digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menempatkan diri sendiri sebagi objek dalam kedudukan sebagai orang lain yakni kemampuan menggeneralisasi orang lain, bertindak dan melihat sebagaimana
orang lain bertindak dan melihat diri mereka sendiri. Kemampuan untuk memandang diri sendiri dari sudut pandang komunitas adalah sangat penting
untuk kemunculan diri maupun kemunculan aktivitas kelompok yang terorganisasi.
Prinsip dasar Interaksionisme simbolik dapat diringkas sebagai berikut: 1.
Manusia dibekali kemampuan untuk berpikir, tidak seperti binatang 2.
Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial 3.
Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka
yang khusus itu 4.
Makna dan simbol memungkinkan manusia melakukan tindakan khusus dan berinteraksi
5. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan
dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi.
6. Manusia mampu memodifikasi dan mengubah sebagian karena
kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatifnya dan kemudian memilih satu di antara serangkaian peluang tindakan itu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7. Pola aksi dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk
kelompok dan masyarakat. Mead sedikit sekali berbicara tentang masyarakat, yang ia pandang secara
sangat umum sebagai proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Mead umumnya kurang memerhatikan kehidupan masyarakat secara makro,
pranata sosial didefinisikannya tak lebih dari sekadar sebagai kebiasaan-kebiasaan kolektif.
11
Berpijak pada prinsip dasar teori Interaksionisme simbolik dan asumsi- asumsi yang terangkum di atas, peneliti memandang teori Interaksionisme
simbolik sangat relevan menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan peneliti. Tak lepas dari batasan masalah di atas, wilayah yang akan dianalisis
peneliti dengan menggunakan teori ini adalah bagaimana proses dakwah di masyarakat pedalaman Fakfak terutama masyarakat di Kampung Ugar Pertuanan
Sekar kabupaten Fakfak. 1.
Berpijak pada prinsip dasar teori ini bahwa bagi seorang pendakwah dalam memaknai tradisi tersebut dituntut menggeneralisasi orang lain bertindak
dan melihat sebagaimana orang lain bertindak dan melihat diri mereka sendiri serta berinteraksi dengan masyarakat setempat, yaitu dengan
mempelajari, mengamati dan memahami keseharian masyarakat di Kampung Ugar, sehingga da’i dituntut untuk mampu menempatkan
dirinya bagian dari masyarakat tersebut. Prinsip Teori ini menjelaskan bahwa dengan menggeneralisasi fenomena-fenomena yang ada, seorang
11
Ibid., 298-300
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
aktor atau pendakwah mampu memodifikasi dan mengubah serta dapat mengukur sejauh mana ia berinteraksi dengan dirinya sendiri dan mampu
menggenaralisasi orang lain. Dalam artian bahwa da’I akan sukses di medan dakwahnya bila ia mengetahui mulai dari manakah ia akan
melangkah dan resep atau pesan dakwah manakah yang sepantasnya diberikan kepada masyarakat objek dakwah.
2. Sejalan dengan orientasi interaksionisme simbolik yang mengarah pada
kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan tindakan dan interaksi yang semuanya dipahami dari sudut proses; kecenderungan aktor atau
pendakwah dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan struktural dalam berdakwah di pedalaman Fakfak. Sebagaimana yang
dipandang oleh Mead bahwa: “Untaian proses mental sebagai bagian dari
proses sosial lebih luas yang meliputi kesadaran, kesan, mental, arti dan yang paling umum pikiran. Manusia mempunyai kapasitas khusus untuk
melakukan percakapan batin dengan diri sendiri, seluruh proses mental itu bukan terletak di dalam otak melainkan di dalam proses sosial. Melalui
teori ini peneliti mengamati dan menganalisis tindakan apa yang dilakukan pendakwah setelah melakukan proses yang panjang baik itu aksi dan
interaksi yang dilakukan pendakwah terhadap rutinitas masyarakat di Kampung Ugar, serta peluang apasaja yang telah ditempuh dalam
mengatasi berbagai fenomena-fenomena yang ada pada masyarakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu atau tinjauan pustaka merupakan rujukan dan informasi dasar penulis yang digunakan dalam penelitian ini yang berguna untuk
menghindari plagiat, kesamaan dan pengulangan penelitian. Beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini antara lain:
1. Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial Belajar dari Masyarakat
Fakfak di Propinsi Papua Barat
12
. Artikel ini menjelaskan bahwa dinamika sosial kemasyarakatan di Papua
tidak selalu menghadirkan cerita tentang konflik dan disintegrasi, tetapi juga tentang harmoni dan perdamaian sebagaimana yang terjadi pada masyarakat
Fakfak. Temuan penting dalam riset ini antara lain:
Pertama: agama dan budaya berperan penting dalam melahirkan norma- norma sosial yang harmonis yang mempengaruhi praktik-praktik sosial individu
hingga pada arena sosial yang lebih luas seperti politik dan ekonomi. Kedua: proses pelembagaan nilai dan norma didukung oleh pemerintah dan
kekuatan civil society yang memiliki misi yang sama untuk mempromosikan harmoni dan perdamaian.
