Karakteristik Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA MYOMA UTERI YANG DIRAWAT INAP DI RSUD dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007-2008

SKRIPSI

Oleh :

IRMA DEVI S. MANURUNG NIM. 051000028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA MYOMA UTERI YANG DIRAWAT INAP DI RSUD dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007-2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

IRMA DEVI S. MANURUNG NIM. 051000028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA MYOMA UTERI YANG DIRAWAT INAP DI RSUD dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007-2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

IRMA DEVI S. MANURUNG NIM. 051000028

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripisi Pada Tanggal 14 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 195908181985032002 NIP. 196404041992031005 Penguji II Penguji III

dr. Achsan Harahap, MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP. 130318031 NIP. 196501121994022001

Medan, Juni 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 195310181982032001


(4)

ABSTRAK

Myoma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Merupakan salah satu tumor ginekologi yang paling sering terjadi dan ditemukan pada 30% wanita usia reproduktif. Di RSUD dr.Pirngadi Medan terdapat 118 kasus myoma uteri selama tahun 2007-2008.

Untuk mengetahui karakteristik penderita myoma uteri di RSUD dr.Pirngadi Medan tahun 2007-2008 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel penelitian adalah 118 data (total sampling). Data dianalisa dengan menggunakan uji chi-square dan t-test.

Proporsi berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 42-46 tahun 35,6%, suku Batak 50,0%, agama Islam 72,1%, pendidikan SLTA 57,6%, pekerjaan ibu rumah tangga 51,7%, status menikah 89,8%, tinggal di kota Medan 66,9%. Paritas multipara 40,7%, letak myoma submukosa 34,7%, ukuran myoma > 5 cm 54,4%, perdarahan abnormal 33,6%, tidak KB 63,9%, masih haid 94,5%, histerektomi 67,0%, pulang berobat jalan 91,5%. Lama rawatan rata penderita dengan pengobatan konservatif lebih singkat dibanding penderita dengan miomektomi dan histerektomi (p=0,000; 4,68 hari vs 8,29 hari vs 10,15 hari. Lama rawatan rata-rata penderita yang pulang atas permintaan sendiri lebih singkat dibanding penderita yang pulang berobat jalan (p = 0,000; 3,5 hari vs 9,36 hari)

Pihak RSUD dr. Pirngadi diharapkan untuk melengkapi pencatatan pada kartu status khususnya paritas, letak myoma, ukuran myoma, dan alat kontrasepsi yang digunakan. Kepada pihak rumah sakit juga diharapkan agar mempertimbangkan tindakan medis yang dilakukan selain histerektomi kepada penderita myoma uteri yang masih berusia muda dan belum memiliki anak.

Kata kunci: myoma uteri, karakteristik penderita myoma uteri, RSUD dr. Pirngadi Medan


(5)

ABSTRACT

Uterine myoma is a benign neoplasm come from the muscle of uterus and connective tissue on it. Is the most common gynecologic tumor amd clinically recognized in 30% reproductive women. In Pirngadi General Hospital was found 18 cases of uterine myomas during 2007-2008.

In order to know the characteristics of uterine myoma patients who are hospitalized in Pirngadi General Hospital Medan descriptive study has been done by using case series design. The population and sample were 118 data patients (total sampling) data was analyzed by using test of chi square and t-test.

Proportion based on sosiodemography, highest age 42-46 years old, bataknese 50%, Islamic 72%, senior high school 57,6%, housewife 51,7%, marriage 89,6%, lives in Medan 66,9%, multipara 44,9%, submucous myoma 34,7%, size of myoma >5cm 54,4%, abnormal bleeding 33,6%, using of contraception 63,9%, menarche 94,5%, hysterectomy 67%, health discharged 91,5%. The average length of uterine myoma patients who cure conservatively shorter than cure with myomectomy and hysterectomy (p = 0,000; 4,68 days vs 8,29 days vs 10,15 days). The average length of uterine myoma patients when discharged by her own request shorter than discharged clinical recovery ( p = 0,000; 3,5 hari vs 9,36 hari)

Pirngadi General Hospital suggested to complete the medical record particularly for parity, location of myoma, size of myoma, and using of contraception. The hospital also suggested to ponder the medical action except hysterectomy for young and have no children uterine myoma patients.

Key word: uterine myoma, characteristics of uterine myoma patients, Pirngadi General Hospital Medan


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : IRMA DEVI S. MANURUNG

Tempat/ Tanggal Lahir : T. Dolok/ 22 September 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Saudara : 2 orang

Alamat Rumah : Jln. Puyuh 1 No. 136, P. Mandala Medan

Riwayat Pendidikan : 1. 1992-1993 : TK Parulian 2 P. Mandala Medan 2. 1993-1995 : SD Parulian 2 P. Mandala Medan

3. 1995-1997 : SD Indorayon Porsea

4. 1997-1999 : SD Parulian 2 P. Mandala Medan 5. 1999-2002 : SLTP Santa Maria Medan

6. 2002-2005 : SMA Santo Thomas 1 Medan 7. 2005-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis pajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dosen pembimbing I Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes dan Dosen Pembimbing II Bapak Drs. Jemadi, M.Kes serta Dosen Pembanding I Bapak dr. Achsan Harahap, MPH dan Dosen Pembanding II Ibu drh. Hiswani, M.Kes. yang dengan sabar telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing, memberikan saran, dukungan, nasihat serta arahan kepada penulis disepanjang penyelesaian skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi sejak awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Bapak Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Kepala Departemen Epidemioogi.

3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Ibu Direktur RSUD dr. Pirngadi Medan beserta seluruh pegawai yang telah


(8)

seluruh staff Rekam Medik RSUD dr. Pirngadi Medan yang telah membantu penulis dalam memperoleh data penelitian.

5. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

6. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda L. Manurung dan Ibunda R. Lumbanraja yang dengan tulus dan sabar memberikan doa dan dukungannya kepada penulis selama ini, serta adik-adikku terkasih Ferlin dan Dewi yang setia mendukung dan memotivasi penulis selama ini.

7. Sahabat-sahabatku di FKM (Siska, Eva, Nony, Franky, Evan, Zabet, Max, dan Tike).

8. Teman-teman di Departemen Epidemiologi (Faria, Yenti, Nenciati, Ester, Vida, Duma, dan teman-teman lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu) terima kasih untuk dukungan dan kebersamaannya selama ini.

9. Kelompok Kecil Proskuneo (Kak Monic, Grace, Sri, dan Lusy)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Juni 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Myoma Uteri ... 7

2.2. Anatomi Uterus ... 7

2.2.1. Pembagian Uterus ... 8

2.2.2. Pembagian Dinding Uterus ... 8

2.3. Fungsi Uterus ... 10

2.4. Klasifikasi Myoma Uteri... 10

2.5. Gejala Myoma Uteri ... 13

2.6. Epidemiologi Myoma Uteri ... 14

2.6.1. Distribusi Frekuensi Myoma Uteri ... 14

2.6.2. Faktor Yang Mempengaruhi Myoma Uteri ... 15

2.7. Perubahan Sekunder ... 19

2.8. Komplikasi ... 20

2.9. Pencegahan Myoma Uteri ... 21

2.7.1. Pencegahan Primordial... 21

2.7.2. Pencegahan Primer... 22

2.7.3. Pencegahan Sekunder ... 22

2.7.4. Pencegahan Tersier ... 26

BAB 3. KERANGKA KONSEP ... 27

3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Jenis Penelitian ... 32

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2.1. Lokasi Peneitian... 32

4.2.2. Waktu Penelitian ... 32

4.3. Populasi dan Sampel ... 32

4.3.1. Populasi ... 32

4.3.2. Sampel ... 33

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 33


(10)

