KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM NOVEL ICH LERNE DEUTSCH KARYA DENIS LACHAUD
Abstrak
Tujuan penelitiana ini adalah untuk meskriskikan proses komunikasi antar budaya, hambatanya dan solusinya yang terjadi dalam novel Ich lerne Deutschkarya Deni Lachaud. Proses
komunikasi yang dimaksud adalah bagaimana tokoh-tokoh dalam novel tersebut menggunakan selective perception, selective attention,
dan selective retention dalam melakukan komunkasi antara budaya Perancis dan Jerman. Dalam proses komunikasi tersebut pasti ada hambatan dan
slusi yang ditawarkan dalam novel ini. Kata kunci: komunikasi antarbudaya, proses komunikasi, selective proccess
A. Teori Komunikasi Antar Budaya
1. Pengertian Komunikasi antar Budaya
Pertemuan antarbudaya dalam era globalisasi tidak dapat dielakkan lagi karena karakter dari globalisasi adalah batas-batas antarnegara sudah tidak terlihat lagi. Menurut Litvin 1977
dunia sedang mengalami penyusutan sehingga memahami keanegaragaman budaya adalah sebuah keniscayaan. Lantas apa yang terjadi ketika dua budya atau lebih saling bertemu? Situasi
akan menjadi buruk ketika komunikasi yang terbangun di antara dua elemen budaya bertemu. Masalah yang muncul dimulai dari hal yang kecil berupa kesalahpahaman dan yang terbesar
adalah pertumpahan darah. Bolten 2001: 65-80 mendefinisikan pertemuan dua budaya atau lebih berarti hidup berdampingan nebeneinander leben, hidup bersama-sama miteinander
leben, adanya interaksi dan inisiatif sosialisasi diri dari kedua pihak, bahkan berujung menjadi
proses akulturasi. Tugas interkultural adalah mendorong proses hidup berdampingan menjadi hidup bersama-sama.
Samavor dan Porter 1976: 25 mengatakan, yang dimaksud dengan komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda. Sedangkan Dood 1991: 5 mendefinisikan komunikasi antarbudaya dilakukan oleh pribadi, antarpribadi, dan kelompok yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang
berbeda dan perbedaan itu mempengaruhi para pelaku komunikasi. Sementara Liliweri 2009: 9 mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi antara dua orang atau lebih yang
berbeda latar belakang kebudayaan.
2. Faktor-Faktor Psikologis
Dari beberapa pendapat di atas, maka ada beberapa kata kunci dalam memahami komunikasi antarbudaya yaitu komunikasi, pelaku yang berbeda budaya, dan adanya proses
komunikasi. Itulah sebabnya hal pertama yang harus dipahami adalah pengertian tentang komunikasi, kemudian siapa yang melakukan komunikasi tersebut, dan bagaimana proses
komunikasi terebut berjalan efektif atau tidak. Secara umum tujuan orang berkomunikasi adalah pesan yang disampaikan oleh seseorang diterima dengan pemahaman yang sama seperti apa yang
dipahami oleh orang yang menyampaikan pesan. Sering hambatan yang muncul adalah pesan yang disampaikan diterima dengan pemahaman yang lain oleh si penerima pesan. Hal ini
disebabkan oleh latar belakang budaya yang berbeda. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, seperti perbedaan pengetahuan, kebiasaan, jenis kelamin, umur, dan lain-lain.
Hybels dan Weafer, 1992 dalam Liliweri, 2009: 74-76 mengatakan bahwa ada beberapa hambatan psikologis yang mempengaruhi proses komunikasi antarbudaya yaitu
attention, selective processes, selective perception, selective attention, seletive exposure, dan
selective retention . Attention adalah kemampuan untuk berkonsentrasi, kemampuan ini
merupakan salah satu variabel psikologis yang penting yang mempengaruhi komunikasi. Selective processes
adalah proses untuk memilih pesan dari luar. Selective perception adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah fakta bahwa segala sesuatu tidak selalu
diterima dengan cara yang sama oleh individu-individu yang berbeda-beda pada kesempatan yang berbeda-beda pula. Selective attention adalah atensi yang terjadi ketika berlangsungnya
proses persepsi. Selective exposure merupakan kecenderungan setiap individu untuk menyatakan dirinya pesan yang kongruen dengan variabel psikologis yang mendorongnya untuk mendekati
atau menjauhi pesan tersebut. Selective retention merefleksikan dampak dari pengalaman individu di masa lalu yang mendorongnya membuat preferensi terhadap informasi yang
menerpanya. Edward T. Hall 1959 mengatakan, bahwa culture is communication and communication
is culture . Merujuk pendapat di atas, antara komunikasi dan budaya tidak dapat dibedakan secara
diametral. Kedua istilah ini merupakan satu kesatuan yang utuh, yaitu bahwa komuniksi akan
efektif jika memahami budaya orang yang diajak berbicara atau kepada orang yang diberi pesan. Sedangkan sebuah budaya akan mempengaruhi cara berkomunikasi seseorang.
3. Hambatan –Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya