kematangan harus sama, (2) Menyita waktu lama, (3) Tergantung dengan kesiapan guru dalam menyiapkan diskusi, (4) Menuntut kesanggupan guru untuk mengontrol secara teliti keterlibatan siswa.

B. Model Pembelajaran Think Pair Share

Model pembelajaran TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berbasis pembelajaran diskusi kelas. TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. TPS memiliki prosedur yang secara ekplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain.Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara koooperatif.

Priyatno (2007, dalam Wena 2009:189) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang


(23)

kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan

memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah

menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

TPS merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran cooperative, yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajarbiologi. Dalam TPS memiliki keistimewaan, yaitu siswa selain bisa mengembangkan kemampuan individunya sendiri, juga bisa mengembangkan kemampuan kelompoknya.

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir akan

memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Jawaban yang

dikemukakan juga telah dipikirkan dan didistribusikan.Siswa akan lebih berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya didepan kelas karena mereka telah mencoba dengan pasangannya (Lyman dalam Lie, 2004:45).

Selain itu menurut Nurhadi dan Senduk, (2004 : 67)TPS juga memiliki

keunggulan dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berfikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas.

Tahapan-tahapan proses pembelajaran dalam TPS dapat dijabarkan sebagai berikut:


(24)

1. Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan yang berkaitan dengan materi yang baru dipelajari, kemudian memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk memikirkan jawabannya secara mandiri dalam 1 menit;

2. Pairing (berpasangan)

Jawaban yang telah difikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap ini, siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangan. Tahap ini berlangsung dalam 4 menit;

3. Sharing (berbagi)

Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan pendapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat mendengarkan pendapat yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap kelompok. Kelompok yang menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas jawaban dan pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi. (Nurhadi dan Senduk ,2004 : 67) C . Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002:3).


(25)

Selain itu hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajar- mengajar antara guru dan siswa.Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002: 10)

menyatakankelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1.Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal

memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

2.Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

3.Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4.Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5.Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.


(26)

Sedangkan berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28) aspek kognitif dari hasil belajar terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

1. Mengingat (Remember), mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

2. Memahami (Understand), mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Mengaplikasikan (Apply), mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Menganalisis (Analyze), mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Evaluasi (Evaluat)e, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

6. Kreasi (Create), mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru.

D. Aktivitas Belajar

Menurut Sardiman (dalam Anwar, 2011:11) aktivitas belajar diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan

aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi


(27)

partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik (Slameto, 2003:36).

Adapun manfaat dari aktivitas belajar dalam proses pembelajaran menurut Hamalik (2003:91) adalah:

 Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.  Berbuat sendiri dan akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.  Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

 Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu.  Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokrasi, kekeluargaan,

musyawarah, dan mufakat.

 Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, guru dengan orang tua, siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

 Pembelajaran dan belajar di laksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.

 Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.


(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah yaitu pada bulan April 2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa semester genap SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 yaitu kelas sebagai kelas kontrol dan kelas sebagai kelas eksperimen yang masing-masing kelas berjumlah 32 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Random sampling digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu (Margono, 2005 : 127).

C. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan quasi eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok ekuivalen. Struktur desainnya adalah sebagai berikut :


(29)

Keterangan : I = kelas TPS; II = kelas kontrol;O1 = pretest; O2 = posttest;

X = perlakuan TPS; dan C = kontrol (modifikasi dari Riyanto, 2001:43). Gambar 2. Desain pretes posttest kelompok ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut : a. Menetapkan waktu penelitian;

b. Membuat surat izin penelitian ke FKIP untuk melaksanakan penelitian ke sekolah;

c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti;

d. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol; e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS); f. Membuat instrumen evaluasi penguasaan konsep siswa berupa soal-soal

pilihan jamak untuk pretest dan postest;

I O1 X O2


(30)

g. Melakukan uji kualitatif, validitas, dan reliabilitas instrumen evaluasi. 2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk kelas eksperimen dan dengan pembelajaran

ceramah untuk kelas kontrol. Pertemuan pertama membahas materi

pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah. Pertemuan kedua membahas materi kerusakan hutan dan daur ulang limbah. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :

Kelas Eksperimen (Pembelajaran Model TPS)

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru memberikan soal pretes berupa soal pilihan jamak.(Pertemuan 1) 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Guru memberikan apersepsi dan motivasi. Apersepsi:

Pertemuan 1: Guru membawa 1 botol air mineral dan sedikit oli kemudian mencampurkannya. Setelah itu guru menanyakan ke siswa ”Anak-anak apa yang kalian pikirkan tentang apa yang telah ibu lakukan”?

