31
b. colekan, cubitan atau tepukan di bagian tubuh tertentu;
c. memegang tubuh, atau bagian tubuh lain dan dirasakan sangat
tidak nyaman bagi korban; d.
Berusaha mencium atau mengajak berhubungan seksual; e.
Pemaksaan berhubugan seksual dengan iming-iming atau ancaman kekerasan atau ancaman lainnya agar korban bersedia
melakukan hubungan seksual dan sebagainya.
B. Ketentuan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Pedophilia Menurut UU No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
1. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pedophilia
Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi
menjadi dua macam unsur, yakni unsur-unsur subjektif dan objektif.
61
Tetapi ada juga yang merinci unsur-unsur tindak pidana yang diambil berdasarkan rumusan
undang-undang.
62
Pengertian unsur-unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri pelaku dan termasuk di
dalamnya segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya. Sedangkan unsur-unsur objektif adalah unsur-usur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu
61
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hlm. 193.
62
Mohammad Ekaputra, Op.cit., hlm. 103
Universitas Sumatera Utara
32
di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari pelaku itu harus di lakukan.
63
a. Van Apeldoorn
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai unsur-unsur tindak pidana:
Menurut Apeldoorn, bahwa elemen delik itu terdiri dari: 1
Elemen objektif, yang berupa adanya suatu kelakuan atau perbuatan yang bertentangan dengan hukum
orechtmatigwederrechtelijk 2
Elemen subjektif, berupa adanya seorang pembuat dader mampu bertanggung jawab atau dapat dipersalahkan toreke-
ningsvatbaarheid terhadap kelakuan yang bertentangan dengan hukum itu.
64
b. E. Utrech
E. Utrech menyebutkan apakah seseorang mendapat hukuman bergantung pada dua hal, yaitu:
1 Harus ada suatu kelakuan yang bertentang dengan hukum –
anasir objektif. 2
Seorang pembuat dader yang bertanggungjawab atas kelakuan yang bertentangan dengan hukum itu – anasir subjektif.
65
63
P.A.F. Lamintang, Op.cit., hlm. 193.
64
Mohammad Ekaputra, Op.cit., hlm. 103-104.
65
E. Utrech, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I, Universitas, Bandung, 1960, hlm. 77.
Universitas Sumatera Utara
33
c. Moeljatno
Menurut Moeljatno unsur-unsur atau elemen-elemen yang harus ada dalam suatu perbuatan pidana adalah:
1 Kelakuan dan akibat perbuatan
2 Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan pidana
3 Keadaan tambahan yang memberatkan pidana
4 Unsur melawan hukum yang objektif
5 Unsur melawan hukum yang subjektif.
Tetapi, secara umum unsur-unsur tindak pidana terdiri dari :
66
a. Unsur-unsur subjektif, yaitu:
1 Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau culpa;
2 Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging
seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP; 3
Macam-macam maksud atau oggmerk seperti yang terdapat misalnya dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan,
pemerasan, pemalsuan, dll; 4
Merencanakan terlebih dahulu atau voorbeddacte raad seperti yang misalnya terdapat dalam kejahatan pembunuhan menurut
Pasal 340 KUHP; 5
Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan dan tindak pidana menurut pasal 308 KUHP.
b. Unsur-unsur objektif, yaitu:
66
P.A.F Lamintang, Op.cit., hlm. 193
Universitas Sumatera Utara
34
1 Sifat melanggar hukum wederrechtelijkheid
2 Kualitas dari si pelaku, misalnya jabatan menurut Pasal 415
KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam kejahatan Pasal 398 KUHP.
3 Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai
penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat. Keseluruhan unsur delik atau tindak pidana tersebut merupakan satu
kesatuan dalam satu tindak pidana yang menyebabkan tersangka atau terdakwa dapat dihukum atas perbuatan atau kesalahannya.
Tindak Pidana pedophilia sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 82 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi:
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan penjara paling lama 15 lima belas
tahun dan paling sedikit 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp300.000.000 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp60.000.000
enam puluh juta rupiah”
Adapun unsur-unsur dari tindak pidana pedophilia adalah sebagai berikut:
a. Unsur-unsur subjektif, terdiri dari :
1 Unsur barang siapa:
Yang dimaksud dengan unsur barang siapa adalah setiap orang yang merupakan subjek hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana atas segala perbuatan yang dilakukan serta dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
Universitas Sumatera Utara
35
Pengertian barang siapa menunjukkan adanya subjek hukum pendukung hak dan kewajiban yaitu orang atau badan hukum.
Unsur barang siapa membuktikan adanya orang sebagai pelaku tindak pidana pedophilia.
2 Unsur dengan sengaja dolus atau culpa
Bahwa yang dimaksud dengan sengaja adalah kehendak atau niat yang terkandung secara sadar atas perbuatan yang
dilakukannya.Menurut KUHP, kesengajaan adalah kemauan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan
yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang. Pada umumnya unsur kesengajaan dibedakan ke dalam tiga
bentuk sikap batin yang menunjukkan tingkatan dari kesengajaan, yaitu:
67
a kesengajaan sebagai maksud opzet als oogmerk untuk
mencapai suatu tujuan dolus directus Kesengajaan sebagai maksud adalah perbuatan yang
dilakukah oleh pelaku atau terjadinya suatu akibat dari perbuatan tersebut adalah memang menjadi tujuan pelaku.
Tujuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan tidak ada yang dapat menyangkal bahwa pelaku pantas dikenai
hukuman pidana. Dengan kata lain, pelaku benar-benar menghendaki mencapai akibat dari perbuatannya yang
67
Moeljatno, Op.cit.,hlm. 177-178.
Universitas Sumatera Utara
36
menjadi pokok alasan dirinya dijatuhi ancaman hukuman pidana.
b kesengajaandengan sadar kepastianopzet met
zekerheidsbewustzijn atau noodzakkelijkheidbewustzijn Kesengajaan dengan sadar kepastian adalah apabila pelaku
dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari perbuatan pidana. Tetapi
pelaku tahu benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan tersebut. Maka dari itu, sebelum sungguh-
sungguh terjadi akibat dari perbuatannya, pelaku hanya dapat mengerti atau dapat mendugabagaimana akibat dari
perbuatannya nanti atau apa yang turut mempengaruhi terjadinya akibat perbuatan itu.
c kesengajaan dengan sadar kemungkinan dolus eventualis
atau voorwaardelijk-opzet Kesengajaan dengan kemungkinan berarti apabila dengan
dilakukannya perbuatan atau terjadinya suatu akibat yang dituju itu maka disadari bahwa adanya kemungkinan akan
timbul akibat lain. Dalam hal ini, ada keadaan tertentu yang semula mungkin terjadi kemudian ternyata benar-
benar terjadi. Unsur dengan sengaja dalam tindak pidana pedophiliadilakukan
oleh orang dewasa sebagai pelaku tindak pidana tersebut adalah
Universitas Sumatera Utara
37
termasuk ke dalam kesengajaan sebagai maksud. Terdapat unsur kesengajaan sebagai maksud adalah bahwa pelaku dengan
sengaja menghendaki melakukan perbuatan menyimpang tersebut dengan maksud untuk mewujudkan kepuasan seksual
yang abnormal, atas kehendak sendiri secara sadar tanpa adanya paksaan dari orang lain dan mengetahui bahwa perbuatan itu
dapat menimbulkan akibat pada korban tindak pidana pedophilia.
b. Unsur-unsur objektif, terdiri dari:
1 Unsur memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak Bahwa yang dimaksud anak disini adalah seorang yang belum
berusia18 tahun atau belum pernah kawin. Yang mana dalam usia yang dini tersebutseorang anak belum dapat mengerti tetang
tindakan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana pedophilia tersebut dan dianggap belum mampu menanggung resiko yang
akan menimpa dirinya nanti, seperti cidera fisik atau bahkan trauma psikis yang jelas-jelas hal itu akan berimbas pada
psikologis anak tersebut. 2
Unsur untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
Bahwa yang dimaksud melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul adalah telah terjadinya tindak pidana pedophilia
Universitas Sumatera Utara
38
yang dilakukan oleh seorang pedofil terhadap korban. Baik itu diri pelaku itu sendiri yang melakukan ataupun orang lain yang
melakukannya. 2.
Sanksi Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pedophilia Penggunaan istilah sanksi sendiri diartikan sebagai penjatuhan pidana.
Untuk pengertian yang sama, sering juga digunakan istilah-istilah yang lain, yaitu hukuman, penghukuman, pemidanaan, penjatuhan pidana, pemberian pidana daan
hukuman pidana. Sudarto memberikan pengertian pidana sebagai penderitaan yang
sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Sedangkan Roeslan Saleh mengartikan pidana sebagai
reaksi atas delik dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pelaku delik itu.
68
Penentuan jenis ancaman pidana, penjatuhan dan pelaksanaan pidana berhubungan erat dengan tujuan pemidanaan. Tujuan pemidanaan harus menjadi
patokan.
69
Setelah tujuan pemidanaan ditetapkan, barulah ditetapkan jenis dan bentuk apa yang paling tepat bagi pelaku kejahatan. Dalam hal perumusan sanksi
juga harus melalui tahapan perencanaan yang strategis. Perumusan jenis sanksi dalam peraturan perundang-undangan pidana yang kurang tepat dapat menjadi
faktor berkembangnya kriminalitas.
70
68
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 186.
69
Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 85.
70
Ibid., hlm. 86.
Universitas Sumatera Utara
39
Berdasarkan tujuannya, sanksi pidana bertujuan memberi penderitaan istimewa bijzonder lead kepada pelanggar supaya ia merasakan akibat
perbuatannya. Selain ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap pelaku, sanksi pidana juga merupakan bentuk pernyataan pencelaan terhadap perbuatan si
pelaku.
