Profil Gereja HKBP T2 752010013 BAB III

61 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Bagian ini merupakan hasil penelitian yang langsung dianalisa. Pada bab ini penulis akan menjabarkan: profil Gereja HKBP, relasi pendeta perempuan dengan lingkungannya, pengaruh budaya Batak dalam penerimaan pendeta perempuan, pemahaman mitra sejajar antara laki-laki dan perempuan, dan pendeta perempuan kurang mempersiapkan diri sebagai pemimpin.

3.1. Profil Gereja HKBP

Dalam Aturan dan Peraturan Gereja HKBP dinyatakan bahwa HKBP adalah persekutuan orang percaya dari segala suku dan golongan bangsa Indonesia dan segala bangsa di dunia yang dibaptis ke dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. 109 HKBP adalah satu wujud nyata tubuh Kristus yang mencakup segenap orang percaya dan bersaksi di seluruh dunia. HBKP berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861 sekaligus merupakan awal dari penginjilan Lembaga Zending Rhein di Tanah Batak. Disamping itu, tanggal tersebut merupakan tanggal rapat pertama para penginjil utusan Rheinische Missions Gesellschaft RMG disebut juga Kongsi Barmen di Tanah Batak dan dimaknai HKBP sebagai hari jadinya. Dalam sejarah penginjilan di Tanah Batak, peranan keempat penginjil, yaitu: Richard Burton dan Nathaniel Ward berasal dari Inggris tahun 1824 – walau hanya sebentar karena Ward tinggal di Padang dan Burton menetap di India, Munson dan 109 Aturan dan Peraturan HKBP 2002, Pearaja-Tarutung, Kantor Pusat HKBP, 2002, 99-100 62 Lyman pada tahun 1834 - tiba di Tanah Batak namun tewas karena hujaman tombak menembus tubuh mereka di daerah Lobupining, Tapanuli Utara 110 adalah begitu besar, terutama sebagai perintis dalam pekabaran Injil di Tanah Batak. Sekalipun menghadapi kejadian yang sangat tragis dimana Munson dan Lyman akhirnya tewas terbunuh, Belanda tetap mengirimkan dua orang pekabar Injil yaitu Gerrit van Asselt dan C.J. Klammer ke Tanah Batak, tepatnya di Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Mereka berdua berhasil membaptis dua orang Batak pertama pada hari raya Paskah 31 Maret 1861 yaitu Pagar Siregar dan Main Tampubolon. Mereka juga berhasil mendirikan jemaat Pangaloan di Tapanuli Utara. 111 Sejak kedatangan I Ludwig Nomensen 1862, perkembangan kekristenan di tanah Batak semakin pesat. Metode pendekatan yang kontekstual dan corak berpikir adaptif dan transformatif pemberitaan Injil yang dilakukan meliputi perkataan, perbuatan diakonal dan pendidikan, 112 membuat Injil mudah diterima orang Batak. Selain itu, pertambahan rekan dalam pelayanan serta kehadiran pemberita Injil pribumi mempercepat berdirinya jemaat-jemaat dan sebuah Gereja Batak yang kemudian disebut gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP yang berkantor pusat di Pearaja Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Saat ini HKBP memiliki hampir empat juta jiwa warga jemaat, tiga ribu seratus enampuluh delapan 3.168 gedung gereja, enam ratus tigapuluh delapan 638 resort 110 Jubil Raplan Hutauruk, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, Pearaja-Tarutung, Kantor Pusat HKBP, 2011, 29-31. 111 Jubil Raplan Hutauruk, Lahir, Berakar..., 35 – 37. 112 Jubil Raplan Hutauruk, Lahir, Berakar..., 42 – 49, Jubil Raplan Hutauruk, Tuhan Menyertai UmatNya, Pearaja Tarutung, Kantor Pusat HKBP, 1986, 15 – , Me urut Hutauruk, ketika itu u ul pe dapat da ke aki a dikalangan orang Batak bahwa dengan berdirinya jemaat Kristen pasti akan tercipta pembangunan desa dan masyarakat melalui pendirian gedung-gedung sekolah dan pusat- pusat kesehata . 63 yang tersebar di Indonesia, Singapore, Kuala Lumpur dan Amerika Serikat dengan duapuluh tujuh 27 distrik. HKBP juga mempunyai 1.648 orang pendeta dan 277 17,3 diantaranya adalah pendeta perempuan. Diakones berjumlah 136 orang, 212 orang Bibelvrouw, 290 orang Guru Jemaat dan 515 orang Calon Pelayan. 