BAB 5. HASIL PENELITIAN ... 34

5.1. Sosiodemografi ... 34

5.2. Paritas ... 35

5.3. Letak Myoma ... 36

5.4. Ukuran Myoma ... 37

5.5. Keluhan Utama ... 38

5.6. Alat Kontrasepsi Yang Digunakan ... 39

5.7. Status Haid ... 40

5.8. Penatalaksanaan Medis ... 41

5.9. Lama Rawatan Rata-Rata ... 42

5.10. Keadaan Sewaktu Pulang ... 42

5.11. Analisa Statistik ... 43

5.11.1. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Paritas ... 43

5.11.2. Keluhan Utama Berdasarkan Letak Myoma ... 44

5.11.3. Penatalaksanaan medis Berdasarkan Letak Myoma ... 45

5.11.4. Keluhan Utama Berdasarkan Ukuran Myoma ... 46

5.11.5. Umur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 46

5.11.6.Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 48

5.11.7. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 48

BAB 6. PEMBAHASAN ... 50

6.1. Sosiodemografi ... 50

6.2. Paritas ... 57

6.3. Letak myoma ... 58

6.4. Ukuran myoma ... 59

6.5. Keluhan utama ... 60

6.6. Alat kontrasepsi yang digunakan ... 61

6.7. Status haid ... 63

6.8. Penatalaksanaan medis ... 64

6.9. Lama rawatan rata-rata ... 65

6.10. Keadaan Sewaktu Pulang ... . 66

6.11. Analisa Statistik ... 67

6.11.1.Penatalaksanaan medis Berdasarkan Paritas... 67

6.11.2. Keluhan Utama Berdasarkan Letak Myoma ... 69

6.11.3. Penatalaksanaan medis Berdasarkan Letak Myoma ... 70

6.11.4. Keluhan Utama Berdasarkan Ukuran Myoma ... 71

6.11.5. Umur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 73

6.11.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 74

6.11.7. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 75


(11)

BAB 7. KESIMPULAN SARAN ... 78 7.1. Kesimpulan ... 78 7.2. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat

Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 33 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Paritas yang Dirawat Inap di

RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 35 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Paritas Tercatat yang Dirawat

Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 36 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Letak Myoma yang Dirawat

Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 35 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Letak Myoma Tercatat yang

Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 35 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Myoma Kombinasi Penderita Myoma Uteri

YangDirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 36 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Ukuran Myoma yang Dirawat

Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 36 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Ukuran Myoma Tercatat yang

Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 36 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat

Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 37 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Keluhan Utama Tercatat yang

Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 37 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi > 1 Keluhan Penderita Myoma Uteri Yang Dirawat

Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 37 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang

Digunakan yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun

2007-2008 ... 38 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang

Digunakan yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun


(13)

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Status Haid yang Dirawat

Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 39 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Status Haid Tercatat yang

Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 39 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 39

Tabel 5.17. Lama Rata-Rata Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di

RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 40 Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 40 Tabel 5.19. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis berdasarkan Paritas

Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi

Medan tahun 2007-2008 ... 41 Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Keluhan Utama berdasarkan Letak Myoma

Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi

Medan tahun 2007-2008 ... 42 Tabel 5.21. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis berdasarkan Letak

Myoma Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr.

Pirngadi Medan tahun 2007-2008 ... 43 Tabel 5.22. Distribusi Proporsi Keluhan Utama berdasarkan Ukuran Myoma

Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi

Medan tahun 2007-2008 ... 44 Tabel 5.23. Distribusi Proporsi Umur berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi

Medan tahun 2007-2008 ... 44 Tabel 5.24. Lama Rawatan Rata-Rata berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi

Medan tahun 2007-2008 ... 45 Tabel 5.25. Lama Rawatan Rata-Rata berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Penderita Myoma Uteri yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Uterus Normal ... 12 Gambar 2. Letak Myoma Uteri ... 12 Gambar 6.1. Diagram Pie Proporsi Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Umur Yang

Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 47 Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Suku Yang

Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 48 Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Agama

Yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 49 Gambar 6.4. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Pendidikan Di

RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 50 Gambar 6.5. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Pekerjaan Di RSUD

dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 51 Gambar 6.6. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Status Perkawinan Di

RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 52 Gambar 6.7. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Tempat Tinggal Di

RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 53 Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Paritas Di RSUD dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 54 Gambar 6.9. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Letak Myoma Di

RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 55 Gambar 6.10. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Ukuran Myoma Di

RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 56 Gambar 6.11. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama Di

RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 57 Gambar 6.12. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Alat kontrasepsi

yang digunakan di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 58 Gambar 6.13. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Status Haid Yang


(15)

Gambar 6.14. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan PenatalaksanaanMedis Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun

2007-2008 ... 60 Gambar 6.15. Diagram Pie Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 62 Gambar 6.16. Diagram Bar Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Paritas Penderita

Myoma Uteri Yang Dirawat Inap Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun

2007-2008 ... 63 Gambar 6.17. Diagram Bar Keluhan utama Berdasarkan Letak Myoma Penderita

Myoma Uteri Yang Dirawat Inap Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun

2007-2008 ... 64 Gambar 6.18. Diagram Bar Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Letak Myoma

Penderita Myoma Uteri Yang Dirawat Inap Di RSUD dr. Pirngadi

Medan Tahun 2007-2008 ... 65 Gambar 6.19. Diagram Bar Keluhan utama Berdasarkan Ukuran Myoma Penderita

Myoma Uteri Yang Dirawat Inap Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun

2007-2008 ... 67 Gambar 6.20. Diagram Bar Umur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita

Myoma Uteri Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 68 Gambar 6.21. Diagram Bar lama Rawatan rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan

Medis Penderita Myoma Uteri Yang Dirawat Inap Di RSUD dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007-2008 ... 69 Gambar 6.22. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang Penderita Myoma Uteri Yang Dirawat Inap Di RSUD dr.


(16)

ABSTRAK

Myoma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Merupakan salah satu tumor ginekologi yang paling sering terjadi dan ditemukan pada 30% wanita usia reproduktif. Di RSUD dr.Pirngadi Medan terdapat 118 kasus myoma uteri selama tahun 2007-2008.

Untuk mengetahui karakteristik penderita myoma uteri di RSUD dr.Pirngadi Medan tahun 2007-2008 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel penelitian adalah 118 data (total sampling). Data dianalisa dengan menggunakan uji chi-square dan t-test.

Proporsi berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 42-46 tahun 35,6%, suku Batak 50,0%, agama Islam 72,1%, pendidikan SLTA 57,6%, pekerjaan ibu rumah tangga 51,7%, status menikah 89,8%, tinggal di kota Medan 66,9%. Paritas multipara 40,7%, letak myoma submukosa 34,7%, ukuran myoma > 5 cm 54,4%, perdarahan abnormal 33,6%, tidak KB 63,9%, masih haid 94,5%, histerektomi 67,0%, pulang berobat jalan 91,5%. Lama rawatan rata penderita dengan pengobatan konservatif lebih singkat dibanding penderita dengan miomektomi dan histerektomi (p=0,000; 4,68 hari vs 8,29 hari vs 10,15 hari. Lama rawatan rata-rata penderita yang pulang atas permintaan sendiri lebih singkat dibanding penderita yang pulang berobat jalan (p = 0,000; 3,5 hari vs 9,36 hari)

Pihak RSUD dr. Pirngadi diharapkan untuk melengkapi pencatatan pada kartu status khususnya paritas, letak myoma, ukuran myoma, dan alat kontrasepsi yang digunakan. Kepada pihak rumah sakit juga diharapkan agar mempertimbangkan tindakan medis yang dilakukan selain histerektomi kepada penderita myoma uteri yang masih berusia muda dan belum memiliki anak.

Kata kunci: myoma uteri, karakteristik penderita myoma uteri, RSUD dr. Pirngadi Medan


(17)

ABSTRACT

Uterine myoma is a benign neoplasm come from the muscle of uterus and connective tissue on it. Is the most common gynecologic tumor amd clinically recognized in 30% reproductive women. In Pirngadi General Hospital was found 18 cases of uterine myomas during 2007-2008.

In order to know the characteristics of uterine myoma patients who are hospitalized in Pirngadi General Hospital Medan descriptive study has been done by using case series design. The population and sample were 118 data patients (total sampling) data was analyzed by using test of chi square and t-test.

Proportion based on sosiodemography, highest age 42-46 years old, bataknese 50%, Islamic 72%, senior high school 57,6%, housewife 51,7%, marriage 89,6%, lives in Medan 66,9%, multipara 44,9%, submucous myoma 34,7%, size of myoma >5cm 54,4%, abnormal bleeding 33,6%, using of contraception 63,9%, menarche 94,5%, hysterectomy 67%, health discharged 91,5%. The average length of uterine myoma patients who cure conservatively shorter than cure with myomectomy and hysterectomy (p = 0,000; 4,68 days vs 8,29 days vs 10,15 days). The average length of uterine myoma patients when discharged by her own request shorter than discharged clinical recovery ( p = 0,000; 3,5 hari vs 9,36 hari)

Pirngadi General Hospital suggested to complete the medical record particularly for parity, location of myoma, size of myoma, and using of contraception. The hospital also suggested to ponder the medical action except hysterectomy for young and have no children uterine myoma patients.

