49
perasaan, cita-cita dan gejolak jiwa manusia, yang dapat dipelajari dalam ilmu psikologi. Dengan mendalami kehidupan psikologi perkembangan dalam hal ini
ilmu psikologi kriinal, maka penyimpangan-penyimpangan tingkah laku manusia dapat dicegah, karena psikologi perkembangan merupakan salah satu dasar utama
untuk menghantar dalam rangka membahas aspek kejiwaan perbuatan kriminal. Menurut penelitian, kehidupan manusia itu mengalami grafik
kehidupan jasmani maupun kejiwaan. Sejak usia muda sampai usia tua serta setiap waktu usia tertentu terjadi perubahan-perubahan hidup yang mempunyai ciri-ciri
khas sendiri. Berdasarkan adanya perubahan-perubahan dan ciri-ciri tersendiri dari usia tertentu itu, psikologi telah mengadakan pembagian-pembagian masa
kehidupan manusia.
82
B. Hubungan Psikologi Kriminal dengan Tindak Pidana
Pedophilia
Sesuai dengan tujuan psikologi kriminal yakni berupaya mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan, cara-cara pencegahan terjadinya kejahatan baik
secara preventif maupun secara represif serta usaha-usaha perbaikan atau penyembuhan penjahat yang telah defenitif dalam pengertianhukum pidana,
maupun perbuatan menyimpang lainnya yang terdapat di luar hukum pidana. Pendekatan psikologi kriminal sangat dibutuhkan dan memiliki peranan besar
dalam membantu masalah-masalah hukum pidana khususnya dalam hal ini mempelajari tindak pidana pedophilia secara utuh.
82
Chainur Arrasjid, Pertimbangan Psikologis dalam Pertanggungjawaban dalam Peristiwa Pidana, Pidato Pengukuhan di Depan Sidang Terbuka Senat USU 18 Januari 1992, hlm.
15.
Universitas Sumatera Utara
50
Menurut psikologi perkembangan, bahwa selama kehidupannya manusia mengalami tiga kali gelombang masa kehidupan, diantaranya adalah:
1. Masa progresif
Masa progresif adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang sebenarnya, baik fisik yang tumbuh sejak
kelahiran manusia tumbuh menjadi manusia yang beranjak dewasa, maupun psikisnya atau kejiwaannya yang berkembang dari fungsi
yang paling sederhana mengarah pada fungsi yang paling kompleks. Apabila ditinjau berdasarkan kategori usia, masa progresif ini dapat
dikatakan dimulai dari usia 0 - 20 tahun. Masa progresif ini dibagi lagi kedalam beberapa bagian, yaitu:
83
a. masa anak yaitu usia 0 – 1,6 tahun
b. masa estetis yaitu usia 1,6 – 6 tahun
c. masa intelektual yaitu usia 6 – 12 tahun
d. masa sosial yaitu usia 12 – 18 tahun
e. masa dewasa yaitu usia 18 – 20 tahun
Dalam masa progresif ini manusia menemui dua kali masa krisis kehidupan. Disebut sebagai masa krisis karena dalam masa itu
terjadi goncangan-goncangan kejiwaan maupun jasmaniah yang menempatkan seseorang itu berada dalam keadaan yang harus
diperhatikan dan mendapatkan pengarahan atau bimbingan yang serius.
83
Chainur Arrasjid, Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminal, Op.cit., hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
51
Para ahli berpendapat bahwa, masa krisis yang pertama dialami oleh manusia pada umur sekitar 2 – 4 tahun. Dalam masa ini
tidak tersaalurkan maka akan muncul kembali beberapa tahun sesudahnya. Disamping sifat egosetris juga bersifat keras kepala dan
dusta, hal ini disebabkan karena belum tercapainya diferensiasi yang tegas antara berbagai fungsi psikis yaitu fantasi, ingatan dan lain-lain.
Aktivitas anak pada masa ini sebagian besar terjadi dari insting meniru. Sifat dan simpati muncul terhadap apa yang ditemuinya.
Sadistis pada anak pun telah ditemui pada masa ini, namun sifatnya lain dari sadistis pada orang dewasa.
84
Masa progresif merupakan suatu masa prosebility secara umum memilih nilai-nilai tersebut atau menolak segala pengalaman-
Masa krisis yang kedua merupakan masa transi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Ditinjau dari segi jasmaniah ditandai
dengan tumbuhnya bulu-bulu pada bagian-bagian genital remaja dan tenaga umumnya terbagun kuat. Perubahan ini membawa perubahan
psikologis terutama dalam keinginan untuk mengetahui sesuatu dan bertingkah laku. Terjadinya perubahan-perubahan yanng sangat kuat
dan cepat baik fisik maupun psikis mengakibatkan munculnya perasaan gelisah, pertentangan lahir dan batin dalam rangka
pembentukan kepribadian dalam mencari identitas diri, agar mendapat tempat dalam lingkungan kehidupan.
