PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari begitu
banyaknya kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Salah satu yang berperan serta dalam menunjang perekonomian Indonesia adalah Usaha Mikro
Kecil dan Menengah UMKM. Perekonomian di Indonesia pada awalnya terdiri dari usaha-usaha kecil baik di daerah kota maupun pedesaan yang diantaranya
adalah para petani, pengusaha kecil, pedagang kecil dan semua kegiatan produktif yang bersakala kecil.
Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 19971998 sebagai akibat dari krisis ekonomi global yang menyebabkan banyaknya kegiatan ekonomi dalam
skala besar yang bangkrut, kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM yang mampu bertahan dan menopang roda perekonomian agar terus berjalan,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan suatu potensi bisnis yang besar. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
4
4
Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Pasal 1 ayat 2
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
Universitas Sumatera Utara
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana di maksud dalam Undang-undang ini.
5
Sedangkan usaha menengah menurut Undang-undang ini adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang-undang ini.
6
Sebagai suatu bentuk kegiatan usaha yang sangat potensial, maka perlu adanya kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah dalam hal pengembangan
usaha mikro kecil dan menengah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah mengembangkan program-program penjaminan kredit untuk
meningkatkan akses pada sumber pembiayaan bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
.
Pengkreditan di Indonesia sudah ada sejak Indonesia diduduki oleh Belanda pada masa penjajahan. Pada masa itu, perkembangan lembaga-lembaga keuangan
dari yang sangat sederhana fungsi dan lembaganya adalah VOC. VOC adalah perusahaan dagang bukanlah suatu lembaga keuangan ataupun bank.
7
5
Ibid
Namun karena VOC merupakan perusahaan dagang yang juga memerlukan jasa-jasa
keuangan dan kredit, maka kebutuhan akan fungsi-fungsi ini dilayani sendiri karena belum ada lembaga lain yang berfungsi di bidang keuangan dan kredit yang dapat
6
Ibid
7
Faried Wijaya, Pengkreditan Bank dan Lembaga-lembaga Keuangan, BPFE, Yogyakarta, 1991, hal. 4
Universitas Sumatera Utara
mencukupi kebutuhannya. VOC memberikan kredit kepada dan memperoleh kredit dari pemerintahan Belanda, memberikan kredit kepada petani penanam serta pemilik
tanah untuk dapat memperoleh dan mempertahankan monopoli. Sesudah kemerdekaan dan kedaulatan dipegang sepenuhnya lembaga keuangan kita
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Keadaan perbankan sebagai pelaku pengkreditan pada tahun 1950-an tampak masih ditandai dengan situasi perbankan
dan pengkreditan sebelum perang dunia kedua. Hanya sedikit yang membedakannya yaitu semakin sedikitnya dominasi dari bank-bank swasta karena banyak dari bank-
bank Belanda yang di nasionalisasikan menjadi bank-bank negara. Perbankan merupakan salah satu sumber pendanaan diantaranya dalam
bentuk pengkreditan bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut kebutuhan produktif misalnya untuk meningkatkan dan
memperluas usaha. Fungsi perbankan di Indonesia diatur didalam Pasal 1 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
8
8
Try Widiyono, Agunan Kredit dalam Finansial Engineering, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hal. 1
Maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua fungsi bank di Indonesia yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit. Fungsi
Universitas Sumatera Utara
bank yang seperti ini disebut fungsi intermediary antara masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang memerlukan dana.
