memberi peluang berpikir tentang perempuan dengan mengetengahkan bagaimana perempuan dihadirkan dan bagaimana seharusnya perempuan dihadirkan.
Sementara itu Culler 1983: 43-66 mengatakan bahwa membaca sebagai perempuan berarti membaca dengan kesadaran membongkar praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang
endosentris atau patriarki, yang hingga kini masih menguasai proses penulisan dan pembacaan sastra. Dalam Women’s Studies Encylopdeia Tierney jender adalah konsep kultural, berupaya
membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara pria dan wanita yang berkembang dalam masyarakat. Hillary M. Lips dalam bukunya Sex and
Gender: An Introduction 1993: 4 mengartikan jender sebagai harapan-harapan budaya pria dan
wanita semisal wanita dikenal sebagai sosok yang keibuan dan lembut, sementara sosok laki-laki adalah kuat, rasional, dan jantan.
1. Aliran-aliran Feminisme
Fenomena ketidakadilan jender tersebut mendorong kaum wanita berjuang untuk membebaskan diri dari masalah tersebut. Tong 1998 dalam bukunya Feminist Thought
memaparkan beberapa pemikiran atau aliran dan konsep feminisme dalam rangka untuk membebaskan diri dari belenggu ketidakadilan jender. Aliran-aliran feminisme mempunyai
kesamaan dalam fokus penindasan wanita dalam masyarakat tetapi mereka berbeda dalam definisi tentang penyebab-penyebab penindasan tersebut serta solusi-solusi yang ditawarkan bagi
perubahan sosial atau individu Ollen Moore,1966: 20. Berikut beberapa aliran feminisme yang dijelaskan oleh Tong, yaitu feminsme liberal, radikal, marxis, sosialis, eksistensialis, dan
ekofeminisme. a.
Feminisme Liberal Aliran ini memandang bahwa sumber penindasan wanita adalah belum
terpenuhinya hak-hak perempuan. Ia mendapat perlakuan deskriminasi dalam banyak bidang karena ia seorang perempuan Heroepoetri Valentina, 2004: 36. Gerakan ini
berjuang demi kebebasan kaum perempuan dari peran jender yang opresif. Kaum libareal mencampuradukkan seks dan jender, dan memberikan pekerjaan kepada kaum wanita
sesuai dengan karakternya, seperti perawat, pengajar, dan pengasuh anak Tong,1998: 49. Solusi yang ditawarkan adalah penyediaan kesempatan sebanyak mungkin terhadap
perempuan melalui institusi-institusi yang ada, seperti institusi pendidikan dan ekonomi. Konsekuensi logisnya adalah perempuan hendaknya meningkatkan kapasitas dirinya
untuk dapat bersaing secara bebas dengan laki-laki.
b. Feminisme Sosialis
Aliran ini mengaitkan dominasi laki-laki dengan proses kapitalisme. Aliran ini lebih memperhatikan keanekaragaman bentuk ptriarki dan pembagian kerja seksual,
karena kedua hal ini tidak bias dilepaskan dari modus prosuksi masyarakat. Solusi yang ditawarkan adalah perjuangan perempuan hanya akan berhasil jika sistem pemilikan
pribadi dihancurkan dan lalu berhasilnya transformasi sosial masyarkat yang menghancurkan kelas-kelas dan penguasaan alat-alat produksi segelintir orang untuk
diserahkan dan dikelola secara sosial.
c. Feminisme Radikal
Aliran ini percaya bahwa perempuan ditindas oleh sistem-sistem sosial patriarki yang merupakan penindasan yang paling mendasar. Penindasan seperti rasisme,
eksploitasi jasmani dan heteroseksisme, yang terjadi secara signifikan dalam hubungan dengan penindasan patriarkis. Jalan keluar yang ditawarkan oleh aliran ini adalah adanya
perubahan sistem patriarki Ollenburger Moore,1996: 27. Fakih 2007: 84 menambahkan, aliran ini memperjuangkan kebebasan kaum wanita sebagai reaksi dari
kutur Sexism atau diskrimasi soail atas jenis kelamin. Para penganut feminisme radikal ini tidak melihat adanya perbedaan tujuan personal dan politik, unsur seksual atau
biologis.
d. Feminisme Marxis
Aliran ini merupakan reaksi dari aliran feminisme liberal yaitu bagaimana meningkatkan kedudukan dan peran perempuan. Marxis berpendapat bahwa ketinggalan
yang dialami oleh perempuan bukan disebabkan oleh tindakan individu secara sengaja tetapi lebih sebagai akibat dari struktur sosial, politik, dan ekonomi yang erat kaitannya
dengan kapitalisme. Dengan demikian perempuan tidak akan berkembang jika masih
tetap hidup dalam dunia yang berkelas. Solusinya adalah perempuan harus masuk dalam sektor publik yang dapat menghasilkan uang sehingga konsep pekerjaan domestik
perempuan tidak ada lagi Mustakim, 2003: 28; Tong, 1998: 6.
e. Feminisme Eksistensis
Aliran ini muncul sebagai reaksi dari feminisme sosialis bahwa relasi perempuan tidak serta merta dapat berubah ketika terjadi perubahan dari kapitalis ke sosialis karena
akar permasalahannya bukan terletak pada faktor ekonomi akan tetapi pada masalah ontologisme Tong,1998: 266.
f. Feminisme Ekofeminisme
Dfghjkl;kjhgfdsdfghjk
B. Sinopis Drama Iphigenie auf Tauris