113 Awal keterlibatan perempuan dalam pelayanan di tanah Batak tidak terlepas dari para missionaris. Dalam melaksanakan pelayanannya, para misionaris telah mengikutsertakan isteri mereka untuk mengajar para ibu dan anak. Hal ini kemudian dipertegas dengan kehadiran Schwester Hester Needhaam tahun 1890. Schwester Hester Needhaam memulai pelayanan khusus bagi para perempuan. Walaupun pada masa itu masyarakat Batak menganut paham patriarkhal, serta menjunjung tinggi nilai adat dan tidak memperkenankan perempuan memegang jabatan di dalam masyarakat dan Gereja. Selanjutnya, Zuster Elfrieda Harder tahun 1928 juga membuka kursus pelayanan terhadap perempuan dengan tujuan memperkenalkan kasih Kristus di dalam hidup pribadi dan keluarga mereka. Kursus tersebut kemudian dikembangkan menjadi sekolah Bibelvrouw berdiri tanggal 1 Agustus 1934 di Narumonda Laguboti, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. 114 Pendirian Sekolah Bibelvrouw bertujuan untuk mendidik para ibu, janda dan anak-anak gadis untuk semakin memahami Firman Tuhan dan kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan kaum perempuan. Dalam perkembangan selanjutnya, pada 15 Agustus 1935, jabatan pelayan perempuan pertama diberikan 113 Biro Personalia HKBP, Hasil wawancara, Kamis, 29 Maret, 2012, Pearaja Tarutung, Kantor Pusat HKBP. 114 Almanak HKBP tahun 2012, Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung, 2012, 466. 64 Gereja HKBP melalui penahbisan Bibelvrouw berjumlah dua belas 12 orang. Kemudian Sekolah Bibelvrouw dipindahkan ke Laguboti tanggal 21 Nopember 1936. 115 Dampak berkecamuk perang di antara Jerman dan Belanda, pemerintah kolonial Belanda menangkap dan memenjarakan semua pendeta dan Suster Jerman yang bekerja di HKBP. Pada akhirnya Sekolah Bibelvrouw terpaksa ditutup. Kemudian dibuka kembali tahun 1945 dengan pimpinan Pdt Kasianus Sirait. 116 Sejak tahun 1981 hingga sekarang untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan masa studi sekolah Bibelvrouw diputuskan menjadi empat tahun dengan menambah pendidikan bahasa Inggris dan budi pekerti 117 dalam kurikulum yang sudah ada. Adapun tugas Bibelvrouw sebagaimana dituangkan dalam Agenda HKBP yaitu: 118 1. Bibelvrouw adalah teman sekerja Pendeta memberitakan Firman Allah, membimbing dan mengamati anggota jemaat. Pembimbingan juga dilakukan kepada penyembah berhala ditengah-tengah jemaat. 2. Bibelvrouw adalah Penginjil bagi para anggota jemaat, khususnya tugas pelayanan kaum perempuan, pemudi dan anak-anak. 3. Bibelvrouw hendaknya memiliki cara hidup yang baik agar dapat menjadi teladan ditengah-tengah jemaat. Berdasarkan uraian tugas di atas, secara tersirat dan tersurat bahwa Bibelvrouw tidak akan dapat menjadi pemimpin pelayanan di tingkat resort, distrik dan sinode walaupun mereka teman sekerja Pendeta. Selain Sekolah Bibelvrouw, HKBP juga mempunyai sekolah yang keseluruhan siswanya adalah perempuan yaitu Pendidikan Diakones. Cikal bakal Pendidikan Diakones i i, diawali pada Mei de ga Kursus Diako es HKBP da ke udia sejak 115 Kantor Pusat HKBP, Alamanak HKBP... 466. 116 Jubil Raplan Hutauruk, Lahir, Berakar dan Bertumbuh...,216. 117 Ibid., 118 Agenda HKBP Bahasa Indonesia, Pematangsiantar, Percetakan HKBP, 1996, 54-55. 65 tahun 1976 berubah menjadi Pendidikan Diakones HKBP. Sekolah tersebut terletak di Jalan Onanraja, Balige, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. 119 Adapun bidang studi yang dipelajari antara lain agama Kristen, diakoniapekerjaan sosial, perawatan kesehatan, ketrampilan dan seni musik. Pada tanggal 28 Agustus 1983 adalah penahbisan Diakones pertama di HKBP. Tugas Diakones sebagaimana tertera dalam Agenda HKBP yaitu: 120 1. Diakones adalah pelayan jemaat untuk mengerjakan pelayanan ditengah- tengah jemaat dan masyarakat dalam bentuk pelayanan diakonia. 2. Tugas itu dilakukan dalam bentuk menghibur orang yang berduka, memberi semangat, memberi bimbingan dalam kesehatan dan budi pekerti, memberi bantuan. 3. Diakones harus murah hati agar menjadi pelayan yang baik. Sebagaimana diuraikan di atas, Diakones melakukan pelayanan di tengah-tengah jemaat dan masyarakat hingga sekarang ini. Sama halnya dengan Bibelvrouw, mereka juga tidak dapat menjadi pemimpin di tingkat resort, distrik dan sinode. Namun berbeda dengan Sekolah Bibelvrouw yang dipimpin oleh Pendeta laki-laki, Sekolah Diakones dari awal hingga sekarang selalu dipimpin oleh Diakones.

a. Perempuan dalam Pendidikan Teologia di HKBP