masing-masing polimer dengan membandingkan spektrum yang telah dikenal. Pita serapan yang khas ditunjukkan oleh monomer penyusun material dan struktur
molekulnya Hummel, 1985.
2.11.3 Uji Kekuatan Tarik
Untuk mengukur kekuatan tarik, suatu spesimen dijepit pada kedua ujungnya, salah satu ujung dibuat tetap, dan di aplikasikan suatu bahan yang naik sedikit
demi sedikit keujung lainnnya sampai sampel tersebut patah. Spesimen-spesimen serat dan elastomer bentuknya berbeda tetapi pada prinsipnya diuji dengan cara
yang sama. Kekuatan tarik diberikan sebagai keuletan tenacity, parameter
kekuatan tarik yang umum dipakai oleh para ilmuwan serat Stevens, 2001.
Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik
t
menggunakan alat pengukur tensometer atau dinamometer, bila terhadap bahan diberikan tegangan. Secara praktis, kekuatan tarik diartikan sebagai
besarnya beban maksimum F
maks
yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan, dibagi dengan luas penampang bahan.Karena selama di bawah pengaruh
tegangan, spesimen mengalami perubahan bentuk deformasi maka definisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula Ao.
t
= 2.1
Selama perubahan bentuk dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak berubah. Perpanjangan tegangan pada saat bahan terputus disebut kemuluran.
Besarnya kemuluran dapat didefinisikan sebagai berikut:
= x 100
2.2
keterangan : = kemuluran
l = panjang specimen mula-mula mm
l = panjang spesimen saat putus mm Wirjosentono, 1995.
2.11.4 Scanning Electron Microscopy
Universitas Sumatera Utara
SEM berbeda dengan mikroskop electron transmisi TEM dalam hal ini suatu berkas insiden elektron yang sangat halus discan menyilangi permukaan sampel
sinkronisasi dengan berkas tersebut dalam tabung sinar katoda. Elektron-elektron yang terhambur digunakan untuk memproduksi sinyal yang memodulasi berkas
dalam tabung sinar katoda, yang memproduksi suatu citra dengan kedalaman medan yang besar dan penampakan yang hampir tiga dimensi.
Dalam penelitian morfologi permukaan SEM terbatas pemakaiannya, tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan
dengan resolusi sekitar 100 Å. Aplikasi-aplikasi yang khas mencakup penelitian dispersi-dispersi pigmen dalam cat, pelepuhan atau peretakan coating, bahan-
bahan fasa dalam polipaduan yang tak dapat campur, struktur sel busa-busa polimer dan kerusakan pada bahan perekat. SEM teristimewa berharga dalam
mengevaluasi betapa penanaman implant bedah polimerik bereaksi baik dengan lingkungan bagian-bagiannya Stevens, 2001.
Proses pengamatan mikroskopis menggunakan SEM dilakukan pada permukaan sampel dimana mula
– mula sampel dilapisi dengan emas bercampur paladium dalam suatu ruangan vacum evaporator bertekanan 0,2 Torr dengan
menggunakan mesin JEOL JSM-6360LA-EXD JED-2200 Series. Selanjutnya sampel disinari dengan pancaran elektron bertenaga 20 kV pada ruangan khusus
sehingga sampel mengeluarkan elektron sekunder dan elektron yang terpental dapat dideteksi oleh detektor Scientor yang diperkuat dengan suatu rangkaian
listrik yang menyebabkan timbulnya gambar CRT Cathode Ray Tube selama 4 menit. Kemudian coating dengan tebal lapisan 400 Å dimasukkan ke dalam
spesimen Chamber pada mesin SEM JSM-35C untuk dilakukan pemotretan. Hasil pemotretan dapat disesuaikan dengan perbesaran yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet alam merupakan produk lateks yang berasal dari pohon Hevea brasiliensis, yang mengandung 93-95 dari cis-1-4-poliisopren dengan ikatan rangkap pada
karet alam yang terbiasa dengan reaksi kimia. Modifikasi dari karet alam dengan grafting kopolimerisasi untuk menghasilkan sebuah produk dengan memiliki sifat
yang lebih baik dari pada karet alam yang tidak termodifikasi.Dengan adanya penambahan karet alam tergrafting kopolimer menunjukkan sifat yang lebih baik,
disebabkan oleh akibat adanya tumpah tindih yang terjadi secara alami dari ikatan-ikatan karet alam Thiraphattaraphun, 2000.
Karet alam sering digunakan pada berbagai aplikasi khususnya untuk industri ban karena memiliki sifat elastis yang sangat baik lebih dari karet olahan
atau sintesis. Sifat keterbatasan pada karet alam disebabkan oleh ketahanan pada minyak yang rendah dan permebialitas terhadap udara yang tinggi. Proses grafting
polimerisasi dengan Maleat Anhidrida atau jenis monomer polar lainnya dapat menyatukan senyawa polar ke dalam ikatan karet alam yang non polar. Hal ini