Niniak Mamak Masyarakat Minangkabau

Definisi peribahasa menurut para ahli, antara lain 1 kalimat atau kelompok perkataan yang biasanya mengiaskan sesuatu maksud yang tentu Poerwadaminta dalam Sudaryat, 2009:89; 2 kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengisahkan maksud tertentu; 3 ungkapan atau kalimat ringkas, padat yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau gambaran tingkah laku KBBI dalam Sudaryat, 2009:89. Peribahasa ialah salah satu bentuk idiom berupa kalimat yang susunannya tetap dan menunjukkan perlambangan kehidupan, peribahasa meliputi pepatah dan perumpamaan.

1. Pepatah

Pepatah didefinisikan sebagai; 1 peribahasa yang mengandung nasehat, peringatan, atau sindiran KBBI, 2009:90, 2 berupa ajaran dari orang-orang tua Poerwadaminta dalam Sudaryat, 2009:90, 3 kadang-kadang merupakan undang-undang dalam masyarakat Zakaria dan Sofyan dalam Sudaryat, 2009:90.

2. Perumpamaan

Perumpamaan adalah peribahasa yang berisi perbandingan dari kehidupan manusia. Ciri utama dari perumpamaan ialah adanya kata-kata bagai, laksana, seperti dan sebagainya Sudaryat, 2009:91.

2.1.3 Niniak Mamak

Niniak mamak di Minangkabau mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam kekuatan kekerabatan adat Minang itu sendiri, tanpa penghulu dan niniak mamak suatu nagari di Minangkabau diibaratkan seperti kampung atau negeri yang tidak bertuan karena tidak akan jalan tatanan adat yang dibuat , sebagai penghulu datuk harus tahu tugas dan tanggung jawabnya terhadap saudara dan kemenakannya dalam membina, mengayomi, Universitas Sumatera Utara melindungi, dan mengatur pemanfaatan harta pusaka tinggi untuk kemakmuran kemenakannya. Berbagai permasalahan anak kemenakan yang berhubungan dengan hidup bernagari di kampung di bahas oleh Niniak Mamak dari berbagai penjuru kepala suku atau datuk-datuknya.

2.1.4 Masyarakat Minangkabau

Minangkabau atau disingkat Minang merujuk pada entitas kultural dan geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan identitas agama Islam. Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian Utara Bengkulu, bagian Barat Jambi, pantai Barat Sumatera Utara, Barat Daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang sering disamakan sebagai orang Padang, merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri. Masyarakat Minang bertahan sebagai penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnis ini telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Quran yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam. Menurut tambo, sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara, Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Datuk Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokratis, sedangkan Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang egaliter. Universitas Sumatera Utara Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan kelarasan ini saling mengisi dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau. Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan niniak mamak, yang dikenal dengan istilah Tungku Tigo Sajarangan. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu secara mufakat. Pernikahan Minangkabau tidak mengenal mas kawin, tetapi mengenal uang jemputan yaitu pemberian sejumlah uang dan barang kepada keluarga mempelai laki-laki. Sesudah upacara pernikahan mempelai tinggal di rumah istrinya matrilokal. Di samping itu, Minangkabau juga menonjol dalam seni berkata-kata. Ada tiga genre seni berkata-kata, yaitu pasambahan persembahan, indang, dan salawat dulang. Seni berkata-kata lebih mengedepankan kata kiasan, ibarat, metafora, dan nasehat. Dalam seni berkata-kata seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri, tanpa menggunakan senjata dan kontak fisik. Bahasa Minangkabau merupakan salah satu anak cabang bahasa Austronesia. Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu, ada yang menganggap bahasa yang dituturkan masyarakat ini sebagai bagian dari dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu serta ada juga yang menyebut bahasa Minangkabau merupakan bahasa proto-Melayu. Selain itu dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri juga sudah terdapat berbagai macam dialek bergantung kepada daerahnya masing-masing. Universitas Sumatera Utara Adat dalam perspektif Minangkabau merupakan sistem nilai yang mengatur perilaku yang tertulis dalam pepatah-petitih. Agama adalah sandi landasan penguat tiang bangunan rumah adat Minang, bukan sendi atau pondasi dari adat, yang rujukan utamanya adalah Kitab Suci Al-Qur’an dan alam Sunatullah yang tidak tertulis. Sedangkan budaya merupakan perilaku mengacu pada norma dan adat. Masyarakat Minangkabau masih menjunjung adat kebersamaan dan saling bergotong- royong. Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang religius. Nilai positif dari suku Minang adalah, suku Minang menganut sistem matrineal yang mana keturunan berdasarkan garis ibu, jadi harta akan jatuh ke tangan wanita, apabila suatu saat lelaki meninggalkan wanita, maka wanita itu tidak menjadi rentan dan terlalu bergantung pada pria.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori makna dan nilai-nilai budaya, yang diyakini mampu menjelaskan fenomena yang terdapat pada pepatah-petitih, nilai-nilai budaya pepatah-petitih yang terdapat Niniak-Mamak dalam pernikahan Minangkabau. Robert Sibarani mengkalsifikasikan nilai-nilai budaya antara lain : 1 kesejahteraan; 2 kerja keras; 3 disiplin;