9
Di negara berkembang seperti Indonesia, kegiatan Bank terutama dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank yang sangat penting dan
utama. Sumber dana perbankan yang dipinjamkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit bukanlah dana milik bank sendiri karena modal bank juga terbatas melainkan
dana-dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut. Dana masyarakat yang terkumpul dalam jumlah yang sangat besar dan jangka waktu yang cukup lama
merupakan sumber utama bagi bank dalam menyalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukan dalam bentuk kredit. Inilah yang dinamakan dengan
fungsi Intermediasi dari bank. Pemberian kredit oleh bank idealnya mendasar pada faktor financial, yang tercakup pada tiga pilar yaitu prospek usaha, kinerja, dan
kemampuan calon debitur. Pemberian Kredit merupakan salah satu perbuatan hukum perjanjian dengan
mana pihak yang berprestasi melakukan kewajiban disebut dengan debitur sedangkan pihak yang berhak menerima prestasi disebut kreditur. Perjanjian
menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
10
“Semua perjanjian baik yang mempunyai suatu nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan
KUHPerdata pada buku III Bab I sd Bab IV Pasal 1319 menegaskan:
9
Ibid
10
R.Subekti R.Tjitrosudibio, KItabUndang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramitha, Jakarta, 2009, hal. 338
Universitas Sumatera Utara
suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam Bab II dan Bab I KUHPerdata”
11
Di dalam KUHPerdata terdapat perjanjian khusus atau perjanjian bernama, disebut perjanjian khusus atau bernama karena jenis-jenis perjanjian yang diatur
didalam KUHPerdata tersebut oleh pembentuk Undang-undang sudah diberikan namanya misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa dan lain-lain. Seiring
berkembangnya zaman, jenis-jenis perjanjian yang terdapat di dalam KUHPerdata tidak dapat memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi dan
perdagangan sehingga muncul berbagai jenis perjanjian bernama yang tidak diatur didalam KUHPerdata seperti perjanjian kredit itu sendiri. Perjanjian bernama diluar
KUHPerdata kemudian oleh pemerintah diatur melalui berbagai keputusan.
12
` Perjanjian kredit merupakan suatu bentuk perjanjian yang dibuat antara dua
pihak yang melahirkan hubungan piutang antara kedua pihak. Mengenai perjanjian kredit sendiri tidak ada diatur secara jelas di dalam Buku III KUHPerdata, namun
berdasarkan asas kebebasan berkontrak maka diberikan kebebasan bagi para pihak untuk menentukan sendiri isi dari perjanjian kredit sepanjang tidak bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan.
13
Menurut Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
14
11
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Pengkreditan Pada Bank, Alfabeta CV, Bandung, 2003, hal. 68
12
Ibid
13
Legal Banking, Perjanjian Kredit dan Pengakuan Hutang, http:legalbanking.wordpress.commateri-hukumperjanjian-kredit-dan-pengakuan-hutang
, diakses 17 Maret 2014, jam 23.37 WIB
14
R.Subekti R.Tjitrosudibio, Op.Cit, hal. 342
Universitas Sumatera Utara
Kredit tentunya sangat dibutuhkan sebagai sumber pembiayaan bagi para pelaku usaha di Indonesia baik usaha dalam skala yang besar maupun skala kecil
dan menegah. Namun sumber pembiayaan kredit ini sangat sedikit di ikuti oleh pengusaha-pengusaha kecil dan menengah. Padahal sektor UMKM memiliki peran
yang strategis yaitu jumlahnya yang besar dan terdapat disetiap sektor ekonomi, menyerab banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak
kesempatan kerja, memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga
terjangkau. Dalam posisi strategis itu, pada sisi lain UMKM masih menghadapi banyak masalah dalam melaksanakan dan mengembangkan aktivitas usahanya.
Diantaranya adalah masalah permodalan dan pengkreditan, yang harus di cari solusinya karena sangat sedikit UMKM di Indonesia yang memanfaatkan sumber
permodalan eksternal, hal ini dikarenakan beberapa alasan seperti sulitnya prosedur yang diberikan bank, suku bunga bank yang tinggi dan masih terbatasnya
kemampuan untuk mengakses lembaga pengkreditan atau perbankan. Dalam permasalahan perbandingan pelaksanaan kredit usaha rakyat dan
kredit biasa penulis akan menuangkannya secara lengkap dan cermat dalam sebuah skripsi yang berjudul: ANALISIS PERBANDINGAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHA RAKYAT KUR DAN KREDIT BIASA STUDI KANTOR PUSAT BANK SUMUT.
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah