Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap, pewarnaan BTA, pemeriksaan radiologis, dan biopsi aspirasi jarum halus dapat membantu dalam
membuat diagnosis awal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalammemberikan pengobatan sebelum diagnosis akhir dapat dibuat berdasarkan
biopsi dan kultur Bayazit, 2004. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa limfadenitis TB :
2.7.1 Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen.
Spesimen untuk pewarnaan dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi. Dengan pemeriksaan ini kita dapat memastikan adanya basil mikobakterium
pada spesimen, diperlukan minimal 10.000 basil TB agar perwarnaan dapat positif Mohapatra, 2009; Bayazit, 2004.
Kultur juga dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis limfadenitis TB. Adanya 10-100 basilmm3 cukup untuk membuat hasil kultur
positif. Hasil kultur positif hanya pada 10-69 kasus Mohapatra, 2009. Berbagai mediadapat digunakan seperti Petregnani, Trudeau, Middle-brook,
dan Bactec TB. Diperlukan waktu beberapa minggu untuk mendapatkan hasil kultur. Pada adenitis tuberkulosa, M.tuberculosis adalah penyebab tersering,
diikuti oleh M.bovis Bayazit, 2004 .
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Tes Tuberkulin
Pemeriksaan intradermal ini Mantoux Test dilakukan untuk menunjukkan adanya reaksi imun tipe lambat yang spesifik untuk antigen
mikobakterium pada seseorang. Reagen yang digunakan adalah protein purified derivative
PPD. Pengukuran 2-10 minggu setelah infeksi. Dikatakan positif apabila terbentuk indurasi lebih dari 10 mm, intermediat apabila indurasi 5-9
mm, negatif apabila indurasi kurang dari 4 mm Mohapatra, 2009.
2.7.3 Pemeriksaan Sitologi
Spesimen untuk pemeriksaan sitologi diambil dengan menggunakan biopsi aspirasi kelenjar limfe. Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan sitologi dengan
biopsy aspirasi untuk menegakkan diagnosis limfadenitis TB adalah 78 dan 99 Kocjan,2001. CT scan dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan
biopsi aspirasi kelenjar limfe intratoraks dan intraabdominal Sharma, 2004. Basil TB pertama kali menyebar secara secara limfogen menuju kelenjar getah
bening regional di hilus, kemudian penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan reaksi inflamasi di sepanjang saluran limfe limfangitis dan
kelenjar limfe regional limfadenitis. Basil TB dapat menginfeksi kelenjar getah bening tanpa terlebih dahulu menginfeksi paru. Basil TB akan berdiam di mukosa
orofaring setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di mukosa orofaring basil TB akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya akan
dibawa ke kelenjar limfe di leher Datta, 2004. Pada pemeriksaan sitologi akan terlihat Langhans giant cell, granuloma epiteloid, nekrosis kaseosa.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 : Kelompokan seperti granuloma dari histiosit-histiosit epiteloid nekrosis .pewarnaan MGG Eliady, 2010.
Sel-sel epiteloid merupakan tanda yang khas dari sediaan aspirasi biopsi. Sel epiteloid dengan inti berbentuk elongated, yang dideskripsikan
sebagai bentuk seperti tapak sepatu. Kromatin inti bergranul halus dan sitoplasma pucat dengan pinggir sel yang tidak jelas Eliady, 2010. Sel- sel
epiteloid pada limfadenitis TB membentuk gumpalan kohesif, berukuran kecil maupun berukuran besar yang dapat mirip granuloma yang terdapat
pada sediaan histopatologi. Limfadenitis TB dapat ditegakkan apabila kriteria histiosit dari tipe epiteloid yang membentuk kelompokkan-
kelompokkan kohesif ditemukan, juga adanya multinucleated giant cell tipe Langhans Cousar et al, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 : Langhans Giant Cell
www.utmb.edu
.
2.7.4 Pemeriksaan Radiologis