Keaslian Penulisan Pengertian Kredit

F. Keaslian Penulisan

Setelah dilakukan penelitian di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada terdapat tulisan yang mengangkat tentang “Analisis Perbandingan Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat KUR dengan Kredit Biasa Studi Kantor Pusat Bank Sumut.” Oleh karena itu penulisan skripsi ini dapat dikatakan masih orisinil sehingga keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademis.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut dengan Bab dimana masing-masing Bab dibagi dalam beberapa sub bab yang masing-masing bab diuraikan masalahnya secara tersendiri, namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhan kedalam 5 lima bab terperinci. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I pertama merupakan Bab pendahuluan yang menguraikan tentang segala hal yang bersifat umum dalam latar belakang, kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan ditutup dengan memberikan sistematika dari penulisan. Universitas Sumatera Utara Bab II kedua membahas mengenai tinjauan umum mengenai kredit, dipaparkan mengenai pengertian kredit, unsur-unsur kredit, tujuan dan manfaat kredit, bentuk-bentuk kredit yang dikenal di Indonesia Bab III ketiga akan dibahas tentang kebijakan pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Biasa, dalam Bab ini akan diuraikan tentang pengaturan hukum tentang Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Biasa, bentuk dan isi perjanjian Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Biasa, Kriteria dalam pemberian Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Biasa Bab IV keempat akan dibahas tentang perbandingan pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Biasa pada Kantor Pusat Bank Sumut, dalam Bab ini diuraikan tentang gambaran umum mengenai Kantor Pusat Bank Sumut, syarat- syarat pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Biasa Pada Kantor Pusat Bank Sumut, prosedur pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Biasa pada Kantor Pusat Bank Sumut, hambatan dan solusi pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Biasa pada Kantor Pusat Bank Sumut. Bab V kelima merupakan Bab terakhir yang membahas mengenai kesimpulan dan saran. Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dari seluruh penulisan yang telah diuraikan dalam bab-bab yang sebelumnya sekaligus memberikan saran-saran terhadap data yang ada. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT

A. Pengertian Kredit

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah salah satu bentuk dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan taraf hidup yang berkeadilan bagi bangsa Indonesia itu sendiri. Pembangunan ekonomi ditandai dengan adanya peningkatan kegiatan usaha diberbagai sektor baik pertanian, peterrnakan dan perindustrian. Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan penyesuaian kebijakan dibidang ekonomi termasuk perbankan. 17 Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 terdapat pada Pasal 1 butir 2 yaitu “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakatdalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” 18 17 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hal. 40 Berkaitan dengan pelaksanaan nasional tersebut dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan ditentukan bahwa “ Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas 18 Ibid, hal. 8 Universitas Sumatera Utara nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 19 Maka dengan demikian jelas bahwa lembaga perbankan mempunyai peranan penting dan strategis tidak saja dalam menggerakkan roda perekonomian nasional tetapi juga diarahkan agar mampu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga lembaga perbankan harus mampu berperan sebagai agent of development dalam upaya mencapai tujuan nasional itu. 20 Bank telah membuktikan ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan negara dan turut dalam mensejahterakan warga negaranya dengan menyediakan kredit. 21 Bank dan kredit merupakan dua faktor yang saling berkaitan. Kredit dalam kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling utama, karena pendapatan terbesar dari usaha bank berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit yaitu berupa bunga dan provisi. 22 Besar kecilnya bunga kredit tergantung pada besar kecilnya simpanan, keuntungan konvensional usaha bank diperoleh dari selisih bunga kredit yang diterima dari debitur dengan bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan. 23 19 Ibid, hal. 41 Ruang lingkup kredit sebagai kegiatan perbankan, tidaklah semata-mata berupa kegiatan peminjaman kepada nasabah melainkan sangatlah kompleks karena menyangkut keterkaitan unsur-unsur yang cukup banyak diantaranya meliputi: sumber-sumber dana kredit, alokasi dana, organisasi dan managemen pengkreditan, kebijakan pengkreditan, dokumentasi dan administrasi 20 Ibid 21 Sutarno, Op. Cit, hal. 1 22 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 365 23 Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 59 Universitas Sumatera Utara kredit, pengawasan kredit serta penyelesaian kredit bermasalah. 24 Perbankan merupakan salah satu sumber dana yang salah satunya berbentuk pengkreditan bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsi atau meningkatkan produksi guna meningkatkan dan memperluas kegiatan usaha. 25 Secara etimologi, istilah kredit berasal dari bahasa latin Credere yang berarti kepercayaan. 26 Dengan demikian maka hubungan yang terjalin dalam kegiatan pengkreditan diantara para pihak sepenuhnya harus juga didasari oleh adanya saling mempercayai, yaitu bahwa kreditur yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit debitur akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontra prestasinya. 27 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. 28 Didalam Hukum Perdata terdapat beberapa pengertian mengenai kredit menurut para ahli diantaranya : 29 1. Savelberg menyatakan kredit mempunyai arti antara lain: a. Sebagai dasar dari setiap perikatan verbintenis dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. b. Sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu. 2. Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut: 24 Ibid 25 Sutarno, Loc Cit 26 Hermansyah, Op. Cit, hal. 57 27 Muhammad Djumhana, Loc. Cit 28 Hermansyah, Loc.Cit 29 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Medan, 1978, hal. 21 Universitas Sumatera Utara “Menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari” 3. M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah: “Suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu” Dalam Pasal 1 butir 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dirumuskan bahwa Kredit adalah: 30 “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Undang-undang perbankan yang telah mengalami perubahan menggunakan duaistilah yang berbeda namun mengandung makna yang sama untuk kredit. 31 Dalam UU No. 10 Tahun 2008 istilah kredit disebutkan pada Pasal 1 angka 11 dan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah disebutkan pada Pasal 1 angka 12 pada UU No. 7 Tahun 1992 yang menyebutkan : 32 30 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 ayat 11 31 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal. 236 32 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 ayat 12 Universitas Sumatera Utara “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka watu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Penggunaan istilah yang berbeda ini tergantung pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank dalam menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional menggunakan istilah kredit sedangkan bank yang menjalankan usahanya berdasarkan syariah menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 33 Dari kedua rumusan istilah kredit ini, maka perbedaannya terletak pada bentuk kontra prestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana debitor kepada bank kreditor atas pemberian kredit, pada bank konvensional kontra prestasinya berupa bunga sedangkan bank syariah kontra prestasinya adalah imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan bersama. 34 Dengan demikian, kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan perjanjian pinjam meminjam uang yang dilakukan antara pihak bank dengan pihak lain yang dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu yang telah ditentukan akan melunasi atau mengembalikan pinjaman uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai pembayaran sejumlah bunga, 33 Rachmadi Usman, Loc Cit. 34 Ibid, hal. 237 Universitas Sumatera Utara imbalan atau pembagian hasil keuntungan sebagai imbal jasanya. 35 Momentum yuridis yang melatarbelakangi hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur adalah asas konsesualisme yang tercermin pada Pasal 1320 angka 1 KUHPerdata yaitu kata sepakat dijadikan salah satu syarat subjektif untuk melahirkan perjanjian, dengan mana uang atau yang dipersamakan dengan itu merupakan objek perjanjian yang tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, atau ketertiban umum sebagaimana yang tertulis pada Pasal 1320 angka 4 jo Pasal 1337 KUHPerdata. 36

B. Unsur-Unsur Kredit