12
Saidin Ernas dkk, “Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak di
Propinsi Papua Barat”, Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, Vol. 13, No. 1 Januari
– April 2014
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tulisan ini juga mengingatkan bahwa isu-isu konflik, seperti separatismme dan radikalisme agama, bila tidak ditangani dengan hati-hati bisa merusak
integrasi sosial di Fakfak. Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai integrasi yang tercipta dalam
kehidupan masyarakat Fakfak baik sosial agama, budaya, sosial dan ekonomi. Sementara riset yang peneliti lakukan tidak hanya terfokus sekedar melihat nilai-
nilai sosial namun terfokus pada problematika dakwah yang mencakup pemaknaan akan nilai-nilai yang tersirat baik dalam kancah tradisi maupun
dakwah dan bagaimana strategi dan solusi yang ditempuh untuk mengatasinya. 2.
Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal Studi Interaksi Kelompok Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah
13
Makalah ini mengemukakan tentang faktor-faktor pendukung kerukunan beragama di Ambarawa, Semarang. Jawa Tengah:
a. Kerukunan dapat berjalan dengan baik, karena didukung oleh adat dan
budaya masyarakat. b.
Kerukunan didukung oleh rasa saling menghormati dan toleransi yang tinggi, sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
c. Nilai-nilai harmoni yang terlihat dalam berbagai tradisi keagamaan dan
tradisi budaya yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat Cina
13
Sulaiman, “Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal: Studi Interaksi Kelompok Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah
”, Harmoni, jurnal Multikultural dan Multireligius. Vol. 13, No. 1 Januari
– April, 2014.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Konghucu juga melibatkan masyarakat Cina lainnya yaitu KristenKatolik, Buddha dan Muslim.
Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai kerukunan yang terkandung dalam tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat dan nilai-nilai tersebut
terefleksikan dalam berbagai proses sosial di masyarakat Ambarawa. Adapun fokus penelitian yang peneliti tempuh dalam riset ini antara lain
mengkaji proses dakwah lebih khususnya kajian terhadap strategi pendakwah dalam menghadapi berbagai fenomena dakwah di masyarakat pedalam Fakfak,
juga termasuk di dalamnya memaknai dakwah dan nilai-nilai yang terkandung dalam simbol atau semboyan dalam tradisi Fakfak yang terimplementasi dalam
kehidupan masyarakat Fakfak, 3.
Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk Patipi Fakfak Papua
14
. Makalah ini memfokuskan risetnya pada pembahasan berikut:
a. Simbol-simbol neretmagan mampu menyatukan berbagai perbedaan
di wilayah Patipi Kabupaten Fakfak sekalipun perbedaan keyakinan b.
Adat dipandang sebagai alat kontrol untuk mempertahankan dan memelihara keberlangsungan kehidupan beragama yang harmonis di
dalam kehidupan masyarakat. c.
Integrasi sosial hanya dapat terwujud jika ada kesatuan fungsional antara sub-sub-sistem yang ada dalam kehidupan masyarakat Fakfak.
14
Suparto Iribaram, “Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk Patipi Fakfak Papua”, Kumpulan Makalah Yang Dipresentasikan Pada The 11th Annual Conference on
Islamic Studies.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Riset ini membatasi ruang pembatasannya pada simbol-simbol sosial, tradisi dan integrasi sosial yang terwujud jika ada kesatuan antara fungsional antara sub-
subnya yang ada dalam dalam kehidupan masyarakat Patipi, Kabupaten Fakfak. Sementara riset yang peneliti lakukan selain memfokuskan pada tradisi juga
memaknai tradisi dan simbol-simbol tersebut dan hubungannya dengan proses dakwah baik mengkaji fenomena-fenomena dakwah yang tercermin pada simbol-
simbol tersebut dan bagaimana strategi pendakwah dalam mengatasi problematika di medan dakwahnya.
4. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman
15
Fokus pembahasan pada penelitian ini antara lain “bagaimana perilaku sosial yang menghubungkan Islam dengan kondisi setempat di Papua B
arat”. Penelitian ini pada umumnya mengungkapkan pembahasan tentang keberadaan
Islam sebagai pandangan hidup di Papua Barat. Kemudian peniliti riset ini mengemukakan hasil temuannya antara lain:
a. Kepemimpinan dan adat,
b. Keberagamaan dan keberagaman, dan
c. Semangat belajar.
Dari tiga temuan utama tersebut menunjukkan bahwa muslim di wilayah Papua Barat bukan sekedar berusaha mempertahankan tradisi mereka melainkan
senantiasa mempertahankan harmoni beragama dengan umat lain.
15
Ismail Suardi Wekke. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman. Skripsi Jurusan Dakwah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Sorong, Papua Barat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Walaupun tempat penelitian yang menjadi sasaran peneliti pada tesis ini yaitu Kabupaten Fakfak, namun peneliti lebih mengkhususkan riset pada
masyarakat di Kampung Ugar Pertuanan Sekar. Adapun penelitian yang akan ditinjau pada Tesis ini antara lain tentang proses dakwah.
5. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di
Fakfak Papua Barat
16
Penelitian ini terfokus pada kajian peran tokoh agama, serta kondisi kehidupan komunitas Muslim di Fakfak Papua Barat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komunitas Muslim di Fakfak mengalami perkembangan yang terlihat dari beberapa aspek:
a. Sosial, hubungan sosial masyarakat semakin baik.
b. Budaya, pelestarian budaya yang sesuai dengan Islam.
c. Agama, meningkatnya pemahaman Islam.
d. Pendidikan, semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya
pendidikan, terutama bagi generasi muda dan sudah banyak sarjana dari berbagai disiplin ilmu.
e. Ekonomi, masyarakat semakin mapan berkat upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran tokoh agama sangat
penting bagi perkembangan komunitas Muslim di Fakfak, antara lain:
16
Zaeni Ulumudin. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di Fakfak Papua Barat. Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang,
2015