84
Ibid., hlm 12 – 13.
Universitas Sumatera Utara
52
pengalaman yang ditemui dan dialaminya. Masa ini merupakan masa sulit bagi manusia, karena pada masa ini manusia tidak mau disebut
sebagai anak-anak tetapi juga belum dewasa. 2.
Masa stabil Masa stabil dimulai lebih kurang sejak usia 20 tahun
sampai dengan usia 40 tahun. Masa ini disebut dengan masa stabil karena pada masa ini tidak terdapat lagi perubahan-perubahan yang
besar baik secara fisik maupun psikis. Masa stabil merupakan masa pengukuhan dan pemantapan fungsi-fungsi yag sudah dimiliknya pada
masa sebelumnya.
85
Masa regresif adalah masa yang mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis. Penglihatan dan pendengaran mulai
berkurang, tenaga fisik mulai menurun dan tulang-tulang mulai rapuh, fungsi-fungsi mulai berkurang, seperti pikiran, perasaan dan kemauan
begitu juga cita-cita dan sebagainya pada umumnya. Masa regresif dimulai lebih kurang pada usia 40 tahun dan seterusnya.
3. Masa Regresif
86
85
Ibid., hlm.12.
86
Ibid.
Pada masa ini ditemui masa krisis ketiga yaitu pada usia 40 tahun sampai dengan usia 45 tahun, hal ini disebabkan karena hal-hal
yang telah disebut diatas. Dalam masa ini dikenal masa setengah tua yaitu, sekitar usia 50 tahun dan masa tua sekitar usia 50 tahun keatas.
Universitas Sumatera Utara
53
Banyak faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi manusia dalam bertindak, demikian juga yang mempengaruhi kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang, diantaranya faktor intelegensi, umur dan lain-lain. Menurut ilmu jiwa bahwa kejahatan merupakan salah satu tingkah laku manusia yang melanggar
hukum yang ditentukan oleh instansi-instansi yang terdapat pada diri manusia itu sendiri. Hal ini disebabkan karena tingkah laku manusia yang sadar tidak mungkin
dipahami tanpa mempelajari alam bawah sadar. Sigmund Freud dan para ahli ilmu jiwa lainnya dalam hal ini mencoba
menganalisa tingkah laku manusia umumnya dengan cara membahas unsur-unsur intern kehidupan manusia itu sendiri. Demikian juga dengan pelaku tindak pidana
pedophilia, seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud dalam teori “the structure of personality”dan teori keseimbangan dari Alfred Adler.
Struktur kepribadian manusia personality menurut Sigmund Freud dibagi kedalam tiga aspek yaitu:
1. Das es
Menurut Freud, das es adalah sumber sesuatu yang terlupa dan juga unsur-unsur kejiwaan yang dibawa bersama kelahiran,
misalnya instinknaluri yang mengatur pada organ fisik, seperti naluri pemusnahan atau destructive instict.
Das Es adalah alam tak sadar das unbewuszte yang merupakan libido tak terorganisir, yang berisikan dorongan-dorongan
Universitas Sumatera Utara
54
dan keinginan-keinginan atau nafsu-nafsu tertekan yang ditolak oleh alam tak sadar.
87
87
Ibid., hlm. 21.
Das es berfungsi berdasarkan fungsi kenikmatan, yaitu mencari kenikmatan dan menghindarkan diri dari ketidakenakan. Das
es yang merupakan sumber dari segala sesuatu yang terbuka dan unsur kejiwaan yang dibawa sejak lahir adalah merupakan kekuatan-
kekuatan hidup seperti nafsuinstink yang terlupakan. Nafsu jelas menginginkan suatu pemuasan dan setiap saat berusaha untuk mencari
jalan keluar. Agar pengalamannya jangan bertentangan dengan norma- norma dari kehidupan manusia yang berlaku maka muncullah Das Ich.
2. Das ich
Das ich merupakan pusat seluruh perawakan jiwa dan khususnya inti dari alam sadar. Walaupun das ich merupakan
jembatan gantung yang menghubungkan antara kebutuhan dan tindakan, serta menyadari keadaan-keadaan yang berada diluar dan
didalam diri, maka untuk menyesuaikan keinginan atau nafsu dengan norma-norma maupun realitas yang ada, dilakukan dengan cara
menyesuaikan diri agar terhindar dari berbagai konflik. Contohnya das es memberikan isyarat yang menyatakan adanya gangguan pada perut.