Pertemuan 2: Anak-anak kenapa diJakarta itu sering terjadi banjir? Guru memperlihatkan gambar boneka tanpa rambut dan boneka yang mempunyai rambut


(31)

Motivasi

Pertemuan 1 : Guru memberikan penjelasan bahwa yang telah

dilakukan itu adalah ingin memberikan contoh sederhana tentang pencemaran air, yaitu bilamana air tercampur dengan sesuatu yang lain yang berbeda contohnya oli. Pertemuan 2 : Anak-anak jika kedua boneka tersebut terkena hujan

maka boneka yang gundul hanya akan basah dan sekejapun akan kering kembali, sedangkan dengan bonea yang mempunyai rambut dia akan basah dan sebagian airnya akan meresap didalam rambut tersebut. Begitu juga dengan Jakarta yang sekarang sudah jarang hidup tumbuhan hijau, sehingga tidak ada resapan air makanya sering terjadi banjir.

b. Kegiatan Inti

1. Guru memberikan uraian materi

2. Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang model pembelajaran yang akan dipakai yaitu TPS.

3. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.

4. Siswa mengerjakan LKS, untuk berpikir (thinking) tentang jawaban dari pertanyaan dalam LKS tersebut.

5. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas


(32)

6. Siswa mengumpulkan LKS

7. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.

8. Guru menunjuk beberapa pasang siswa untuk mengemukakan (sharing) hasil diskusinya dengan seluruh kelas.

9. Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan

menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa dan masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang belum dapat dipecahkan oleh siswa

c. Kegiatan Penutup

1. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan

2. Guru menugaskan siswa untuk membaca materi selanjutnya dirumah (Pertemuan 1).

3. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan memberikan postest (Pertemuan 2). Kelas Kontrol (Pembelajaran Ceramah)

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru memberikan soal pretes berupa soal pilihan jamak (Pertemuan 1). 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Guru memberikan apersepsi dan motivasi. Apersepsi:

Pertemuan 1: Guru membawa 1 botol air mineral dan sedikit oli kemudian mencampurkannya. Setelah itu guru


(33)

menanyakan ke siswa ”Anak-anak apa yang kalian pikirkan tentang apa yang telah ibu lakukan”?

Pertemuan 2: Anak-anak kenapa diJakarta itu sering terjadi banjir? Guru memperlihatkan gambar boneka tanpa rambut dan boneka yang mempunyai rambut

Motivasi

Pertemuan 1 : Guru memberikan penjelasan bahwa yang telah

dilakukan itu adalah ingin memberikan contoh sederhana tentang pencemaran air, yaitu bilamana air tercampur dengan sesuatu yang lain yang berbeda contohnya oli. Pertemuan 2 : Anak-anak jika kedua boneka tersebut terkena hujan

maka boneka yang gundul hanya akan basah dan sekejappun akan kering kembali, sedangkan dengan boneka yang mempunyai rambut dia akan basah dan sebagian airnya akan meresap didalam rambut tersebut. Begitu juga dengan Jakarta yang sekarang sudah jarang hidup tumbuhan hijau, sehingga tidak ada resapan air makanya sering terjadi banjir.

Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi.

2. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan materi dari guru. c. Kegiatan Penutup


(34)

2. Guru menugaskan siswa untuk membaca materi selanjutmya dirumah (Pertemuan 1).

3. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan memberikan postest (Pertemuan 2).

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif, yaitu data hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum dimulainya pembelajaran sedangkan postest diberikan pada akhir pertemuan. Sebelum menggunakan soal pretest dan postest terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki lesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.


