yang biasanya terjadi secara bilateral mengenai kedua buah telinga. Presbikusis menjadi masalah penting di lingkungan sosial. Akibat dari gangguan ini, biasanya
para lansia memutuskan untuk mengurangi penggunaan telepon yang akhirnya menyebabkan menurunkan kemampuan bersosialisasi dengan orang lain serta
semakin menurunkan fungsi pengindraan Roland, 2014.
2.3.1 Epidemiologi
Kejadian presbikusis di seluruh dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Kejadian ini mungkin saja berhubungan dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk di dunia. Di Amerika, diperkirakan sekitar 25-30 orang-orang dengan rentang usia 65-74 tahun mengalami gangguan pendengaran. Selanjutnya,
kejadian gangguan pendengaran ini meningkat sampai 40-45 pada orang-orang yang berusia lebih dari 75 tahun Roland, 2014. Penelitian yang dilakukan di
Brazil didapati prevalensi prebikusis adalah sekitar 36,1 Sousa, dkk, 2009. Di Arab Saudi, ditemukan prevalensi kejadian prebikusis pada subjek penelitian yang
berusia 46-50 tahun adalah sekitar 10,17, dan meningkat menjadi 38,3 pada subjek penelitian dengan rentang usia 71-75 tahun Al-Ruwali dan Hagr, 2010.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan di Korea yang tepatnya berlokasi di Seoul, provinsi Kyunggi dan Kangwon, menunjukkan bahwa kejadian presbikusis pada
orang-orang berusia 65 tahun ke atas adalah sekitar 43,4 Hee-Nam, dkk, 2000. Jumlah penduduk di Indonesia yang berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005
adalah sekitar 19,9 juta orang dengan prevalensi presbikusis sebesar 8,48. Diperkirakan penderita presbikusis di Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami
peningkatan mencapai 4 kali lipat dari sebelumnya Soesilorini, 2011.
2.3.2 Faktor Risiko dan Etiologi
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya presbikusis, yaitu : usia, jenis kelamin laki-laki, diabetes melitus, serta gangguan
pendengaran yang diturunkan. Faktor risiko lain yang juga disebut-sebut dapat menyebabkan presbikusis adalah penyakit-penyakit jantung, merokok, serta
konsumsi alkohol Sousa, dkk, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun penyebab pasti presbikusis masih belum diketahui secara pasti, namun telah diterima secara umum bahwa penyebab presbikusis adalah
multifaktorial. Berikut beberapa penyebab yang dipercaya dapat menyebabkan terjadinya presbikusis:
a. Aterosklerosis
Pada keadaan arterosklerosis, dapat terjadi berkurangnya sampai hilangnya perfusi serta oksigenasi ke koklea. Keadaan hipoperfusi ini
menyebabkan terbentuknya metabolit berupa reactive oxygen dan juga radikal bebas. Akibat dari penumpukan oksidan ini, menyebabkan
terjadinya kerusakan pada struktur telinga dalam serta DNA mitokondria yang berada pada sel-sel di telinga dalam. Akibat dari kerusakan-
kerusakan inilah berkembang presbikusis Roland, 2014.
b. Diet dan metabolisme
- Diabetes diketahui dapat mempercepat
proses pembentukan aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan gangguan perfusi
serta oksigenasi dari koklea. -
Pada keadaan diabetes juga didapati proliferasi dan hipertropi dari tunika intima di endotel yang juga nantinya akan menyebabkan
gangguan perfusi ke koklea. -
Penelitian yang dilakukan oleh Le dan Keithley mendemonstrasikan bahwa diet tinggi antioksidan seperti vitamin C dan E dapat
mengurangi progresifitas presbikusis pada tikus Roland, 2014.
c. Paparan terhadap bising
Dari penelitian yang dilakukan menggunakan model dari tikus yang memiliki struktur telinga menyerupai manusia, didapati bahwa
paparan terhadap bising mampu meningkatkan kejadian presbikusis. Paparan bising menyebabkan rusaknya sel-sel di telinga termasuk di
dalamnya sel yang berasal dari spiral ligament, sel fibrosit tipe IV. Dari penelitian sebelumnya didapati bahwa kerentanan terhadap kerusakan
Universitas Sumatera Utara
fibrosit tipe IV dapat menyebabkan perubahan ambang batas pendengaran yang bermakna. Gambaran histopatologi pada tikus yang terpapar bising
menunjukkan bahwa terjadi hilangnya sel-sel spiral ganglion, yang merupakan badan sel dari saraf aferen di koklea, yang bersinaps dengan
sel-sel rambut dalam inner hair cells. Intinya, paparan bising pada usia muda dapat meningkatkan risiko terjadinya presbikusis seiring dengan
bertambahnya usia seseorang Kujawa dan Liberman, 2006.
d. Genetik
Disebut-sebut bahwa genetik berperan penting dalam menentukan kerentanan seseorang terhadap faktor-faktor lingkungan seperti bising,
obat-obat ototoksik dan bahan-bahan kimia, serta stress. Pada penelitian lain didapati bahwa terdapat beberapa gen yang mengalami mutasi pada
penderita presbikusis, yaitu gen GJB2 dan gen SLC26A4. Selain itu,
didapati bahwa orang-orang yang mengalami dua mild mutations pada gen GJB2 akan terjadi peningkatan risiko berkembangnya presbikusis dini
Roland, 2014 dan Rodriguez-Paris, dkk, 2008.
2.3.3 Patofisiologi Klinik