DAFTAR KEGIATAN PONDOK PESANTREN AL-JIHAD 1. kegiatan harian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 38 pondok pesantren Al-jihad rata-rata belum pernah mondok ditempat lain sebelumnya dan baru pertama mondok ketika mereka kuliah, itupun kehendak dari orang tua mereka. 8 Orang tua santri mengetahui info pondok Al-jihad dari pengajian maupun media televisi, dimana dalam pengajian itu yang menjadi penceramah adalah para pengasuh pondok pesantren Al-jihad, seperti KH. Much. Imam Chambali, Hj. Luluk Chumaidah, KH. Syaiful Jazil, dan KH. M. Syukron Jazilan Badri. Dengan mengikuti pengajian dan mendengarkan ceramah dari para pengasuh pondok kemudian muncul rasa ketrertarikan untuk memondokkan anak mereka dipondok yang diasuh oleh para ulama dibatas. Pesantren mahasiswa al-Jihad berbeda dengan pondok pesantren biasanya yang memberikan pendidikan klasik dengan metode salaf yang lengkap dengan kitab-kitab ulama terdaluhu. Akan tetapi pesantren al-Jihad yang berada di kota Surabaya ini memberikan sebuah pemikiran yang general dan kritis serta tidak terpaku oleh budaya pesantren yang klasik. 9 Dengan berbagai pengembangan santri al Jihad ini diarahkan untuk menjadi santri yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan berpedoman al Muhafadhatu ala Qodim al Sholih wal Ahkdhu bi Jadid al Aslah, yakni dengan menjaga budaya klasik yang baik dan mengembil budaya baru yang lebih baik lagi. Dengan model pesantren 8 Dokumen resmi yayasan pondok pesantren mahasiswa Al-jihad buku profil pondok, 28. . 9 Ibid, 29. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 39 yang mengkomparasikan budaya lama dan modern inilah menjadikan para santri di al jihad ini dituntun untuk kritis terhadap segala perkembangan dunia modern yang semakin canggih. 10 Sebagai seorang mahasiswa dan memiliki kepribadian dewasa, santri al jihad merupakan salah satu agen of Change memiliki sebuah tuntutan untuk terus memberikan sebuah solusi bagi semua masyarakat. Disinilah yang memebedakan santri al Jihad dengan santri di pondok pesantren yang lain. Dan lebih spesifik lagi permasalah-permasalahan keagamaan yang ada di Indonesia yang semakin komplek dan sensitif dengan kekerasan dan anarkis yang mengatasnamakan agama. 10 Ibid, 30. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 41 BAB III KAJIAN TEORI

A. TEORI KONSTRUKSI SOSIAL

Teori konstruksi sosial merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer yang diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckman. Charles R. Ngangi menjelaskan, bahwa konstruksi sosial merupakan sebuah pandangan kepada kita bahwa semua nilai, ideologi, dan institusi sosial adalah buatan manusia. 1 Berger dan Luckman meringkas teori mereka dengan menyatakan bahwa realitas terbentuk secara sosial, dalam pengertian individu-individu yang didapat dari masyarakat itulah yang membangun masyarakat. maka pengalaman individu tidak terlepas dari campur tangan masyarakat dalam membentuknya. Menurut Berger dan Luckman, kita semua mencari pengetahuan atau kepastian bahwa fenomena itu memang nyata adanya dan memiliki karakteristik yang khusus dalam kehidupan kita sehari-hari 2 Istilah konstruksi atas realitas sosial didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas atau kenyataan yang dimiliki dan dialaminya. 3 1 Charles R. Ngangi, Konstruksi Sosial Dalam Realitas Sosial, ASE – Volume 7 Nomor 2, Mei 2011: 1 – 4, sulutiptek.comdocumentsrealitassosial.pdf, Jumat, 15 April 2016, 19:45 2 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, 300-301 3 Argyo Demartoto. Teori konstruksi sosial dari peter l. Berger dan thomas luckman, http:argyo.staff.uns.ac.id20130410teori-konstruksi-sosial-dari-peter-l-berger-dan-thomas- luckman, Minggu, 24 April 2016, 22:23 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 42 realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia bebas yang melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lain. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai media produksi dalam mengkonstruksi dunia sosialnya. 4 Akan tetapi, realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi-dimensi subyektif keadaan dimana seseorang berpikiran relative, hasildari menduga-duga, berdasarkan perasaan atau selera orang dan obyektifsikap seseorang yang lebih pasti, bisa diyakini kebenarannya, akan tetapi bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi. Manusia merupakan instrument dalam menciptakan realitas sosial yang obyektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhinya melalui proses internalisasi yang mencerminkan realitas subyektif. 5 Teori konstruksi sosial menyatakan bahwa setiap fakta yang hadir di tengah-tengah masyarakat realitas sosial merupakan hasil proses dialektika. Peter L. Berger dan Thomas Luckman menyatakan terdapat dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Kedua unsur ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Proses dialektika tersebut setidaknya melalui tiga tahap yang oleh kedua tokoh itu disebut sebagai momen. Yaitu momen eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. 4 ibid 5 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, 301.