19
bunga yang diperoleh dari reinvestasi interim cash flow. Agar seorang investor merealisasikan suatu yield sama dengan yield pada saat obligasi dibeli, interim
cashflow tersebut harus diinvestasikan pada suku bunga sama dengan yield yang ditentukan pada saat obligasi dibeli. Risiko bahwa interim cash flow akan
diinvestasikan dengan suku bunga yang lebih rendah dan investor akan menerima yield yang lebih rendah daripada yield pada saat obligasi dibeli disebut
reinvestment risk.
6. Risiko Kurs Valuta Asing
Orang Indonesia yang membeli obligasi perusahaan di negara lain dapat mengalami kerugian perbedaan kurs valuta asing foreign exchange risk.
7. Risiko Likuditas
Risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual obligasinya, sedekat mungkin dengan nilai dari obligasi tersebut. Cara untuk
mengukur likuiditas adalah dengan melihat besarnya selisih spread antara harga permintaan dan harga penawarannya yang dipasang oleh perantara pedagang efek.
Semakin besar spread tersebut, makin besar risiko likuiditas yang dihadapi.
8. Event Risk
Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bunga dan pokok utang tanpa terduga berubah karena, bencana alam dan pengambil alihan.
2.1.5 Penerbit Obligasi
Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara
Universitas Sumatera Utara
20
penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas:
1. Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank investasi eropa european
investment bank atau bank pembangunan asia asian development bank, 2.
Pemerintah suatu Negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta
asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional sovereign bond, 3.
Sub-sovereign, propinsi, Negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal sebagai obligasi daerah municipal bond. Di Indonesia dikenal sebagai
Surat Utang Negara SUN, 4.
Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau agencies.
5. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.
6. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu
tujuan khusus untuk menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Efek.
2.1.6 Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi adalah simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen peringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi Jogiyanto, 2015:230.
Peringkat obligasi merupakan salah satu contoh informasi yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dengan menilai kelayakan dan besarnya risiko gagal
bayar atas pengembaliannya. Selain itu, peringkat obligasi yang diumumkan ke
Universitas Sumatera Utara
21
publik dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan penerbit obligasi dan investor Zuhrohtun dan Baridwan, 2005:1.
Dalam Raharja dan Sari 2008 mengemukakan ada beberapa fungsi peringkat obligasi, yaitu sebagai berikut:
1. Sumber informasi atas kemampuan perusahaan, pemerintah daerah atau
pemerintah dalam menaati ketepatan waktu pembayaran kembali pokok utang dan tingkat bunga yang dipinjam.
2. Sumber informasi dengan biaya rendah bagi keluasan informasi kredit
yang terkait dengan cross section antar perusahaan, pemerintah daerah, dan pemerintah.
3. Sumber legal insurance untuk pengawas investasi. Membatasi investasi
pada sekuritas utang yang memiliki peringkat tinggi misalnya peringkat BBB ke atas.
4. Sumber informasi tambahan terhadap keuangan dan representasi
manajemen lainnya. Ketika peringkat utang perusahaan ditetapkan, hal itu merupakan reputasi perusahaan yang berupa risiko.
5. Sarana pengawasan terhadap aktivitas manajemen.
6. Sarana untuk memfasilitasi kebijakan umum yang melarang investasi
spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun.
Dan menurut Brigham dan Houston 2009:373, peringkat obligasi didasarkan pada faktor-faktor kualitatif maupun kuntitatif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
22
1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio,
profitability dan fixed charge coveragae ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut, maka semakin tinggi rating tersebut.
2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan mortage provision. Apabila
obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating akan membaik.
3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila obligasi lebih rendah
dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan
yang kuat. 5.
Adanya singking fund provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit tiap bulan.
6. Umur obligasi Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek
mempunyai risiko yang lebih kecil. 7.
Stabilitas laba dari penjualan emiten. 8.
Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9.
Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk. 10.
Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.1 Peringkat Obligasi Berdasarkan PEFINDO
Peringkat Keteragan
id
AAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan berisiko paling rendah yang
didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya .
id
AA Efek utang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi, didukung
oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas
Indonesia lainnya.
id
A Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan
obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap
perubahan yang merugikan.
id
BBB Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan
obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian. Namun kemampuan
tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.
id
BB Efek utang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif
dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan
perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.
id
B Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangat
lemah,walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya. Namun adanya perubahan keadaan bisnis dan
perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban finansialnya.
id
CCC Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya serta hanya
bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
id
D Efek utang yang gagal bayar, atau gagal memenuhi kewajiban, terjadi secara
otomatis kepada kewajiban non-payment yang pertama kali.