Key word: uterine myoma, characteristics of uterine myoma patients, Pirngadi General Hospital Medan


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral yang terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. 1

International Conference on Popullation and Development (ICPD) tahun

1994 di Kairo menyatakan adalah hal yang sangat penting bagi setiap negara untuk memperhatikan masalah kesehataan salah satunya kesehatan reproduksi. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas masyarakat di berbagai bidang yang pada akhirnya akan mendorong pembangunan suatu bangsa dan negara. 2

Myoma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang saat ini sering dijumpai dan insidensnya terus mengalami peningkatan.3

Myoma uteri

merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya.4

Myoma uteri merupakan salah satu tumor ginekologi yang paling sering terjadi dan ditemukan pada 30% wanita usia reproduktif.5 Pertumbuhan sel myoma uteri membutuhkan waktu yang lama tetapi progresif. Hampir separuh kasus myoma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologi, hal ini menunjukkan


(19)

banyak wanita yang menderita myoma uteri asimtomatik.4 Diperkirakan hanya 20%-50% dari penderita myoma uteri yang menunjukkan gejala klinik seperti menoragia, ketidaknyamanan pelvis, serta disfungsi reproduksi.6

Myoma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas. Pengobatannya dapat dilakukan dengan radioterapi, miomektomi, histerektomi. Di Amerika, myoma uteri merupakan alasan utama orang melakukan histerektomi (pengangkatan seluruh uterus) dengan prevalens rate myoma uteri 10-20% penduduk wanita.7

Jung JK di Mokpo St. Columban`s Hospital Korea periode 1992-1996 melaporkan 282 kasus myoma uteri dari 1.371 kasus ginekologi (proporsi 20,7%).8

Histerectomy Surveilance di Amerika tahun 1994-1999 melaporkan 1.361.786 kasus

myoma uteri dari 3.525.237 wanita yang melakukan histerektomi (proporsi 38,6%).9 The National Center for Chronic Disesase Prevention and Health Promotion di Amerika Serikat melaporkan pada tahun 2000 proporsi myoma uteri pada pasien histerektomi 44,2% dan 38,7% pada tahun 2004.10

Penelitian Borgfelt (2000) di Swedia melaporkan 18 kasus myoma uteri dari 335 wanita usia 25-40 tahun (prevalens 5,4%).11 Penelitian Lauren Wise terhadap wanita kulit hitam (2001) di Amerika melaporkan 2.279 kasus myoma uteri dari 22.895 penduduk wanita (prevalens 9,9%).12 Penelitian Lefebvre (2003) di Kanada melaporkan 75% wanita yang melakukan histerektomi disebabkan karena myoma uteri.5 Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus myoma uteri dari 341 wanita usia 30-60 tahun (prevalens 21,4%).13 Penelitian Boyton (2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus myoma uteri dari 827.348 wanita usia 25-42 tahun


(20)

(prevalens 0,9%).14 Penelitian Pradhan (2006) di Nepal melaporkan 137 kasus myoma uteri dari 1.712 kasus ginekologi (proporsi 8%) 15

Myoma uteri dapat menimbulkan keganasan (sarcoma) walaupun kasusnya jarang ditemukan pada 1,7 per 100.000 wanita usia lebih dari 20 tahun5. Penelitian Parker (1994) di Los Angeles menemukan 1 pasien sarcoma dari 371 wanita yang melakukan histerektomi akibat myoma uteri (proporsi 0,27%).16 Penelitian Takamizawa (1999) di Jepang menemukan proporsi leiomyosarcoma 0,5% pada wanita yang melakukan histerektomi akibat myoma uteri.17 Penelitian Leung (2009) di Belfolt Hospital Prancis melaporkan 3 pasien leiomyosarcoma dari 1.297 pasien yang melakukan histerektomi (proporsi 0,23%). 18

Myoma uteri juga dapat mempengaruhi kehamilan seperti peningkatan resiko terjadinya abortus, mengganggu proses persalinan, dan perdarahan pasca persalinan. Myoma membesar terutama pada bulan pertama karena peningkatan kadar hormon estrogen.4 Penelitian Laughlin (2009) di Amerika melaporkan 458 wanita hamil trimester 1 yang menderita myoma uteri dari 4.272 wanita hamil (proporsi 10,7%).19

Di Indonesia angka kejadian myoma uteri lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun dengan prevalens 40%. Penelitian Susilo Raharjo (1974) melaporkan proporsi myoma uteri di RS Surabaya 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Penelitian Karel Tangkudung (1977) di rumah sakit yang sama mencatat proposi myoma uteri 10,30%.20 Di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau, myoma uteri menempati urutan ke lima dari sepuluh penyakit ginekologi terbanyak pada tahun 2004 dan 2005, dengan proporsi masing-masing 7,04% dan 8,03%.6


(21)

Penelitian Mery C. Purba di RS Vita Insani Pematang Siantar tahun 2004-2008 mencatat penderita myoma uteri sebanyak 196 kasus dengan rincian pada tahun 2004 sebanyak 55 kasus (proporsi 48,3%), pada tahun 2005 sebanyak 72 kasus (proporsi 54,5%), pada tahun 2006 sebanyak 41 kasus (proporsi 50%), pada tahun 2007 sebanyak 17 kasus (proporsi 38.6%) dan pada tahun 2008 sebanyak 11 kasus (proporsi 57,7%).21

Survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 tercatat jumlah kasus myoma uteri sebanyak 52 kasus dari 241 kasus ginekologi (proporsi 21,6%) pada tahun 2007 dan 66 kasus dari 241 kasus ginekologi (proporsi 27,4%) pada tahun 2008.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita myoma uteri di RSUD dr.Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita myoma uteri yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi tahun 2007-2008.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita myoma uteri yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi tahun 2007-2008.


(22)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan sosiodemografi yang meliputi: umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan paritas penderita myoma uteri.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan letak myoma penderita myoma uteri.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan ukuran myoma penderita myoma uteri

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan keluhan utama penderita myoma uteri.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan riwayat pemakaian alat kontrasepsi penderita myoma uteri.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan status haid penderita myoma uteri.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan penatalaksanaan medis yang dilakukan.

i. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita myoma uteri.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan keadaan sewaktu pulang

k. Untuk mengetahui perbedaan penatalakasanaan medis berdasarkan paritas l. Untuk mengetahui perbedaan keluhan utama berdasarkan letak myoma.


(23)

m. Untuk mengetahui perbedaan penatalaksanaan medis berdasarkan letak myoma. n. Untuk mengetahui perbedaan keluhan utama berdasarkan ukuran myoma. o. Untuk mengetahui perbedaan umur berdasarkan penatalaksanaan medis.

p. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis.

q. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam memberikan pelayanan perawatan penderita myoma uteri.

b. Untuk menambah wawasan penulis dalam melakukan penelitian ilmiah dan dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah di FKM USU.