(35)

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih daro 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.(Arikunto, 2008:72)

Adapun hasil uji Validitas dari 20 soal yang telah diujikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Soal valid : 14 butir Soal tidak valid : 6 butir Kriteria dari soal tersebut yaitu: Sedang : 8 butir


(36)

Rendah : 5 butir Sangat rendah : 4 butir

Tetapi dari beberapa soal yang tidak valid tersebut telah diperbaiki oleh peneliti untuk kemudian digunakan dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Intrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus seperti berikut ini :

Dimana

= koefisien reliabilitas tes

= koefisien korelasi spearman-brown

Adapun hasil dari uji Reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Banyak butir soal = 20 soal Jumlah responden = 27 orang Rata-rata = 12,40740741


(37)

Standar Deviasi = 5,72

Koefisien Korelasi X dan Y = 0,265029858 Koefisien Reliabilitas = 0,419009649 Katagori Reliabilitas = sedang

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan postest. Selisih tersebut disebut sebagai skor gain.Untuk mendapatkan N-gain pada setiap pertemuan menggunakan formula Rulon (Loranz, 2008:3) sebagai berikut:

Keterangan: X = nilai postest Y = nilai pretest Z = nilai maksimum b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS .

2. Teknik Pengambilan Data a. Pretest dan Postest

Data berupa nilai pretest dan postest di ambil pada setiap pertemuan. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran, sedangkan nilai postest diambil setelah pembelajaran berlangsung, baik pada kelas eksperimen maupun

N-gain = X – Y x 100 Z - Y


(38)

kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan pada saat pretest adalah berupa soal pilihan jamak, dengan jumlah soal sebanyak sepuluh soal pada setiap pertemuan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sedangkan bentuk soal yang diberikan pada saat postest berupa soal pilihan jamak.

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. 3. Teknik Analisis Data

a. Hasil Belajar

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data menggunakan uji Lilliefors dengan bantuan program SPSS versi 17.

a. Rumusan hipotesis

H0 = sampel data berdistribusi normal

H1 = sampel data tidak berdistribusi normal

b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga

yang lainnya (Nurgiantoro, Genawa dan Marzuki, 2002:108) 2. Uji Homogenitas Data

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji Homogenitas atau kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.


(39)

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:71).

Apabila masing masing data tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney U dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis :

Ho = rata-rata nilai kedua sampel tidak berbeda secara signifikan H1 = rata-rata nilai kedua samp el berbeda secara signifikan

b. Kriteria Uji :

Jika probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

Jika probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan software SPSS versi 17. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak


(40)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. 2. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 10) a. Aktivitas Siswa

Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1) Mengisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

Aspek yang diamati

Xi

A B C

0 1 2 0 1 2 0 1 2 1

2 3 4 5


(41)

Keterangan :

a. Kemampuan Bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada permasalahan

3. Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan pada materi Pengelolaan Lingkungan

b.Menjawab Pertanyaan 1. Tidak menjawab pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan permasalahan 3. Menjawab pertanyaan dengan baik

c. Mengemukakan ide/ pendapat

1. Tidak mengemukakan ide/pendapat (diam saja)

2. Mengemukakan ide/pendapat namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi Pengelolaan Lingkungan

3. Mengemukakan ide/pendapat sesuai dengan pembahasan pada materi Pengelolaan Lingkungan

2)Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus :

Ket : X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh

n = Jumlah skor aktivitas maksimum (Sudjana, 2002 : 69). 3)Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa Sesuai

Klasifikasi pada tabel yang dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)

100

x n

x


(42)

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa Kategori Interpretasi 0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Modifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)


(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran cooperative tipe TPS berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

2. Penerapan model pembelajaran cooperative tipe TPS berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative tipe TPS

dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi pembelajaran


(44)

sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A dan J. T. Piasetya. 2005. Strategibelajarmengajar. Pustaka setia: Bandung.

Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair Share (Tps). Skripsi. UNILA: Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Belina. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung).

http://digilib.upi.edu./pasca/available/etd-0519108-104827/.(08 Desember 2011): 17.05 WIB.

Depdiknas. 2002. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Depdiknas-Dikdasmen: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Fibriyanti, R. 2008. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk Meningkatkan

Kreativitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Laboratorium UM. Dalam http://www.infoskripsi.com. (3 Feb 2009;17:47 WIB)

Fitriyani. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (Tps) Terhadap Penguasaan Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh Dan Aktivitas Belajar Siswa. Skripsi. UNILA: Bandar Lampung.

Hake, R. R.1999.Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://www.physick.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf(18 November 2012, 02.30 p.m.)