71
a. Pidana pokok
Hukum pidana Indonesia mengenal dua jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP, yakni:
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Pidana kurungan
4 Pidana denda
b. Pidana tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
Penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pedophilia telah diatur secara khusus dalam UU Perlindungan Anak, yang mengutamakan
perlindungan terhadap anak sebagai korban atas penyimpangan seksual tersebut. Selain UU Perlindungan Anak, KUHP dan UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia juga telah mengatur sebelum mengenai tindak pidana pedophilia. Namun dalam KUHP tidak memperhatikan bahwa yang menjadi korban dari
71
Ibid., hlm. 88.
Universitas Sumatera Utara
40
tindak pidana pedophilia adalah seorang anak, dimana seharusnya sanksi yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana pedophilia lebih berat bilamana
dibandingkan korbannya adalah orang dewasa. Dalam upaya kebijakan penangulangan tindak pidana pedophilia melalui sara penal, setidaknya dalam UU
Perlindungan Anakterdapat 2 jenis sanksi, yaitu : 1.
Sanksi Pidana Penjara Ancaman hukuman pidana bagi pelaku penyimpangan
seksual dalam tindak pidana pedophilia dalam UU Perlindungan Anak ialah dengan hukuman penjara maksimal 15lima belas tahun,
sebagaimana yang ditetapkan dalam ketentuan pasal 82 UU Perlindungan Anak.
Apabila dibandingkan dengan penyimpangan seksual yang diatur dalam KUHP yang ancaman pidananya adalah tujuh tahun
penjara, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 290 ayat 2 KUHP yang berbunyi :
“Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun: barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal
diketahui, atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum
mampu di kawin”
Penjatuhan sanksi pidana terhadap tindak pidana pencabulan dalam Pasal 290 ayat 2 KUHP lebih ringan dibandingkan dengan yang diatur
dalam Pasal 82 UU Perlindungan Anak, karena pada pasal pencabulan tersebut tidak terdapat unsur yang memberatkan yaitu tidak adanya
unsur kekerasan atau ancaman kekerasan. Adapun alasan yang
Universitas Sumatera Utara
41
menyebabkan lebih beratnya ancaman pidana yang dijatuhkan pada tindak pidana pedophilia dalam pasal 82 UU Perlindungan Anak
adalah bahwa keadaan sadar dan sengaja tanpa adanya unsur paksaan dari pihak lain, melakukan pencabulan terhadap anak dengan diiringi
melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan kepada korbannya. Adanya unsur kekerasan inilah yang dirasakan sangat merugikan
orang lain khususnya korban, sehingga dapat menambah kesalahan yang dilakukan si pelaku atas perbuatan pencabulannya.
Adanya niat yang terkandung dalam hati pelaku dandikehendaki secara sadar atas apa yang dilakukannya, dengan
segala macam bujukan, rayuan hingga sampai pada ancaman kekerasan yang mengakibatkan cideranya anak korban tersebut
merupakan alasan pemberat penjatuhan pidana dalam tindak pidana pedophilia sebagaimana yang diatur dalam UU Perlindungan Anak.
Sebagai ketentuan waktu pemuasan seksualnya yaitu pada saat anak tersebut lengah dengan segala macam bujuk dan rayuan akan diberi
sesuatu untuk menggoda anak tersebut dan merasa ketakutan karena adanya ancaman paksaan untuk melayani nafsunya, dengan ancaman-
ancaman ringa hingga pada ancaman kekerasan, bahkan sampai tega akan membunuhnya jika nafsunya tidak dilayani dan mengancam agar
perbuatan pelaku tersebut tidak diadukan atau diceritakan kepada orang tua korban,teman ataupun orang lain.
2. Sanksi Pidana Denda
Universitas Sumatera Utara
42
Pidana denda itu merupakan jenis pidana pokok yang ketiga di dalam hukum pidana Indonesia yang pada dasarnya hanya dapat
dijatuhkan bagi orang-orang dewasa.
72
Pemerintah Indonesia telah menetapkan suatu undang-undang yang bersifat nasional yang mengatur secara khusus mengenai perlindungan terhadap
anak, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.Namun UU Perlindungan Anak khususnya tentangpenyimpangan seksual terhadap anak
dirasa masih kurang keberadaannya. Dimana kurang adanya ketegasan terhadap sanksi yang dikenakan kepada pelakubilamana korbannya adalah seorang anak-
anak. Dimana bagi anak itu sendiri,setiap kejadian kejahatan yang dialami dapat Pidana denda dalam Pasal 82 UU Perlindungan Anak “....
dan denda paling banyak Rp300.000.000 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp60.000.000 enam puluh juta rupiah” dijatuhkan
terhadap pelaku tindak pidana pedophilia berdasarkan putusan hakim adalah bermaksud untuk biaya pengobatan korban yang terciderai
kehormatannya. Tidak hanya cidera fisik yang akan dialami oleh korban, termasuk juga psikologisnya yang sangat berpengaruh bagi
masa depan korban karena dapat menyebabkan trauma yang mendalam bagi korban.
C. Ketentuan Hukum Baru Terhadap Perlindungan Anak Pasca Lahirnya