106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pedophilia telah
diatur secara khusus dalam UU Perlindungan Anak, yang mengutamakan perlindungan terhadap anak sebagai korban atas penyimpangan seksual
tersebut. Sanksi yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana pedophilia lebih berat bilamana dibandingkan korbannya adalah orang dewasa. Dalam
upaya kebijakan penangulangan tindak pidana pedophilia melalui sarana penal, Undang-undang Perlindungan Anak yang lama UU No. 23 Tahun
2002 menetapkan ancaman pelaku tindak pidana pedophilia hanya diancam dengan pidana maksimal 15 lima belas tahun, minimal 3 tiga tahun dan
denda maksimal Rp300.000.000,- tiga ratus juta rupiah dan minimal Rp60.000.000,- enam puluh juta rupiah, sedangkan dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Perlindungan Anak diubah dengan ancaman pidana maksimal 15 lima belas tahun,
minimal 5 lima tahun dan denda maksimal sebanyak Rp5.000.000.000,- lima milyar rupiah.Pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku
kejahatan terhadap anak khususnya tindak pidana pedophilia dalam UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU Perlindungan Anak bertujuan
untuk memberikan efek jera, serta mendorong adanya langkah konkrit untuk memulihkan kembali fisik, psikis dan sosial anak.
105
Universitas Sumatera Utara
107
2. Bagi para penegak hukum, ilmu psikologi kriminal merupakan ilmu penting
yang harus dipelajari guna mengetahui tentang kejiwaan penjahat dalam hal menyesuaikan dan mempertimbangkan hukuman yang akan dijatuhkan.
Demikian jugalah terhadap pelaku tindak pidana pedophilia, perlu diketahui faktor-faktor psikologinya untuk mengungkapkan latar belakang dari
perilaku atau kejahatan yang dilakukan berdasarkan kondisi jiwa pelaku tindak pidana pedophilia tersebut. Tindak pidana pedophilia merupakan
suatu tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian dan ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan dan
ketakutan. Tindak pidana atau kejahatan pedophilia adalah salah satu bentuk penyakit jiwa kelainan ketertarikan seksual. Menurut Erich Fromm, terdapat
dua penyebab munculnya penyakit kelainan ketertarikan seksual ini di dalam diri pelaku tindak pidana pedophilia, yaitu pengalaman masa kecil
yang tidak mendukung proses pendewasaan dan trauma karena pernah mengalami kekerasan seksual dan non seksual dari orang dewasa. Selain itu
terdapat beberapa aktor lainya, yaitu faktor ekonomi, faktor sosial budaya dan foktor lingkungan yang berdampak negatif kepada korbannya seperti
trauma fisik, trauma psikis dan disorientasi moral. Sehingga perlu adanya tindakan antisipatif, tindakan yang dilakukan ketika anak menjadi korban
dan tindakan korelatif sebagai upaya penanggulangan tindak pidana pedophilia.
3. Putusan
Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor: 1204Pid.B2014PN.LPLD menetapkan perbuatan terdakwa berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
108
pertimbangan hakim sebagai kejahatan pedophilia yang meresahkan masyarakat, yang berdampak pada trauma fisik dan trauma psikis pada saksi
korban. Mengingat berdasarkan ketentuan pasal 82 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP serta Undang-
undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, serta ketentuan- ketentuan yang lain yang berkaitan dengan perkara ini, maka hakim
menjatuhkan putusan sebagaimana mestinya yakni menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena perbuatannya dengan pidana penjara selama:
11 sebelas tahun serta denda sebesar Rp. 60.000.000,- enam puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila pidana denda tidak dapat dibayar maka
diganti dengan pidana Kurungan selama : 5 lima bulan dan menetapkan agar terdakwa tetap ditahan.Bahwa, penerapan sanksi yang dijatuhkan
hakim bukan merupakan tindakan balas dendam, akan tetapi semata merupakan sarana agar terdakwa dapat memperbaiki diri dan belajar dari
kesalahannya agar kelak dapat kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang taat hukum.
B. Saran