(24)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral yang terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. 1

International Conference on Popullation and Development (ICPD) tahun

1994 di Kairo menyatakan adalah hal yang sangat penting bagi setiap negara untuk memperhatikan masalah kesehataan salah satunya kesehatan reproduksi. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas masyarakat di berbagai bidang yang pada akhirnya akan mendorong pembangunan suatu bangsa dan negara. 2

Myoma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang saat ini sering dijumpai dan insidensnya terus mengalami peningkatan.3

Myoma uteri

merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya.4

Myoma uteri merupakan salah satu tumor ginekologi yang paling sering terjadi dan ditemukan pada 30% wanita usia reproduktif.5 Pertumbuhan sel myoma uteri membutuhkan waktu yang lama tetapi progresif. Hampir separuh kasus myoma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologi, hal ini menunjukkan


(25)

banyak wanita yang menderita myoma uteri asimtomatik.4 Diperkirakan hanya 20%-50% dari penderita myoma uteri yang menunjukkan gejala klinik seperti menoragia, ketidaknyamanan pelvis, serta disfungsi reproduksi.6

Myoma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas. Pengobatannya dapat dilakukan dengan radioterapi, miomektomi, histerektomi. Di Amerika, myoma uteri merupakan alasan utama orang melakukan histerektomi (pengangkatan seluruh uterus) dengan prevalens rate myoma uteri 10-20% penduduk wanita.7

Jung JK di Mokpo St. Columban`s Hospital Korea periode 1992-1996 melaporkan 282 kasus myoma uteri dari 1.371 kasus ginekologi (proporsi 20,7%).8

Histerectomy Surveilance di Amerika tahun 1994-1999 melaporkan 1.361.786 kasus

myoma uteri dari 3.525.237 wanita yang melakukan histerektomi (proporsi 38,6%).9 The National Center for Chronic Disesase Prevention and Health Promotion di Amerika Serikat melaporkan pada tahun 2000 proporsi myoma uteri pada pasien histerektomi 44,2% dan 38,7% pada tahun 2004.10

Penelitian Borgfelt (2000) di Swedia melaporkan 18 kasus myoma uteri dari 335 wanita usia 25-40 tahun (prevalens 5,4%).11 Penelitian Lauren Wise terhadap wanita kulit hitam (2001) di Amerika melaporkan 2.279 kasus myoma uteri dari 22.895 penduduk wanita (prevalens 9,9%).12 Penelitian Lefebvre (2003) di Kanada melaporkan 75% wanita yang melakukan histerektomi disebabkan karena myoma uteri.5 Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus myoma uteri dari 341 wanita usia 30-60 tahun (prevalens 21,4%).13 Penelitian Boyton (2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus myoma uteri dari 827.348 wanita usia 25-42 tahun


(26)

(prevalens 0,9%).14 Penelitian Pradhan (2006) di Nepal melaporkan 137 kasus myoma uteri dari 1.712 kasus ginekologi (proporsi 8%) 15

Myoma uteri dapat menimbulkan keganasan (sarcoma) walaupun kasusnya jarang ditemukan pada 1,7 per 100.000 wanita usia lebih dari 20 tahun5. Penelitian Parker (1994) di Los Angeles menemukan 1 pasien sarcoma dari 371 wanita yang melakukan histerektomi akibat myoma uteri (proporsi 0,27%).16 Penelitian Takamizawa (1999) di Jepang menemukan proporsi leiomyosarcoma 0,5% pada wanita yang melakukan histerektomi akibat myoma uteri.17Penelitian Leung (2009) di Belfolt Hospital Prancis melaporkan 3 pasien leiomyosarcoma dari 1.297 pasien yang melakukan histerektomi (proporsi 0,23%). 18

Myoma uteri juga dapat mempengaruhi kehamilan seperti peningkatan resiko terjadinya abortus, mengganggu proses persalinan, dan perdarahan pasca persalinan. Myoma membesar terutama pada bulan pertama karena peningkatan kadar hormon estrogen.4 Penelitian Laughlin (2009) di Amerika melaporkan 458 wanita hamil trimester 1 yang menderita myoma uteri dari 4.272 wanita hamil (proporsi 10,7%).19

Di Indonesia angka kejadian myoma uteri lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun dengan prevalens 40%. Penelitian Susilo Raharjo (1974) melaporkan proporsi myoma uteri di RS Surabaya 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Penelitian Karel Tangkudung (1977) di rumah sakit yang sama mencatat proposi myoma uteri 10,30%.20 Di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau, myoma uteri menempati urutan ke lima dari sepuluh penyakit ginekologi terbanyak pada tahun 2004 dan 2005, dengan proporsi masing-masing 7,04% dan 8,03%.6


(27)

Penelitian Mery C. Purba di RS Vita Insani Pematang Siantar tahun 2004-2008 mencatat penderita myoma uteri sebanyak 196 kasus dengan rincian pada tahun 2004 sebanyak 55 kasus (proporsi 48,3%), pada tahun 2005 sebanyak 72 kasus (proporsi 54,5%), pada tahun 2006 sebanyak 41 kasus (proporsi 50%), pada tahun 2007 sebanyak 17 kasus (proporsi 38.6%) dan pada tahun 2008 sebanyak 11 kasus (proporsi 57,7%).21

Survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 tercatat jumlah kasus myoma uteri sebanyak 52 kasus dari 241 kasus ginekologi (proporsi 21,6%) pada tahun 2007 dan 66 kasus dari 241 kasus ginekologi (proporsi 27,4%) pada tahun 2008.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita myoma uteri di RSUD dr.Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita myoma uteri yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi tahun 2007-2008.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita myoma uteri yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi tahun 2007-2008.


(28)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan sosiodemografi yang meliputi: umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan paritas penderita myoma uteri.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan letak myoma penderita myoma uteri.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan ukuran myoma penderita myoma uteri

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan keluhan utama penderita myoma uteri.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan riwayat pemakaian alat kontrasepsi penderita myoma uteri.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan status haid penderita myoma uteri.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan penatalaksanaan medis yang dilakukan.

i. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita myoma uteri.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan keadaan sewaktu pulang

k. Untuk mengetahui perbedaan penatalakasanaan medis berdasarkan paritas l. Untuk mengetahui perbedaan keluhan utama berdasarkan letak myoma.


(29)

m. Untuk mengetahui perbedaan penatalaksanaan medis berdasarkan letak myoma. n. Untuk mengetahui perbedaan keluhan utama berdasarkan ukuran myoma. o. Untuk mengetahui perbedaan umur berdasarkan penatalaksanaan medis.

p. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis.

q. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam memberikan pelayanan perawatan penderita myoma uteri.

b. Untuk menambah wawasan penulis dalam melakukan penelitian ilmiah dan dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah di FKM USU.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Myoma Uteri

Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya, tumor ini dikenal juga dengan istilah fibromioma, leiomioma, atau pun fibroid. 4

Pada pemerikasaan patologi, umumnya myoma berwarna putih dengan konsistensi kenyal, berbatas tegas serta berbeda dengan miometrium yang sehat. Secara mikroskopik, myoma terdiri atas berkas otot polos yang tersusun padat saling beranyaman dengan pseudeocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak akibat pertumbuhan sarang myoma. Pertumbuhan myoma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh lebih cepat 4,22

2.2.Anatomi Uterus

Uterus adalah suatu organ muscular berongga dan berdinding tebal, terletak pada rongga panggul antara kandung kemih di anterior dan rektum di posterior.23 Bentuknya seperti buah peer terbalik dengan ujung yang sempit mengarah ke dorsokaudal dan membentuk sudut sekitar 900 dengan vagina. Ukuran bervariasi dengan panjang rata-rata pada wanita nullipara 9 cm, lebar dibagian terlebar adalah 6 cm, dan tebal depan belakang 4 cm, beratnya 40-60 gr. Tebal dinding 1-2 cm, dan panjang rongga adalah 7 cm. Semua dimensi ini bertambah sekitar 1,5 cm pada wanita yang sudah melahirkan. 24


(31)

2.2.1. Pembagian Uterus Uterus terdiri atas:

a. Fundus Uteri adalah bagian uterus proksimal yang merupakan saluran masuk tuba fallopi ke uterus.

b. Korpus Uteri adalah bagian uterus terbesar yang pada masa kehamilan mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim).

c. Ismus uteri adalah bagian uterus yang sempit dan terletak diantara korpus dan serviks. Pada wanita hamil ismus menghilang dan menjadi satu dengan korpus.

d. Serviks adalah bagian uterus yang menghubungkan ismus dan vagina serviks dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian yang terletak diatas dinding ventral vagina, disebut pars supravaginalis, dan bagian yang terletak di bawah dinding ventral vagina (masuk kedalam vagina) disebut pars vaginalis. 23, 25 2.2.2. Pembagian Dinding Uterus

Adapun dinding uterus terdiri atas beberapa lapisan, yakni:

a. Endometrium adalah lapisan uterus yang terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi (childbearing

age). Pada saat haid endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian


(32)

b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan sebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik (otot polos miring) berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir, berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka.

c. Peritoneum viserable (lapisan serosa) merupakan bagian terluar uterus yang didukung oleh lima ligamentum sehingga uterus terfiksasi dengam baik, yaitu: c.1 Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum (Mackenrodt) yakni ligamentum yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan banyak pembuluh darah seperti vena dan arteria uterina

c.2 Ligamentum sakrouterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak. Mulai dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan. c.3 Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang

menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan.

c.4 Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Di bagian dorsal ligamentum ini ditemukan indung telur

c.5 Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba fallopi berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.