Das ich mengerti bahwa isyarat tersebut adalah tanda lapar. Kemudian das ich bertindak untuk memberikan keputusan seperti apa yang
dikehendaki das es.
Universitas Sumatera Utara
55
Norma-norma dan tata kehidupan alam norma atau alam nilai mengawasi das ich tentang apa yang boleh dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan, juga menilai tentang apa yang dilakukan, yag sedang dilakuka dan telah dilakukan. Penilaian tersebut berupa
teguran jangan melakukan dan dapat juga untuk mengizinkan melakukan.
88
3. Das uber ich
Das ich mengadakan kontak dengan lingkungan sekitarnya dalam hal pemenuhan kehendak. Pada saat itulah das ich menghadapi
realitas yang ada dan setiap saat akan terbuka konflik yang bertentangan dengan norma. Kemudian das ich megidenfisier diri
dengan realitas dan bersamaan dengan itu terbentuklah uber ich. Uber ich merupakan instansi puncak apabila dibandingkan dengan instansi
lainnya das es dan das ich.
Das uber ich atau super ego merupakan suatu bagian puncak atau menempati kedudukan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Das es dan Dan ich. Segala norma-norma dan tata kehidupan yang pernah mempengaruhi ego membekas dan
kemudian bertahan dalam super ego, dari sana menjalankan kontrol terhadap segala gerak-gerik dari ego. Super ego sebagai alam norma
melakukan pengawasan terhadap ego das ich tentang apa yang bolehdilakukan dan menilai tentang apa yang akan dilakukan, sedang
88
Ibid., hlm. 22.
Universitas Sumatera Utara
56
dilakukan dan yang telah dilakukan. Fungsi Das uber ich yang terutama adalah menentukan apakah sesuatu hal susila atau tidak,
pantas atau tidak pantas, benar atau salah dengan berpedoman kepada ini pribadi dapat bertindak dengan cara yang sesuai moral masyarakat.
Aspek Das es, Das ich dan Das uber ich merupakan satu kesatuan struktur kepribadian manusia yang mempengaruhi setiap tingkah laku manusia
berdasarkan sudut pandang psikologi kriminal. Antara ketiga aspek tersebut memiliki keterkaitan dengan tindak pidana pedophilia sendiri, baik segala sesuatu
yang tidak disdari, yang disadari hingga fungsi pengawasan atau penilaian terhadap ego tentang apa yang dilakukan, sedang dilakukan maupun yang telah
dilakukan. Tindak pidana pedophiliamerupakan suatu perbuatan amoral yang sangat ditentang oleh masyarakat, yang mana perbuatan tersebut awalnya sebagai
perbuatan yang disadari oleh pikiran, namun karena dorongan naluri dan nafsu alam bawah sadar perbuatan amoral tersebut tetap dilakukan oleh pelaku dan
akhirnya setelah dilaksanakan akan mendapat penilaian dari alam norma das uber ich apakah perbuatan tersebut pantas untuk dilakukan atau tidak.
Bagi para penegak hukum, ilmu psikologi kriminal merupakan ilmu penting yang harus dipelajari guna mengetahui tentang kejiwaan penjahat dalam
hal menyesuaikan dan mempertimbangkan hukuman yang akan dijatuhkan. Dahulu hakim dalam memberikan hukuman atau putusanya melalui akibat dari
perbuatan penjahat itu saja, apabila menurutnya perbuatan tersebut telah sesuai dengan rumusan delik dalam undang-undang yang dilanggarnya, maka hakim
menjatuhkan hukumannya tanpa memperhatikan kejiwaan atau pribadi pelaku
Universitas Sumatera Utara
57
kejahatan tersebut. Dengan adanya ilmu psikologi kriminal, semua itu mengalami perkembangan dan perubahan sehingga hakim tidak lagi menjatuhkan hukum
berdasarkan perbuatannya saja, tetapi juga dari kondisi jiwa atau kepentingan mengapa orang tersebut melakukan kejahatan.
Demikian jugalah terhadap pelaku tindak pidana pedophilia, perlu diketahui faktor-faktor psikologinya untuk mengungkapkan latar belakang dari
perilaku atau kejahatan yang dilakukan berdasarkan kondisi jiwa pelaku tindak pidana pedophilia tersebut. Dengan demikian pengetahuan tentang psikologi
kriminal akan dapat menunjang pembentukan maupun penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana pedophilia dengan sedemikian rupa, sehingga hukuman yang
dijatuhkan benar-benar berfungsi sebagai efek jera bagi pelaku kejahatan tersebut.
C. Faktor-Faktor Penyebab dan Akibat Terjadinya Tindak Pidana