Ensambel musik tradisional Karo

2.2.1 Ensambel musik tradisional Karo

Secara umum, proses belajar alat musik tradisional Karo yaitu dengan cara oral tradition tradisi lisan, yang proses belajarnya dengan cara melihat, mendengar, menghapal, dan meniru 3 Gendang lima sendalanen merupakan salah satu ensambel yang terdapat pada masyarakat Karo. Gendang lima sendalanen terdiri dari sarune klasifikasi aerofon sebagai pembawa melodi, gendang singanaki dan gendang singindungi klasifikasi membranofon sebagai instrumen ritmis, serta gung dan penganak klasifikasi idiofon sebagai pengatur tempo. Kelima instrumen tersebut . Alat musik tradisional Karo pada umumnya digunakan untuk mengiringi upacara adat, upacara ritual dan untuk hiburan. Musik tradisional Karo merupakan hasilproduk dari proses kebudayaan Karo itu sendiri. Oleh karena itu, musik tradisional Karo berkaitan erat dengan elemen- elemen kebudayaan lainnya seperti; adat istiadat Karo, sistem kepercayaan tradisional Karo, sistem mata pencaharian masyarakat Karo, dan juga menjadi hiburan bagi masyarakat Karo Tarigan, 2004:119. Dalam penyebutan ensembel musiknya masyarakat Karo menggunakan kata ‘gendang’. Ensembel musik Karo jika diklasifikasikan secara umum dan yang paling sering digunakan pada konteks upacara adat adalah gendang lima sedalanen dan gendang telu sedalanen. Penjelasan mengenai ensembel musik tradisional Karo ini akan dijelaskan berikut ini.

2.2.1.1 Gendang Lima Sedalanen

3 Wawancara dengan Bangun Tarigan Seniman Karo, 16 Oktober 2015 Universitas Sumatera Utara dimainkan secara bersama-sama sebagai sebuah ensambel. Orang yang memainkan kelima instrumen musik ini dalam gendang lima sendalenan disebut dengan nama “Sierjabaten” dan masing-masing memiliki sebutan sesuai dengan alat musik atau instrumen yang dimainkan. Untuk pemain sarune disebut sebagai penarune, pemain gendang Singanaki dan pemain gendang Singindungi disebut sebagai penggual, pemain gung disebut sebagai simalu gung dan pemain penganak disebut sebagai simalu penganak. Gambar 2.3 : Posisi sierjabaten saat memainkan alat musik gendang lima sendalanen Sumber : dokumentasi penulis Di kalangan musisi tradisional Karo istilah Gendang Sarune lebih sering digunakan, sementara itu di berbagai tulisan tentang kebudayaan musik Karo lebih banyak menggunakan istilah Gendang Lima Sendalanen. Untuk konsistensi penulisan, dalam tulisan ini penulis menggunakan istilah Gendang Lima Sendalanen. Ini tidak berarti istilah Gendang Lima Sendalanen lebih mewakili Universitas Sumatera Utara dari pada Gendang Sarune karena memang kedua istilah tesebut selalu digunakan dalam masyarakat Karo. Sarune merupakan alat musik tiup yang memiliki lidah ganda double reed, dan tabung alat musik ini berbentuk konis conical mirip dengan alat musik obo oboe. Instrumen ini terdiri dari lima bagian alat yang dapat dipisah-pisahkan serta terbuat dari bahan yang berbeda pula yaitu: a anak- anak sarune, b tongkeh, c ampang-ampang, d batang sarune, dan e gundal. Gendang singanaki dan Gendang singindungi double sided conical drums merupakan dua alat musik pukul yang terbuat dari kayu pohon nangka. Pada kedua sisi alat musik yang berbentuk konis tersebut, terdapat membrane yang terbuat dari kulit binatang. Sisi depanatas atau bagian yang dipukul disebut babah gendang, sisi belakangbawah tidak dipukul disebut pantil gendang. Kedua alat musik ini memiliki ukuran yang kecil, panjangnya sekitar 44 cm, dengan diameter babah gendangnya sekitar 5 cm, sedangkan diameter pantil gendang sekitar 4 cm. Penganak dan gung tergolong dalam jenis suspended idiophonegong berpencu yang memiliki persamaan dari segi konstruksi bentuk, yakni sama seperti gong yang umumnya terdapat pada kebudayaan musik nusantara. Perbedaan keduanya Penganak dan gung adalah dari segi ukuran atau lebar diameternya. Gung memiliki ukuran yang besar diameter 68,5 cm, dan penganak memiliki ukuran yang kecil diameter 16 cm. Gung dan Penganak ini terbuat dari kuningan, sedangkan palu-palu pemukulnya terbuat dari kayu dengan benda lunak yang sengaja dibuat di ujungnya untuk menghasilkan suara gung yang lebih enak didengar palu-palu gung. Simalu gung dan simalu Universitas Sumatera Utara penganak juga bermain dalam posisi duduk, sementara itu kedua alat musiknya senantiasa digantung dengan seutas tali pada suatu tempat yang telah disediakan secara khusus. Dalam konteks upacara adat sierjabaten atau penggual yang memainkan gendang lima sedalanentelu sedalanen diberikan tempat yang khusus dengan beralaskan amak mbentar tikar anyaman berwana putih. Walaupun sekarang gendang lima sedalanentelu sedalanen sudah digantikan dengan alat elektronik modern yaitu gendang kibod, perlakuan terhadap sierjabaten tetap sama. Dalam hal memberi upah, dulu sierjabaten atau penggual diberi beras, garam, kelapa, dan ayam dalam mengiringi suatu acara adat, namun sekarang sierjabaten atau penggual dibayar dengan uang sebagai ganti upah untuk mengiringi jalannya acara adat.

2.2.1.2 Gendang Telu Sedalanen

Sama halnya dengan gendang lima sendalenan, secara harafiah gendang telu sendalenan memiliki pengertian “tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan bersamaan.” Ketiga alat musik tersebut adalah kulcapi balobat, keteng-keteng, dan mangkuk mbentar. Dalam ensambel ini ada dua instrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu kulcapi dan balobat. Sedangkan mangkuk dan keteng-keteng merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola ritem-ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Pemakaian kulcapi dan balobat sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda tergantung kebutuhan. Prinsipnya sebenarnya sama hanya saja instrumen pembawa melodinya saja yang berbeda. Jika kulcapi digunakan sebagai pembawa Universitas Sumatera Utara melodi maka disebut sebagai gendang kulcapi, dan jika menggunakan balobat sebagai pembawa melodi maka disebut sebagai gendang balobat. Gambar 2.4 : Instrumen Gendang Telu Sendalanen Sumber : Dokumentasi Penulis

2.2.2 Instrumen Musik Tradisional Karo Non-ansambel