(33)

Didalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteria dan vena ovarika. 24, 25

2.3.Fungsi Uterus

Fungsi organ uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Ovum yang telah keluar dari ovarium akan menuju tuba uterina kemudian ovum yang telah dibuahi tersebut akan bergerak menuju uterus dan tertanam (nidasi) pada endometrium uterus. 26

2.4.Klasifikasi Myoma Uteri

Myoma umumnya ditemukan multipel dan jarang terdapat satu myoma dalam satu uterus. Myoma dapat tumbuh pada setiap bagian uterus, pembagiannya antara lain:

2.4.1 Myoma submukosa

Myoma yang terletak di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Myoma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi myoma submukosa, walaupun kecil sering menimbulkan perdarahan sehingga penderita dapat mengalami anemia.

Pada Myoma submukosa bertangkai ,disebut juga myoma submukosa pedinkulata, sering terjadi infeksi dan dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama myoma geburt. Dapat diketahui dengan kuretase (currete bump)


(34)

ditandai adanya benjolan sewaktu kuret, posisi tangkai myoma dapat diketahui dengan pemeriksaan histeroskopi.

2.4.2 Myoma intramural

Myoma yang terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium, disebut juga myoma intrepitelial. Apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol. Myoma sering tidak memberikan gejala klinis yang yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor ini dapat tumbuh sebagai subserosa dan submukosa.

2.4.3 Myoma subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri, dapat hanya sebagai tonjolan saja dan sebagai massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhannya dapat berada di ligamentum latum (disebut myoma intraligamen), dan mengalami perlekatan dengan omentum yang apabila membebaskan diri dari uterus disebut


(35)

Gambar Uterus Normal dan Letak Myoma pada Uterus

.

Ganbar 1. Anatomi Uterus Normal 27


(36)

2.5. Gejala Myoma Uteri

Hampir separuh kasus myoma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik. Gejala yang dikeluhkan sangat bergantung pada tempat sarang myoma berada (intramural, submukosa, subserosa), besar tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.

Keluhan yang dirasakan penderita myoma uteri sebagai keluhan utama pada umumnya adalah:

2.5.1 Perdarahan abnormal

Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering menjadi keluhan utama penderita myoma uteri. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragi dan dapat juga terjadi metroragia. Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus. Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya perdarahan antara lain:

a. Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa. b. Endometrium diatas myoma submukosa mengalami atrofi

c. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang myoma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

2.5.2 Rasa Nyeri

Hal ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang myoma. Pada pengeluaran myoma submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang mempersempit kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenore. Selain itu, penyebab timbulnya nyeri pada


(37)

kasus myoma uteri adalah karena proses degenerasi ganas, pembesaran ukuran myoma, dan proses inflamasi.

2.5.3 Tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat myoma uteri. Penekanan oleh myoma uteri dapat terjadi pada kandung kemih sehingga mengakibatkan poliuri, dan buang air kecil tidak puas karena urin masih tersisa, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. 4

2.6.Epidemiologi Myoma Uteri

2.6.1. Distribusi Frekuensi Myoma Uteri

Myoma uteri banyak ditemukan pada wanita usia (35-45 tahun) dengan proporsi 25% dari seluruh wanita pada umur tersebut, jarang ditemukan pada wanita di bawah umur 20 tahun dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum datang haid

(menarche) dan setelah haid berhenti (menopause) hanya 10% myoma uteri yang

masih dapat bertumbuh lebih lanjut.4 Penelitian Marino (2004) di Itali proporsi myoma uteri pada wanita usia 30-44 tahun 45,2% dan ≥ 45 tahun 54,8%.13

Myoma uteri lebih sering ditemukan pada wanita kulit hitam dibanding wanita kulit putih. Hal ini disebabkan karena wanita kulit hitam memproduksi lebih banyak hormon estrogen antara lain seperti estrone, estradiol, dan estradiol bebas di dalam tubuhnya.29 Penelitian Marshall (1997) di Amerika Serikat melaporkan


(38)

prevalens myoma uteri pada wanita Hispanic 14,5, wanita kulit putih 12,5, dan wanita kulit hitam 37,9 per 1.000 penduduk wanita.30

Penelitian Marshall LM di Amerika Serikat (Department of Epidemiology,

Harvard School of Public Health, Boston, Massachusetts, USA) tahun 1998

melaporkan 3.006 kasus myoma uteri dari 326.116 wanita, prevalens rate myoma uteri 92,2 per 10.000 wanita usia 25-45 tahun.31 Ravindram (1999) dari Department

of Obstetrics & Gynaecology, Hospital Seremban Malaysia melaporkan 47,6% dari

seluruh kasus ginekologi yang mendapat tindakan histerektomi disebabkan myoma uteri.32

Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39 – 11,7 % pada semua penderita ginekologi yang dirawat.4 Di RSUD Riau (2006) tercatat 37 kasus myoma uteri pada wanita usia 25-39 tahun sebanyak 7 orang (proporsi 18,9%) , usia 40-49 tahun sebanyak 27 orang (proporsi 73,0%) dan wanita usia ≥ 50 tahun sebanyak 3 orang (proporsi 8,1%).6 Penelitian Siregar L. (2003) di RS tembakau Deli PTP Nusantara II Medan melaporkan kasus myoma uteri terbanyak pada wanita usia 35-45 tahun sebanyak 54 orang (proporsi 50,94%).33

2.6.2. Faktor Yang Mempengaruhi Myoma Uteri

Penyebab myoma uteri hingga saat ini belum diketahui secara pasti.

Environmental Health Perspective 2003, menyebutkan ada beberapa faktor yang


(39)

a. Umur

Prevalens myoma uteri meningkat sesuai dengan peningkatan umur. Jarang sekali myoma ditemukan pada wanita berumur kurang dari 20 tahun, paling banyak pada kelompok umur 35-45 tahun.4 Penelitian Chao-Ru Chen (2000) di New York dengan desain penelitian case control melaporkan wanita kulit putih usia 40-44 tahun beresiko menderita myoma uteri 9,3 kali dibanding wanita usia < 30 tahun. (OR = 9,3; 95% CI: 5,5-15,8). Sedangkan pada wanita kulit hitam usia 40-44 tahun beresiko menderita myoma uteri 23,5 kali dibanding wanita usia < 30 tahun. (OR = 23,5; 95% CI: 7,3-75,7).34

b. Ras

Kejadian myoma uteri lebih tinggi pada wanita Afrika Amerika dibanding wanita kulit putih. Kadar esterogen yang lebih tinggi pada wanita kulit hitam meningkatkan resiko munculnya myoma uteri. Penelitian Marshall (1997) di Amerika dengan desain penelitian cohort melaporkan wanita kulit hitam beresiko terkena myoma uteri 3,25 kali lebih tinggi dibanding wanita kulit putih (RR = 3,35; 95%, CI: 2.71-3.88). 30

c. Paritas

Myoma uteri lebih sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang subur.4 Beberapa penelitian menemukan hubungan saling berbalik antara paritas dan munculmya myoma uteri. Hal ini disebabkan besarnya jumlah reseptor estrogen yang berkurang di lapisan miomterium setelah kehamilan.12 Chau Ren (2001) di Amerika dengan desain penelitian case control melaporkan resiko myoma uteri berkurang


(40)

pada wanita yang memiliki 2 atau lebih anak bila dibandingkan dengan wanita nullipara (OR= 0,2; 95% CI: 0.1-0.3). 34

d. Usia Haid (Menarch)

Usia saat datang haid (menarch) memiliki hubungan dengan munculnya myoma uteri, hal ini dikaitkan dengan dininya endometrium terpapar hormon estrogen yang kemudian menjadi faktor pemicu pertumbuhan myoma uteri.29 Eduardo (2001) di Maryland dengan desain penelitian case control melaporkan wanita penderita myoma uteri dengan usia menarch <11 beresiko 2,4 kali dibanding wanita usia menarch >13. (OR = 2,4; 95% CI: 1.1-5.6).35

e. Diet

Diet atau intake makanan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan myoma uteri, hal ini disebabkan jenis makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi jumlah hormon estrogen dalam tubuh. Penelitian Chiaffariano (1999) di Italia dengan desain penelitian case control melaporkan konsumsi daging sapi meningkatkan resiko terkena myoma uteri sebesar 1,7 kali (OR=1,7; 95% CI 1.4-2.2), daging setengah matang (red meat) meningkatkan resiko sebesar 1,3 kali (OR=1,3; 95% CI 1.0-1.6). Sedangkan konsumsi sayuran hijau (OR=0,5; 95% CI 0.4-0.6) dan buah-buahan (OR=0,8; 95% CI 0.6-1.0) dapat mengurangi resiko seseorang untuk terkena myoma uteri. 36

f. Obesitas

Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara obesitas dan peningkatan insidens myoma uteri. Pada kondisi obesitas terjadi perubahan signifikan hormon adrenal androgen menjadi estrogen, akibatnya kadar estrogen dalam tubuh