Sumber: PT PEFINDO Dari peringkat
id
AA ke
id
B dapat dimodifikasi dengan penambahan tanda plus + atau minus - untuk menunjukkan kekuatan relatif dari kategori dalam
peringkat rating outlook. Tanda positif + menunjukkan bahwa peringkat tersebut dapat dinaikkan dan memiliki nilai yang lebih tinggi dari peringkat
obligasi yang memiliki tanda - ataupun tanpa tanda. Pada peringkat dengan
Universitas Sumatera Utara
24
tanda negatif - menunjukkan bahwa peringkat obligasi tersebut dapat diturunkan dan nilainya lebih rendah dari peringkat obligasi yang tidak memiliki tanda.
2.1.7 Teori Sinyal
Teori pensinyalan menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi kepada publik Wolk et al., 2001: 308. Informasi tersebut bisa berupa laporan
keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan. Sinyal adalah sebuah tindakan yang
diambil oleh high-type manager yang mana tidak akan rasional jika dilakukan oleh low-type manager Scott dan Wiliam, 2012:474. Tindakan tersebut menjadi
dasar untuk membedakan kualitas dari tiap-tiap perusahaan dan menjadi petunjuk bagi pihak eksternal tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Sebagai contoh ketika perusahaan memutuskan untuk menerbitkan obligasi di pasar modal, mereka harus memberikan informasi kepada calon
investor. Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar Lina, 2010 dimana pihak manajemen memiliki lebih banyak informasi dan prospek perusahaan dimasa mendatang. Asimetri informasi
dapat terjadi di antara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan
sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan harga saham. Kodrat dan Herdinata 2009:16 menyatakan bahwa asimetri informasi adalah suatu kondisi
Universitas Sumatera Utara
25
di mana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Informasi-informasi yang tersebut dapat berupa pemberian peringkat obligasi
yang dipublikasikan yang diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan terjadi terkait utang yang dimiliki
Raharja dan Sari, 2008. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki Sari, 2007:2. Dengan adanya peringkat obligasi maka calon investor dapat
membuat keputusan yang tepat untuk memutuskan apakah membeli atau tidak obligasi perusahaan tersebut.
Teori pensinyalan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa manajemen perusahaan sebagai pihak yang memberikan sinyal berupa laporan keuangan
perusahaan dan informasi non keuangan kepada lembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat obligasi ini melakukan proses pemeringkatan sehingga dapat
menerbitkan peringkat obligasi bagi perusahaan penerbit obligasi ini. Peringkat obligasi ini memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan pembayaran utang
sebuah perusahaan. Sinyal-sinyal yang disampaikan oleh manajemen berupa laporan keuangan dapat digambarkan melalui rasio keuangan. Rasio keuangan
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi, sehingga investor dapat menghitung risiko yang terkandung dalam obligasi tersebut Lina, 2010.
2.1.8 Faktor Keuangan
Faktor Keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan merupakan ekspektasi hubungan antara angka-angka laporan keuangan sehingga
Universitas Sumatera Utara
26
dapat menghasilkan informasi yang lebih bermakna. Analisis rasio keuangan ini merupakan salah satu perwujudan ketentuan Statement of Finansial Accounting
Concept SFAC no. 1, yang pada intinya menyebutkan bahwa laporan keuangan harus menyajikan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
membuat keputusan yang rasional. Menurut Fahmi 2011:108 menyatakan bahwa analisis rasio keuangan
merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan
dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan
risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Dengan menganalisis sebuah laporan keuangan akan didapat sebuah
gambaran mengenai keadaan suatu perusahaan. Adapun manfaat dengan menggunakan rasio keuangan menurut Fahmi 2011:109 yaitu:
1. Bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi
perusahaan. 2.
Bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.
3. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan
dari perspektif keuangan. 4.
Bermanfaat bagi para kreditur digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dengan adanya jaminan kelangsungan
pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
27
5. Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.
1. Leverage