(46)

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Lie, A. 2004. Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. [Online].

http://www.tmcc.edu/vp/octsu/assesment/downlod/document/reports/archives/d iscipline/0708/SLOAP.HYSDiscipline Rep0708.pdf. (10 Desember 2010). Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nurgiantoro, Genawa dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian

Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press: Yogyakarta.

Nurhadi, B. Yasin, dan A. G. Senduk. 2004. Model- Model Pembelajaran. Universitas Negeri Malang: Malang.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Bumi Aksara: Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC: Jakarta.

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. RajaGrafindo Persada: Jakarta.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara: Jakarta.

Sudjana. 2005. Statistik Dasar. Tarsito: Bandung.

Sudjana dan Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: sinar Baru Algensindo. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.

Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta Sudjana. 2005. Metode Statistik. Tarsito. Bandung

Wajar. 2009. Ringkasan Materi Dan Latihan Soal. Graha Pustaka: Jakarta

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta Wulandari, E. 2010. Pengaruh penerapan model pembelajaran koooperatif tipe TPS

terhadap penguasaan konsep sistem pernapasan pada manusia. Skripsi. UNILA: Bandar Lampung.


(1)

Keterangan :

a. Kemampuan Bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada permasalahan

3. Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan pada materi Pengelolaan Lingkungan

b.Menjawab Pertanyaan 1. Tidak menjawab pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan permasalahan 3. Menjawab pertanyaan dengan baik

c. Mengemukakan ide/ pendapat

1. Tidak mengemukakan ide/pendapat (diam saja)

2. Mengemukakan ide/pendapat namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi Pengelolaan Lingkungan

3. Mengemukakan ide/pendapat sesuai dengan pembahasan pada materi Pengelolaan Lingkungan

2)Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus :

Ket : X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh

n = Jumlah skor aktivitas maksimum (Sudjana, 2002 : 69). 3)Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa Sesuai

Klasifikasi pada tabel yang dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)

100 x n

x


(2)

35

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Kategori Interpretasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Modifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran cooperative tipe TPS berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

2. Penerapan model pembelajaran cooperative tipe TPS berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative tipe TPS dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi pembelajaran


(4)

51

sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A dan J. T. Piasetya. 2005. Strategibelajarmengajar. Pustaka setia: Bandung.

Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe

ThinkPair Share (Tps). Skripsi. UNILA: Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Belina. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di

kota Bandung).

http://digilib.upi.edu./pasca/available/etd-0519108-104827/.(08 Desember 2011): 17.05 WIB.

Depdiknas. 2002. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah

Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Depdiknas-Dikdasmen: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Fibriyanti, R. 2008. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk Meningkatkan

Kreativitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Laboratorium UM. Dalam http://www.infoskripsi.com. (3 Feb 2009;17:47 WIB)

Fitriyani. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (Tps) Terhadap Penguasaan Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh Dan Aktivitas

Belajar Siswa. Skripsi. UNILA: Bandar Lampung.

Hake, R. R.1999.Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://www.physick.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf(18 November 2012, 02.30 p.m.)


(6)

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran kooperatif. UNESA-UNIVERSITY PRESS: Surabaya.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Lie, A. 2004. Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. [Online].

http://www.tmcc.edu/vp/octsu/assesment/downlod/document/reports/archives/d iscipline/0708/SLOAP.HYSDiscipline Rep0708.pdf. (10 Desember 2010). Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nurgiantoro, Genawa dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian

Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press: Yogyakarta.

Nurhadi, B. Yasin, dan A. G. Senduk. 2004. Model- Model Pembelajaran. Universitas Negeri Malang: Malang.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Bumi Aksara: Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC: Jakarta.

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. RajaGrafindo Persada:

Jakarta.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara:

Jakarta.

Sudjana. 2005. Statistik Dasar. Tarsito: Bandung.

Sudjana dan Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: sinar Baru Algensindo. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.

Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta Sudjana. 2005. Metode Statistik. Tarsito. Bandung

Wajar. 2009. Ringkasan Materi Dan Latihan Soal. Graha Pustaka: Jakarta

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta Wulandari, E. 2010. Pengaruh penerapan model pembelajaran koooperatif tipe TPS

terhadap penguasaan konsep sistem pernapasan pada manusia. Skripsi.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok Pengelolaan Lingkun

0 8 46

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PEGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 203

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 130

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44