(41)

menjadi tinggi, hal ini akan memicu pertumbuhan myoma uteri.29 Lumbiganon (1996) di Thailand melaporkan peningkatan resiko terkena myoma 6% untuk setiap kenaikan 1 unit IMT (Indeks Massa Tubuh). Eduardo (2001) dengan desain penelitian

case control melaporkan wanita dengan IMT > 25 beresiko 2,3 kali menderita

myoma uteri dibanding wanita dengan IMT ≤ 25 (OR = 2.3; 95% CI: 1.4, 3.8). 35 g. Hormonal

Pengaruh estrogen terhadap uterus yakni memperkuat otot uterus, memicu proliferasi endometrium, dan membantu perkembangan kelenjar endometrium yang dimanfaatkan untuk memberi nutrisi pada ovum). Esterogen dapat juga diperoleh dari kontrasepsi hormonal seperti: Pil KB, KB Suntik, KB susuk.20

Tidak ditemukannya penderita myoma uteri sebelum menarse, semakin meningkat pada masa reproduksi dan mengecil setelah menopause menjadi dasar beberapa peneliti menyatakan bahwa Estrogen memegang peranan penting terhadap pertumbuhan myoma uteri.

Meyer De Snoo mengajukan Teori Cell nest atau teori genitoblast menyatakan myoma muncul karena adanya rangsangan estrogen terhadap sel imatur miometrium secara terus menerus. Pernyataan ini diperkuat oleh percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen 4

Progesteron memiliki fungsi yang berlawanan dengan estrogen. Peranannya antara lain mempersiapkan uterus menerima ovum yang telah dibuahi dan mencegah terlepasnya ovum. Pemberian preparat progesteron atau testosteron dapat mencegah efek fibromatosa.4\


(42)

2.7.Perubahan Sekunder

Myoma uteri dilapisi oleh jaringan areolar tipis yang membentuk pseudokapsul tempat masuknya pembuluh darah yang akan mensuplai darah untuk pertumbuhan myoma. Berkurangnya suplai darah ke sarang myoma akan mengakibatkan perubahan sekunder. Perubahan yang terjadi pada myoma sebagian besar bersifat degenerasi, seperti: 4,24

2.7.1. Atrofi

Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil. 2.7.2. Degenerasi hialin

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

2.7.3. Degenerasi kistik

Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

2.7.4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration):

Perubahan ini terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang myoma, maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.


(43)

2.7.5. Degenerasi merah (carneous degeneration)

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang myoma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau myoma bertangkai.

2.7.6. Degenerasi lemak :

Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin. 4

2.8 Komplikasi

Komplikasi pada penderita myoma uteri yang mungkin timbul antara lain: 2.8.1. Degenerasi ganas

Myoma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh kasus myoma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause.


(44)

2.8.2. Anemia

Anemia timbul karena seringkali penderita myoma uteri mengalami perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus myoma uteri akan mengakibatkan anemia defisiensi besi.

2.8.3. Torsi

Sarang myoma yang bertangkai dapat mengalami torsi dan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual, muntah dan shock.

2.8.4. Komplikasi pada kehamilan.

Myoma pada masa kehamilan dapat mengakibatkan distorsi rongga uterus sehingga risiko abortus spontan menjadi dua kali lipat dan kemungkinan persalinan prematur meningkat. Myoma yang terletak pada bagian bawah uterus dapat menimbulkan obstruksi jalan lahir sehingga menghambat persalinan per vaginam.4

2.9.Pencegahan Myoma Uteri 2.9.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial adalah upaya awal pencegahan myoma uteri yang dilakukan sebelum terpapar faktor resiko. 37 Dapat dilakukan dengan kegiatan berupa pemberian informasi kepada remaja wanita mengenai penyakit myoma uteri serta mulai menerapkan pola hidup sehat sejak dini seperti mengkonsumsi sayur mayur dan buah-buahan secara teratur.


(45)

2.9.2 Pencegahan Primer

Pencegahan primer yaitu upaya mengurangi insidensi myoma uteri dengan cara mengendalikan faktor resiko sebelum seseorang menderita myoma uteri.38 Upaya yang dapat dilakukan berupa pemberian informasi mengenai gejala myoma uteri dan disarankan untuk memeriksakan diri secara teratur sehingga upaya deteksi dini dan pengobatan penyakit dapat ditegakkan sesegara mungkin. Disamping itu pemberian informasi mengenai upaya pencegahan juga tetap dilakukan seperti rmengkonsumsi makanan berserat, olah raga teratur dan mengurangi konsumsi daging secara berlebihan.

2.9.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena myoma uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya komplikasi. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.

a. Diagnosa Dini

Upaya yang dilakukan oleh ahli medis untuk menegakkan diagnosa myoma uteri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a.1. Pemeriksaan fisik i. Pemeriksaan abdomen

Pada pemeriksaan abdomen uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan-perubahan degeneratif. Myoma lebih terpalpasi pada abdomen selama kehamilan. Perlunakan pada abdomen yang disertai nyeri dapat disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan tumor.


(46)

ii. Pemeriksaan pelvis

Pada pemeriksaan pelvis serviks biasanya normal. Namun pada myoma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum servikalis. Sedangkan uterus dan kavum uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul. Uterus sering dapat digerakan, kecuali pada keadaan patologik pada adneksa. 39

a. 2. Pemeriksaan Penunjang i. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya myoma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Myoma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya myoma uteri ditandai bayangan hipoekoik.

ii. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya myoma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai dapat sekaligus diangkat.

iii. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan ini sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi myoma. Pada MRI myoma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk myoma submukosa. MRI dapat


(47)

menjadi alternatif pemeriksaan pada kasus-kasus yang sulit disimpulkan dengan ultrasonografi. 4,40

b. Penatalaksanaan Medis Myoma Uteri

Myoma uteri yang masih kecil dan belum menimbulkan gejala umumnya tidak memerlukan pengobatan dalam bentuk apapun namun harus dilakukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Sehingga apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat segera dideteksi dan diambil tindakan segera.

b.1. Pengobatan Konservatif

Dalam dekade terakhir pemberian Gonadotropin Releasing Hormon Agonist

(GnRHa) merupakan suatu pilihan untuk mengobati myoma uteri. Hal ini disebabkan

karena GnRHa dapat mengurangi seksresi gonadotropin (salah satunya hormon estrogen) yang mempengaruhi pertumbuhan sel-sel otot myoma.

Pemberian GnRHa selama 16 minggu dapat memperkecil ukuran myoma uteri, akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan myoma uteri yang telah lisut dapat tumbuh kembali, karena myoma tersebut masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. 4

b.2. Pengobatan Operatif i. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang myoma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dikerjakan pada myoma submukosa pada myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Miomektomi merupakan pilihan untuk wanita yang masih ingin memperoleh anak, dengan kemungkinan untuk terjadinya kehamilan


(48)

adalah 30-50%. Namun 25-35% wanita yang telah melakukan miomektomi masih tetap memerlukan histerektomi. 4

ii. Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan pengangkatan uterus yang dapat dilaksanakan: per abdominam atau pervaginam (jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya). 4

Histerektomi dilakukan dengan syarat 41:

a. Ukuran myoma uteri lebih besar dari ukuran kehamilan 14 minggu

b. Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu atau dua ovarium tujuannya untuk mencegah terjadinya menopause dini dan arterosklerosis umum.

Pada histerektomi, adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya karsinoma servisis uteri.

b.3. Radioterapi

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi hanya dapat dilakukan apabila

1) Ada kontraindikasi untuk tindakan operatif dan tidak ada keganasan dalam uterus. 2) Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan

3) Myoma bukan jenis submukosa

4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum

5) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menimbulkan menopause.4, 41 \


(49)

2.9.4 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya untuk membatasi atau mencegah terjadinya komplikasi serta tindakan rehabilitasi agar penderita secepat mungkin dapat beraktivitas kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik dan psikis, seperti pemberian transfusi darah untuk penderita yang mengalami anemia, asupan gizi yang baik, serta dukungan mental dan pendampingan dari keluarga terdekat terhadap pasien pasca histerektomi (pengangkatan rahim) 41


(50)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

KARAKTERISTIK PENDERITA MYOMA UTERI 1. Sosiodemografi

Umur Suku Agama Pendidikan Pekerjaan

Status Perkawinan Tempat tinggal 2. Paritas

3. Letak Myoma 4. Ukuran Myoma 5. Keluhan Utama

6. Alat Kontrasepsi Yang Digunakan 7. Status Haid

8. Penatalaksanaan medis 9. Lama rawatan rata-rata 10.Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita Myoma uteri adalah wanita yang dinyatakan menderita myoma uteri berdasarkan diagnosa dokter RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 yang tercatat dalam kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi penderita myoma uteri dibedakan atas:

a. Umur adalah usia penderita myoma uteri sesuai yang tercatat dalam kartu status:

1. 27-31 tahun

2. 32-36 tahun

3. 37-41 tahun


(51)

5. 47-51 tahun

6. 52-56 tahun

7. 57-61 tahun

Untuk keperluan uji statistik, variabel umur dikategorikan menjadi: 1. < 44 tahun

2. ≥ 44 tahun

b. Suku adalah etnis penderita myoma uteri sesuai yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas

1. Batak 2. Minang 3. Melayu 4. Jawa 5. Lain-lain

c. Agama adalah keyakinan yang dianut penderita myoma uteri sesuai yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas

1. Islam

2. Kristen protestan 3. Kristen katolik 4. Hindu

5. Budha

d. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah ditempuh penderita myoma uteri yang dirawat sesuai tercatat dalam kartu status yang, dikategorikan atas:

1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SLTA

5. Perguruan Tinggi (D1, S1)

e. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita myoma uteri sesuai tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas:

1. Pegawai Negeri (PNS, TNI/Polri) 2. Pegawai Swasta


(52)

3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga 5. Tidak Bekerja

f. Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita myoma uteri tinggal menetap sesuai tercatat dalam kartu status yang dikategorikan atas

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

g. Status Perkawinan adalah predikat yang dimiliki penderita myoma uteri berdasarkan pernikahan sesuai tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas:

1. Menikah

2. Belum Menikah

3.2.3. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami penderita myoma uteri sesuai yang tercatat dalam kasrtu status

1. Nulllipara (belum pernah melahirkan) 2. Primipara (melahirkan 1 kali)

3. Multipara (melahirkan 2-4 kali) 4. Grandemultipara (melahirkan ≥ 5 kali)

3.2.4. Letak myoma adalah tempat myoma yang dialami penderita berdasarkan hasil pemeriksaan dokter sesuai yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Myoma Submukosa 2. Myoma Intramural 3. Myoma Subserosa 4. Kombinasi

3.2.5. Ukuran myoma adalah diameter terbesar myoma yang dialami penderita berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas:


(53)

1. < 1 cm 2. 1-5 cm 3. > 5 cm

3.2.6. Keluhan adalah gejala utama yang dirasakan pasien sehingga datang berobat ke rumah sakit sesuai yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Perdarahan abnormal 2. Nyeri abdomen 3. Gejala penekanan 4. > 1 keluhan

3.2.7. Pengunaan Alat Kontrasepsi adalah riwayat alat kontrasepsi yang pernah digunakan oleh penderita yang dibedakan atas:

1. Hormonal (Pil, Suntik)

2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 3. Sterilisasi (Vasektomi, Tubektomi) 4. Tidak KB

3.2.8. Status haid adalah keadaan yang menggambarkan masa reproduksi pasien myoma uteri sesuai yang tercatat pada kartus status yang dikategorikan atas: 1. Masih haid

2. Tidak haid lagi (menopause)

3.2.9. Penatalaksanaan medis adalah usaha medis yang dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien sesuai yang tercatat pada kartu status dan dikategorikan atas:

1. Pengobatan konservatif (Terapi hormonal, transfusi darah) 2. Miomektomi


(54)

3.2.10.Lama rawatan rata-rata adalah lama rata-rata hari perawatan pasien myoma uteri dari hari pertama masuk rumah sakit sampai hari terakhir perawatan sesuai yang tercatat dalam kartu status

3.2.11.Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi pasien sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)


(55)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain case

series.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan tersedianya data myoma uteri yang dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita myoma uteri di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009 - Mei 2010.

4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua data penderita myoma uteri yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 sesuai yang tercatat pada kartu status sebanyak 118 pasien.


(56)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah data penderita myoma uteri yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008. Besar sampel adalah sama dengan populasi (Total Sampling)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan data sekunder yakni kartu status pasien myoma uteri yang diperoleh dari bagian rekam medik RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008, setelah semua data yang diperlukan terkumpul maka dilakukan pencatatan terhadap variabel yang akan diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Sollution). Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, sedangkan analisa bivariat menggunakan uji Chi-square, Annova, dan

t-test. Hasil disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, diagram pie, dan


(57)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Sosiodemografi

Proporsi penderita myoma uteri berdasarkan sosiodemografi yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

No Sosiodemografi Jumlah

f %

1 Umur (tahun)

27-31 32-36 37-41 42-46 47-51 52-56 57-61 7 7 23 42 33 5 1 5,9 5,9 19,6 35,6 28,0 4,2 0,8

Total 118 100

2 Suku

Batak Minang Melayu Jawa Lain-lain 59 8 10 35 6 50,0 6,7 8,5 29,7 5,1

Total 118 100

3 Agama

Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu 85 31 1 1 72,1 26,3 0,8 0,8

Total 118 100

4 Pendidikan

Tidak Sekolah SD

SMP SLTA

Perguruan tinggi (D1,S1)

1 16 12 68 21 0,8 13,6 10,2 57,6 17,8

Total 118 100

5 Pekerjaan

Pegawai Negeri (PNS, TNI/Polri) Pegawai Swasta

41 2

34,7 1,7


(58)

Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Tidak bekerja

10 61 4

8,5 51,7 3,4

Total 118 100

6 Status Perkawinan

Menikah Belum Menikah

106 12

89,8 10,2

Total 118 100

7 Tempat tinggal

Kota Medan Luar Kota Medan

79 39

66,9 33,1

Total 118 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat karakteristik penderita myoma uteri yang dirawat inap berdasarkan sosiodemografi, dimana proporsi umur tertinggi pada kelompok umur 42-46 tahun 35,6% dan terendah pada kelompok umur 57-61 tahun 0,8%. Berdasarkan suku tertinggi suku Batak 50,0% dan terendah Lain-lain (suku India, Nias, Aceh) 5,1%. Berdasarkan agama tertinggi agama Islam 72,1% dan terendah pada agama Kristen Katolik dan Hindu masing-masing 0,8%.

Berdasarkan pendidikan, SLTA 57,6% dan terendah tidak sekolah 0,8%. Berdasarkan pekerjaan, ibu rumah tangga 51,7% dan terendah pegawai swasta 1,7%. Berdasarkan status perkawinan, menikah 89,8% dan belum menikah 10,2%. Berdasarkan tempat tinggal, Kota Medan 66,9% dan Luar Kota Medan 33,1%.

5.2.Paritas

Proporsi penderita myoma uteri berdasarkan paritas yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(59)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Paritas yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

No Paritas f Proporsi (%)

1 2 Tercatat Tidak tercatat 108 10 91,5 8,5

Total 118 100

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa proporsi paritas penderita myoma uteri tercatat 91,5% dan tidak tercatat 8,5%.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Paritas Tercatat yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

No Paritas Tercatat f Proporsi (%)

1 2 3 4 Nullipara Primipara Multipara Grandemultipara 33 12 44 19 30,6 11,1 40,7 17,6

Total 108 100

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa berdasarkan paritas tercatat proporsi tertinggi multipara 40,7% dan terendah primipara 11,1%.

5.3.Letak Myoma

Proporsi penderita myoma uteri berdasarkan letak myoma yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Letak Myoma yang

Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

No Letak Myoma f Proporsi (%)

1 2 Tercatat Tidak tercatat 75 43 63,6 36,4

Total 118 100

Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi letak myoma tercatat 63,6% dan tidak tercatat 36,4%.


(60)

Tabel 5.5.Distribusi Proporsi Penderita Myoma Uteri Berdasarkan Letak Myoma Tercatat yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

No Letak Myoma Tercatat f Proporsi (100%)

1 2 3 4 Myoma Submukosa Myoma Intramural Myoma Subserosa Kombinasi 26 23 15 11 34,7 30,6 20,0 14,7

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa berdasarkan letak myoma tercatat proporsi tertinggi adalah myoma submukosa 34,7% dan terendah myoma kombinasi 14,7%. Uraian letak myoma kombinasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Myoma Kombinasi Penderita Myoma Uteri Yang Dirawat Inap Di RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2007-2008.

Myoma Kombinasi (n=30) f Proporsi (%)

Submukosa + Intramural Intramural + Subserosa Submukosa + subserosa

2 6 3 18,2 54,5 27,3

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat myoma kombinasi tertinggi adalah myoma intramural dan subserosa 54,5% dan terendah myoma submukosa dan intramural 18,2%.

5.4.Ukuran Myoma

Proporsi penderita myoma uteri berdasarkan ukuran myoma yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(61)

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Ukuran Myoma yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

No Ukuran Myoma f Proporsi (%)

1 2 Tercatat Tidak tercatat 79 39 66,9 33,1

Total 118 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi ukuran myoma penderita myoma uteri tercatat 66,9% dan tidak tercatat 33,1%.

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Ukuran Myoma Tercatat yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

No Ukuran Myoma Tercatat f Proporsi (%)

1 2 3

< 1 cm 1-5 cm > 5 cm

1 35 43 1,3 44,3 54,4

Total 79 100

Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa berdasarkan ukuran myoma tercatat proporsi tertinggi > 5 cm (54,4%) dan terendah < 1 cm (1,3%).

5.5.Keluhan utama

Proporsi penderita myoma uteri berdasarkan keluhan utama yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Keluhan Utama yang

Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008.

No Keluhan utama f Proporsi (%)

1 2 Tercatat Tidak tercatat 116 2 98,3 1,7

Total 118 100

Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa proporsi keluhan utama tercatat 98,3% dan tidak tercatat 1,7%.


(1)

Letak Myoma * Penatalaksanaan Medis Crosstabulation

3 8 15 26

2.8 5.2 18.0 26.0

11.5% 30.8% 57.7% 100.0%

37.5% 53.3% 28.8% 34.7%

4.0% 10.7% 20.0% 34.7%

4 4 15 23

2.5 4.6 15.9 23.0

17.4% 17.4% 65.2% 100.0%

50.0% 26.7% 28.8% 30.7%

5.3% 5.3% 20.0% 30.7%

1 2 12 15

1.6 3.0 10.4 15.0

6.7% 13.3% 80.0% 100.0%

12.5% 13.3% 23.1% 20.0%

1.3% 2.7% 16.0% 20.0%

0 1 10 11

1.2 2.2 7.6 11.0

.0% 9.1% 90.9% 100.0%

.0% 6.7% 19.2% 14.7%

.0% 1.3% 13.3% 14.7%

8 15 52 75

8.0 15.0 52.0 75.0

10.7% 20.0% 69.3% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

10.7% 20.0% 69.3% 100.0%

Count

Expected Count % within Letak Myoma % within

Penatalaksanaan Medis

% of Total Count

Expected Count % within Letak Myoma % within

Penatalaksanaan Medis

% of Total Count

Expected Count % within Letak Myoma % within

Penatalaksanaan Medis

% of Total Count

Expected Count % within Letak Myoma % within

Penatalaksanaan Medis

% of Total Count

Expected Count % within Letak Myoma % within

Penatalaksanaan Medis

% of Total Myoma

Submukosa

Myoma Intramural

Myoma Subserosa

Kombinasi Letak

Myoma

Total

Konservatif Miomektomi Histerektomi Penatalaksanaan Medis


(2)

Crosstabs

Chi-Square Tests

6.515a 6 .368

7.521 6 .275

4.086 1 .043

75 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.17.

a.

Case Processing Summary

77 65.3% 41 34.7% 118 100.0%

Ukuran Myoma * Keluhan Utama

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(3)

Ukuran Myoma * Keluhan Utama Crosstabulation

0 1 0 0 1

.3 .2 .2 .3 1.0

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

.0% 6.3% .0% .0% 1.3%

.0% 1.3% .0% .0% 1.3%

11 6 5 11 33

11.1 6.9 6.0 9.0 33.0

33.3% 18.2% 15.2% 33.3% 100.0%

42.3% 37.5% 35.7% 52.4% 42.9%

14.3% 7.8% 6.5% 14.3% 42.9%

15 9 9 10 43

14.5 8.9 7.8 11.7 43.0

34.9% 20.9% 20.9% 23.3% 100.0%

57.7% 56.3% 64.3% 47.6% 55.8%

19.5% 11.7% 11.7% 13.0% 55.8%

26 16 14 21 77

26.0 16.0 14.0 21.0 77.0

33.8% 20.8% 18.2% 27.3% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.8% 20.8% 18.2% 27.3% 100.0%

Count

Expected Count % within Ukuran Myoma

% within Keluhan Utama

% of Total Count

Expected Count % within Ukuran Myoma

% within Keluhan Utama

% of Total Count

Expected Count % within Ukuran Myoma

% within Keluhan Utama

% of Total Count

Expected Count % within Ukuran Myoma

% within Keluhan Utama

% of Total < 1

1-5

> 5 Ukuran Myoma

Total

Perdarahan

Nyeri abdomen

Tanda

penekanan Kombinasi Keluhan Utama

Total

Chi-Square Tests

4.982a 6 .546

4.302 6 .636

.179 1 .672

77 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)


(4)

Case Processing Summary

118 100.0% 0 .0% 118 100.0%

Penatalaksanan Medis * Umur

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Penatalaksanaan Medis * Umur Crosstabulation

8 14 22

8.9 13.1 22.0

36.4% 63.6% 100.0%

16.7% 20.0% 18.6%

6.8% 11.9% 18.6%

10 7 17

6.9 10.1 17.0

58.8% 41.2% 100.0%

20.8% 10.0% 14.4%

8.5% 5.9% 14.4%

30 49 79

32.1 46.9 79.0

38.0% 62.0% 100.0%

62.5% 70.0% 66.9%

25.4% 41.5% 66.9%

48 70 118

48.0 70.0 118.0

40.7% 59.3% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

40.7% 59.3% 100.0%

Count

Expected Count % within

Penatalaksanaan Medis

% within Umur % of Total Count

Expected Count % within

Penatalaksanaan Medis

% within Umur % of Total Count

Expected Count % within

Penatalaksanaan Medis

% within Umur % of Total Count

Expected Count % within

Penatalaksanaan Medis

% within Umur % of Total Konservatif

Miomektomi

Histerektomi Penatalaksanaan

Medis

Total

< 44 tahun >= 44 tahun Umur


(5)

Chi-Square Tests

2.729a 2 .256

2.678 2 .262

.079 1 .779

118 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.92.

a.

Descriptives

LMRWT

22 4.68 2.950 .629 3.37 5.99 2 14

17 8.29 3.567 .865 6.46 10.13 3 16

79 10.15 3.211 .361 9.43 10.87 5 19

118 8.86 3.825 .352 8.17 9.56 2 19

Konservatif Miomektomi Histerektomi Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

ANOVA LMRWT

521.351 2 260.676 25.181 .000

1190.479 115 10.352

1711.831 117

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Test of Homogeneity of Variances

LMRWT

.463 2 115 .630

Levene


(6)

T-Test

Group Statistics

108 9.36 3.577 .344

10 3.50 1.780 .563

Keadaan Sewaktu Pulang

Pulang Sembuh/Pulang Berobat Jalan

Pulang Atas Permintaan Sendiri

Lama Rawatan rata-rata

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

2.815 .096 5.109 116 .000 5.86 1.147 3.589 8.133

8.885 16.795 .000 5.86 .660 4.468 7.254

Equal variances assumed Equal variances not assumed Lama

Rawatan rata-rata

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means